Minggu, 11 Desember 2011

Sometimes, thinking in the way children think about their world (just thinking everything in concrete), save us from the pain of abstract thing that often though by adult.
(eteh_etha)

Quote itu saya buat tadi malam dalam benak saya, kemudian tadi siang saya translate ke bahasa inggris dan langsung saya pajang di di FB. quote itu muncul dari pemahaman saya tentang cara berfikir anak-anak, terutama anak-anak usia kelas 1 SD yang cara berfikirnya masih seputar hal-hal yang konkret, seperti halnya adik saya Opa. 

Tadi malam, ketika kami mengajak "main dan mengobrol" adik kami yang baru 2 bulan lebih, saya bertanya padanya, 
"Opa, Opa sayang gak sama Najmi?"
dia tidak menjawab, namun matanya menyiratkan sesuatu, dan kemudian ia berkata pelan,
"sayang lah, soalnya Najmi itu lucu"
mendengar jawabannya polosnya, saya agak terhenyak oleh sebuah pemahaman bahwa jawaban tersebut lahir dari cara berfikir yang masih konkrit. saya baru meyadari bahwa anak-anak seusia itu memandang segala hal di luar dirinya dengan cara berfikir yang konkrit saat saya bertanya kepada Opa tentang hari, ia bukan tidak tahu nama-nama hari, bahkan ia sudah menghafalnya diluar kepala saat belum sekolah,  ia hanya  belum memahami bahwa dalam seminggu hanya ada 7 hari, dan selalu berulang setiap minggunya. makanya ketika ia ditanya hari ini hari apa, atau besok itu hari apa? ia akan menggelengkan kepala karena tidak tahu. bahkan pernah suatu hari, waktu ia meminta bantuan saya untuk mengerjakan PR'nya tentang hari-hari, ia sampai menangis, karena saya "keukeuh" dan ngotot tidak mau memberi tahu jawabannya, saya malah marah-marah padanya karena ia tidak mengerti-ngeti juga tentang konsep hari.

Awalnya saya agak merasa heran, kenapa ia belum memahami konsep hari, sedangkan ia sudah hafal nama-nama hari, bahkan ia juga sudah memahami konsep waktu atau mengetahui bagaimana cara membaca jam, walalupun masih dalam tataran "limited" atau belum sampai pada pengetahuan tentang lewat dan kurang berapa menit misalnya. namun, ternyata, saya baru sadar bahwa "hari" adalah sesuatu yang abstrak, sesuatu yang tidak terlihat oleh mata fisik, walalupun kita melaluinya setiap hari, namun ia tidak mewujud dalam sebuah benda yang konkrit, bukan? sedangkan jam, walaupun sebenarnya ia juga merupakan hal yang abstrak karena berkenaan dengan waktu, seperti halnya hari, namun, karena dalam penghitungannya kita menggunakan sebuah benda yang konkrit, atau dapat terlihat dan juga dapan disentuh yaitu sebuah jam dinding atau jam tangan misalnya, maka Opa tidak menemui kesulitan yang berarti seperti halnya ia mencoba memahami konsep hari. 

Dari situ saya baru tahu dan sadar, bahwa anak-anak seusianya memang masih menggunakan cara berfikir konkrit dalam memandang sesuatu, termasuk juga saat ia berkata bahwa alasannya menyayangi "Najmi" adalah karena Najmi itu "Lucu". kenapa Opa bisa mengatakan Najmi itu lucu? karena adik bayi kami itu sering membuat kami sekeluarga tertawa oleh semua tingkah menggemaskannya. dan yang menurutnya "lucu" itu tentu saja adalah suatu hal yang dapat dilihat oleh matanya, walalupun tidak bisa disentuh oleh tangannya. namun ia nyata dan terlihat.

Dari sini saya menyimpulkan, bahwa cara berfikir konkrit, bagi saya adalah cara berfikir yang apa adanya, jujur dan sederhana. makanya kenapa dunia anak-anak itu bebas, tanpa beban, jujur, sederhana, dan jauh dari stress, karena apa yang mereka pikirkan hanyalah hal-hal yang konkrit, yang nyata, yang terlihat dan dapat dilihat, oleh mata fisik,  tersentuh dan dapat disentuh oleh tangan, juga   terdengar dan dapat didengar oleh telinga. sedangkan orang-orang dewasa, karena cara berfikir mereka sudah beranjak pada cara berfikir abstrak, atau sudah dapat memikirkan hal - hal yang abstrak, seperti halnya cinta, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, ketakutan, kebencian, dan segala hal yang abstrak, yang keberadaanya hanya bisa dirasakan oleh hati, maka dunia merekapun mulai tidak sebebas dunianya anak-anak. ada banyak aturan, tekanan, bahkan rasa sakit yang timbul karena memikirkan hal-hal yang abstrak itu. makanya tidak heran jika stress sangat sekali dengan orang-orang dewasa.

Ah, saya jadi merasa iri pada anak-anak, pada kesederhanaan dunia mereka, pada kepolosan hati mereka, dan pada cara berfikir mereka yang  apa adanya. namun, tentu saja between the concrete world and the  abstract world, antara ada dan tiada,pasti ada hikmah yang Allah berikan.

saya melirik Opa, ia sudah jatuh terlelap tanpa beban dalam mimpi-mimpinya. 

selamat tidur Opa!

Sabtu, 26 November 2011

saat langit mulai gelap
dan gerimis mulai turun
jangan kau sangka ia sedang menangis 
dalam kedukaannya
sebab baginya
air mata 
adalah cinta yang mewujud 
dalam tetes-tetes beningnya...

Gerimis yang menyelimuti udara sore itu, tidak sejengkalpul mengurungkan semangatnya untuk tetap pergi. beberapa kali emak menelpon saya, agar segera pulang dari warung dan membawakan kado ulang tahun yang sudah saya bungkuskan tadi siang itu. tapi karena hujan begitu deras, terpaksa saya harus menunggu hujan sampai reda dulu. dan saat hujan mulai reda dan hanya menyisakan gerimis, saya langsung meluncur ke rumah dengan kado yang terbungkus rapih siap untuk dihadiahkan. saat ojeg yang mengantar saya sampai di perapatan jalan, saya sudah melihat sosok mungil itu berdiri di depan garasi mobil bapak, bedaknya yang memang nemplok tidak rata di pipi manisnya, semakin tersamar oleh tetesan gerimis yang membasahi pipinya stu-satu, tapi ia tidak peduli. dari sorot matanya, saya melihat semangat yang berapi-api yang menyiratkan bahwa ia sudah lelah menunggu saya dan tidak sabar ingin segera berangkat ke acara syukuran anak tetangga kami (baca:ulang tahun). ketika saya mendekatinya, ia berkata dengan nada   sedikit kesal, 
"eteh, opa udah nunggu dari tadi, kenapa eteh baru datang?" 
dan saya menjelaskan bahwa hujan yang begitu deras telah menghalangi saya untuk segera pulang. saya melirik jam tangan, sudah pukul  4 lewat 10 menit, dalam hati saya berdoa mudah2mudahhan kami tidak terlambat. dan kamipun segera beranjak, berjalan kaki dengan tergesa ke TKP. 
Jarak antara rumah ke tempat ulang tahun itu memang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, tapi kami tetap menikmati perjalanan itu, walaupun gerimis masih terus bersenandung dengan ritmis. tiba-tiba adik kecil saya itu bertanya:
"eteh, opa pingin tahu isi kadonya apa?"
"beneran opa pingin tahu?"
ia mengaggukkan kepalanya dan tersenyum. 
"tapi, ini rahasia ya! cuma kita berdua aja yang tahu, jadi opa harus janji jangan cerita sama siapapun, ok?"
"ok!" jawabnya, 
kamipun saling menautkan kelingking sebagai tanda bahwa ia berjanji unruk tidak menceritakan isi kado itu pada orang lain. kemudian, saya membisiki sebuah nama benda ke telinganya. dan ia tersenyum mendengarnya.

Dan sore itu, entah kenapa gerimis begitu takjim membasahi tanah yang kami pijak, saya menggandeng lengan kecilnya, dan menyusun sebuah doa kecil dalam hati.

"Tuhan, walaupun saya dan adik2 saya tidak pernah merasakan bagaimana meriahnya sebuah pesta ulang tahun, bagaimana bahagianya saat membuka kado dari teman-teman, namun saya memohon agar Engkau hadiahkan kepada kami sepotong hati yang selalu siap untuk berbagi. amiin"

Sabtu, 12 November 2011

Politik Praktis Mahasiswa, Manis Tapi Miris

Tadi pagi, beresin buku-buku dan berkas-berkas lama yg udah bulukan dan berdebu, yang berantakan sehabis mencari buku History of islamnya adik saya kemarin. dan...surprise! saya menemukan 3 lembar kertas gambar untuk mewarnai yang di baliknya terdapat coretan tinta tentang artikel2an yang pernah saya tulis entah kapan, tapi yang jelas itu saya tulis pas waktu kuliah, entah semester berapa, let's we check!

Politik Praktis Mahasiswa, Manis Tapi Miris 

Kampanye = Hura-Hura
Tanggal 25 sampai 27 Oktober minggu lalu, kampus diramaikan oleh berbagai partai politik kampus yang menggelar kampanye untuk pemilihan presiden dan wakil presiden tingkat Universitas sampai dengan tingkat jurusan pada tanggal 4 November besok. 
hari pertama, kampus dikuasai oleh Parma (partai reformasi mahasiswa) yang mengusung slogan " ingat tanggal 4, coblos no 4, pasti tepat, insya Allah bermanfaat", maka hampir seluruh tembok, pagar, tiang, pintu-pintu kelas, mading di setiap jurusan, bahkan tempat sampah tak luput dari tempelan pamflet yang bergambar foto-foto capres dan cawapares yang diusungnya. tidak tanggung-tanggung, pula baliho-baliho lebar sepanjang pagar yang membatasi kampus dengan jalan pesanggrahan terpampang manis di sana. satu hal, hampir semua foto yang mejeng di baliho-baliho itu tersenyum penuh semangat seakan mengajak setiap mahasiswa untuk memilihnya tanggal 4 nanti. 

Belum cukup sampai di situ, sekitar pukul 9-10anpara simpatisan dari partai berwarna hijau itu melakukan orasi dan berkeliling, beriring-iringan ke kelas-kelas, dan dari lantai- ke lantai sambil membagikan cinderamata di setiap fakultas, dan terakhir mereka pawai menelilingi kampus tercinta ini, sambil bersorak sorai penuh semangat, menarik perhatian para mahasiswa lain yang sedang beraktifitas ataupun yang sedang berlalu lalang di jalan depan fakultas. 

Hari kedua juga tidak kalah ramainya, hari rabu itu kampus dikuasai oleh PPM (Partai persatuan mahasiswa) dan PIM (Partai intlektual muslim). walaupun dua partai itu distukan di hari yang sama, namun kampanye dari masing-masing partai berjalan dengan lancar dan damai. semua atribut dan pernak-pernik dari kedua partai tersebut tidak jauh berbeda dengan hari pertama, semuanya di ditempel di dinding, mading, pintu-pintu kelas, dan di lobi-lobi fakultas. yang membedakan hanya warna pakaian yang di pakai oleh para pendukungnya. jika hari selasa, kampus dihiasi oleh warna hijau, maka pada hari ke dua itu kampus dihiasi oleh warna hitam dan biru sebagai warna simbol dari PPM dan warna putih sebagai simbol warna dari PIM.

hari berikutnya, yaitu hari kamis, kampus dikuasai oleh partai Boenga dan partai Progresif. "ritual" dan pernak-pernik yang meramaikannya juga tidak jauh beda dengan kampanye partai-partai sebelumnya, hanya saja, kampanye hari ketiga itu, kampus terlihat tidak seramai hari pertama dan kedua.. tapi walaupun demikian, partai beonga mampu menarik banyak perhatian mahasiswa lain yang sedang berlalu lalang di sekitar fakultas Tarbiyah dengan diundangnya salah satu gitaris band asal kampus ini yang sudah punya nama yaitu "Wali"

Mengamati fenomena politik praktis mahasiswa di kampus tercinta ini, memang merupakan hal yang cukup menarik untuk diperbincangkan. pada satu sisi, kita dapat melihat satu hal yang positif bahwa kampus yang disebut dengan kampus perubahan ini telah mampumempraktekan demokrasi dalam hal pemilihan pemimpinnya. naum, tidak dapat disangkal pula, bahwa terdapat banyak komentar negatif tentang fenomena politik praktis ini, terutama menyikapi kegiatan kampanyenya. banyak para dosen dan juga mahasiswa yang mengatakan bahwa kampanye ini hanyalah ajang untuk hura-hura, dan bukan untuk belajar berpolitik juga berdemokrasi yang sebenarnya.

hal tersebut wajar saja dilontarkan oleh para dosen dan mahasiswa, mengingat agenda kampanye itu selalu mengganggu aktifitas belajar mengajar yang sedang berlangsung di elas. yel-yel dan orasi-orasi yang disampaikan, bahkan tidak jarang diiringi suara derungan motor yang sengaja dikeraskan, sungguh memecahkan konsentrasi mahasiswa lain yang sedang belajar. maka tidak heran jika banyak para dosen yang mengeluh dan marah bahkan mengutuk aksi kampanye yang bising tersebut. melihat fenomena tersebut, tidaklah berlebihan jika kita mendefinisikan aksi kampanye = aksi hura-hura.

Calon Presiden = Penampilan Keren 
jika kita menilik kembali para pemimpin kita terdahulu mulai dari Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono saat ini, tidak diragukan lagi bahwa dari 6 presiden yang pernah memimpin negeri ini memang memiliki penampilan yang bisa dikatakan keren, baik "keren" dari segi fisik maupun "keren" dari segi intelektual. dan keduanya
(bersambung besok i. allah)


Jumat, 11 November 2011

How Clean is your Bathroom??

Di keluarga kami, tidak ada yang bisa menandingi kerajinan emak dalam hal beres2 rumah, bersih2 rumah, dan segala hal yang menyangkut pekerjaan rumah tangga. di tangan halusnya, semua perkakas rumah, akan tertata rapih dengan sangat kinclong, kamar mandi tidak pernah absen dari mengkilap, dan tentu saja yang paling istimewa adalah masakan yang selalu siap tersaji dengan rasa yang tidak akan terlupakan. emak memang ibu rumah tangga sejati, tapi, jangan salah...ia juga adalah menejer keuangan yang sangat handal andalan bapak. selain itu, emak juga adalah seorang dokter semua  jenis penyakit; dokter gigi, dokter penurun panas, dan tentu saja dokter specialis kulit/ wajah.

Tapi sayangnya, semua keistimewaan emak itu, tidak ada yang berhasil kami jejaki, terutama oleh saya sebagai putri pertamanya, kecuali satu hal, tentang kebersihan kamar mandi. entah mungkin karena saya tidak terbiasa dengan kamar mandi yang kotor dan berlumut, maka sampai sekarangpun saya akan sangat merasa tidak nyaman jika berada atau melihat kamar mandi yang kotor dengan bak mandi yang hitam oleh lumut. hal ini tentu saja tidak terlepas dari emak saya yang sangat rajin membesihkan kamar mandi kami,  maka walaupun kamar mandi kami tidak sebagus kamar mandi di hotel-hotel, tapi kami merasa nyaman berada di kamar mandi. 

Kebiasaan yang secara tidak langsung telah emak tanamkan itu, walaupun sedikit begitu mengakar kuat dalam diri saya. dan imbasnya, setiap saya berkunjung ke rumah teman atau seseorang misalnya, kemudian saya pergi ke kamar mandinya, maka reflek saya akan memperhatikan kamar mandinya tersebut ; apakah bersih atau kotor, kemudian saya akan menghubungkannya dengan sikap dan perilaku teman atau pemilik rumah tersebut. maka muncullah sebuah hipotesa amburadul dari otak kecil saya, "jika kamar mandinya bersih, maka penghuni rumah tersebut adalah orang yang memiliki kepedulian yang tinggi, juga rasa empati terhadap orang lain, begitu pula sebaliknya, jika kamar mandinya kotor , maka penghuni rumah tersebut adalah orang-orang yang cuek dan egois."he...he... ini adalah sebuah hipotesa yang tidak bisa diuji kebenarannya. karena hipotesa ini hanya berdasarkan analisis saya yang sama sekali tidak bisa di bilang ilmiah. dan tentu saja hal ini tidak bisa digenerilisasi. karena, berapa banyak teman dan sahabat  yang  saya kenal yang sangat peka dan peduli terhadap orang lain, tapi kamar mandinya bisa dibilang tidak terlalu bersih, he...

Namun, entah kenapa, setiap saya sedang berada di perjalanan, kemudian sholat di sebuah masjid, atau sedang menjenguk teman di rumah sakit, atau juga sedang ada keperluan penelitian ke sebuah sekolah, atau tempat2 umum lainnya, reflek saya juga akan memperhatikan kondisi kebersihan kamar mandinya, dan sayapun akan menghubungkannya dengan sikap dan prilaku penghuni setempat. dan biasanya hipotesa yang saya buat itu memang demikian adanya. kalaupun tidak ada hubungannya dengan sikap dan perilaku orang -orang yang menempatinya, biasanya selalu ada hubungannya dengan tempat yang bersangkutan. ambil contoh, sebuah masjid yang kamar mandinya bersih dan terawat, ketika saya sholat di dalam masjidnya, maka  ada rasa sejuk, damai, dan ketenangan yang menjalari hati, dan sayangnya setelah saya perhatikan, dari sejumlah masjid atau tempat sholat (mushola) yang pernah saya singgahi, kira-kira hanya sekitar 25%  saja yang benar2 menjaga kebersihan kamar mandinya. dan salah satu masjid yang  menjadi masjid favorit saya  di sekitar ciputat adalah masjid Fatullah UIN, saya sangat suka sholat di sana, ataupun hanya sekedar numpang ke kamar mandinya,  karena kamar mandinya memang sangat terawat dan selalu bersih. maka, walaupun letaknya  cukup jauh di sebrang kampus, saya akan lebih memilih sholat di sana jika memang ada waktu yang luang daripada di mushola kampus, karena kamar mandinya yang kotor. he...

Berbicara tentang kamar mandi, saya jadi ingat sosok ibu paruh baya, salah satu pengurus TPQ masjid Al-Muhajirun, ibu Ika namanya, seperti halnya emak, ia sangat mencintai kebersihan dan kerapihan rumah juga lingkungan rumah. dan tentu saja ia adalah pecinta kamar mandi sejati. ini bukan sebuah kelakar teman2, ibu Ika memang sangat mencintai kamar mandi, seperti yang pernah dituturkannya pada saya dan teman-teman saat kami kumpul di rumahnya. saya yang waktu itu merasa heran atas pernyataanya itu bertanya tentang alasan kenapa ia begitu mencintai kamar mandi, bukan apa-apa, jujur saja baru kali itu saya menemukan orang yang secara terang-terangan mencintai kamar mandi. he...,dan ibu ika pun menjawab seperti ini, karena baginya kamar mandi adalah tempat paling nyaman sekaligus aman untuk melampiaskan segala kesedihan, dan kegundahan yang meneteskan butiran-butiran air mata. saya makin heran mendengarnya, kok bisa? tanya saya, umumnya kan orang lain terutama para cewe yang abis diputusin pacar, nagisnya di atas kasur sambil menelungkupkan wajah di bawah bantal, kenapa ibu ika malah di kamar mandi?, kemudian ia menjelaskan, bahwa sari kecil, ia selalu dididik untuk tidak cengeng, jadi setiap ia kelihatan habis menangis, ia selalu dimarahi oleh ayahnya. maka ibu ika kecil berinisiatif jika ia sedang ingin menangis, ia akan pergi ke kamar mandi, menangis sepuasnya di sana, menyalakan air keran agar tangisnya  tidak terdengar keluar, lalu setelah puas menumpahkan air mata, ia akan membasuh wajahnya yang sembab dengan air yang banyak, dan keluar dengan wajah yang basah dari kamar mandi sambil tersenyum seperti tidak habis menangis.kami yang waktu itu mendengarkan, berOo ria tanda mengerti. he..., unik bukan?selain sebagai tempat menumpahkan tangis, kamar mandi juga adalah tempat yang paling nyaman untuk membaca buku, karena suasananya yang sunyi sepi, apa yang di baca sangat mudah diserap oleh otak, begitu kata ibu ika, aku semakin kagum pada keunikan cara berfikirnya. he..., maka sudah barang tentu ia sangat manjaga kebersihan dan kenyamanan kamar mandinya, bahkan ia sengaja menaruh bunga segar yang hidup di kamar mandinya untuk menambah kenyamanan. he...

Jika saya hubungkan, dengan hipotesa yang saya buat, maka ibu ika memang termasuk orang yang sangat peduli terhadap orang lain. apakah itu ada kaitannya dengan kebersihan kamar mandinya? he...entahlah, yang jelas bukankah ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa "kebersihan adalah sebagian dari iman" kebersihan di sini tentu saja meliputi kebersihan secara hati atau batiniah dan juga secara fisik, atau ragawi , juga lingkungan, termasuk juga kebersihan kamar mandi bukan???

so, how clean is your bathroom, guys??? : )

Jumat, 04 November 2011

Tentang Kematian

"Tahan saetik, neng, ulah sieun ja jauh ka paeh.
emang paeh babari kitu? puguh hese." 

Kalimat itu dilontarkan begitu saja tanpa beban oleh perempuan paruh baya itu,  demi melihat wajah saya yang meringis menahan sakit, ketika ia mencoba merengkuhkan tangan kanan saya yang sejak 3 bulan terakhir selalu berada dalam posisi lurus. hampir 3 bulan tangan kanan saya memang 'diistirahatkan oleh Allah untuk tidak banyak bergerak setelah musibah kecelakaan itu, dan hasilnya, sekarang tangan kanan saya sulit sekali untuk direngkuhkan, hanya ada rasa sakit yang menggigit di bagian siku2 saya. 

Maka demi mendengar ada tukang urut yang tidak terasa sakit ketika mengurutnya, bapak saya antusias sekali, berharap sekali saya segera sembuh dengan tanpa harus merasakan sakit yang amat sangat. dan memang benar, ketika ibu2 paruh baya itu mengurut tangan saya, membetulkan kembali letak tulang yg patah, menarik dan memelintir tangan kurus saya, saya tidak merasakan sakit sedikitpun, apalagi dia juga selalu mengajak saya ngobrol dengan bertanya ini itu, maka otomatis saya pun terfokus pada apa yang dikatakannya, bukan pada tangan saya yang sedang 'dirombak'. namun ketika sampai pada merengkuhkan tangan, saya benar2 merasakan sakit yg luar biasa, seakan otot2 tangan saya benar2 tidak mau merengkuh lagi. maka terlontarlah kalimat di atas itu dari mulutnya yg kurang lebih berarti 'gak usah takut mati neng,hanya karna menahan sakit  ketika diurut, emangnya mati itu gampang? orang susah kok'.dalam hati saya mengiyakan. Dan sampai saat ini, ketika saya teringat kembali kecelakaan yg menimpa saya 3 bulan lalu itu. saya tak habis mengiyakan kalimat ibu itu.

Ya, di satu sisi, apa yang dikatakan Bu haji itu benar adanya. jika Allah belum berkehendak atas kematian seseorang, seberapa besar usaha orang itu untuk mencapai kematian, tetap saja malaikat maut tidak akan datang menghampirinya. berapa banyak orang-orang yang berputus asa pada hidup kemudian mencari pelarian pada kematian dengan berusaha bunuh diri? namun usaha bunuh diri itu gagal karena Allah memang belum menghendakinya untuk meninggal? maka dalam hal ini, kematian bukanlah suatu hal yang mudah, karena ada kehendak Allah yang "bermain" disana.

Namun di sisi lain, justru sebaliknya, pada sebagian orang, kematian tidaklah begitu sulit, misalnya pada kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau tabrakan, atau bahkan tanpa sebab apapun, betapa banyak orang di sekitar kita yang meninggal tanpa di sangka-sangka, tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba meninggal atas kehendakNya, walaupun tentu saja orang tersebut tidak atau belum menginginkan dan mengharapkan malaikat maut mencabut nyawanya. maka dalam hal ini, kematian sungguh merupakan sebuah misteri yang hanya Allah lah yang Maha Mengetahuinya.

Dan pada pertengahan Ramadhan kemarin, saat matahari sedang beranjak menuju waktu ashar, saya juga orang-orang kampung saya dikejutkan oleh berita kecelakaan dua pemuda kampung kami yang tabrakan, di jalan yang tidak jauh dari kampung kami. dan naasnya, kecelakaan itu telah merenggut nyawa salah satu dari mereka. padahal, keduanya adalah teman dekat, bahkan waktu pagi2nya mereka berdua terlihat sedang bermain gitar bersama di depan rumah pemuda yang meninggal itu.

Ah, kematian, selalu saja menghadirkan tanya. namun tentu saja kita tak kan pernah mendapatkan jawabnya, meski beribu orang telah berusaha menguak setiap jengkal rahasiNya. ia tetap saja tidak akan pernah terjangkau. wallahu a'alam bishowab.

Selasa, 01 November 2011

Tentang Cinta

Tentang Cinta, beragam sekali maknanya, namun goresan kata di bawah ini, akan membawamu terbang pada sebuah pemahaman kenapa cinta diciptakan.  


Cinta adalah akad dan perjanjian…
Cinta adalah airnya kehidupan bahkan ia adalah rahasia kehidupan…
cinta adalah kelezatan ruh bahkan ia adalah ruh kehidupan…
Dengan cinta menjadi terang semua kegelapan…
akan cerah kehidupan…
akan menari hati…
dan akan bersih qalbu…
Dengan cinta semua kesalahan akan dimaafkan
dengan cinta semua kelalaian akan diampunkan
dengan cinta akan dibesarkan makna kebaikan
kalaulah bukan dengan cinta,
maka tidak akan saling meliuk satu dahan dengan dahan yang lainnya,
Kalaulah bukan karena cinta tidak akan merunduk rusa betina kepada pejantannya
tidak akan menangis tanah yang kering terhadap awan yang hitam,
dan bumi tidak akan tertawa terhadap bunga pada musim semi
(Ustadz Armen Halim Naro rahimahullah dalam kitab buhul cinta)

Kamis, 27 Oktober 2011

Anak-anak itu...
selalu saja punya berjuta hal
yang mengejutkanmu
membuat sel otakmu loading lebih lama
dan bertanya dalam hati, " kok bisa ya otak kecilnya berfikir sampe sana???"

Saya sangat suka anak-anak, terlebih dunia mereka yang bagi saya selalu penuh warna, tidak melulu hitam atau merah, tidak juga terjebak pada hijau ataupun kuning, apalagi abu-abu, namun lebih dari itu,  bagi saya dunia mereka seperti sebuah planet bergravitasi maha tinggi yang selalu ingin menarik saya untuk sejenak  terjun bebas menyelami setiap jengkal dindingnya yang tak jarang memunculkan warna-warna yang langka bahkan yang tidak pernah saya bayangkan dalam benak sempit saya. 

seperti di sebuah malam yang hangat, di ruang tengah rumah kami, sambil mengeliilingi "anggota keluarga" kami yang baru (my new little brother) juga sambil memandangi Opa yang sudah terlelap tidur sampai ngiler di lantai, emak saya bercerita tentang adik kedua saya itu. Jadi adi siang, sepulang sekolah seperti biasanya dia membawa teman-temannya untuk bermain ke rumah. tapi kali ini yang ia bawa adalah teman-teman perempuannya, katanya seh mereka pada mau melihat adik baru kami "Najmi" yang baru melihat dunia dua mingguan itu. selesai memperlihatkan adik barunya yang masih merah, Opa mengajak teman-temannya untuk bermain di teras rumah, entah bermain apa, yang jelas di sela-sela mereka bermain, Emak mendengar sebuah percakapan mereka yang sungguh-sungguh unforgottable banget. terutama bagi saya. 

Opa    : Iin, cita-citana naon lamun tos gede (cita-citanya apa kalau sudah besar?
Iin      : kami mah ndek jadi suster (saya mah mau jadi suster)
Opa    : (dengan wajah tidak mau kalah langsung menyela) ih...ja kami geh ndek jadi dokter (saya juga mau jadi dokter)
Iin      : jadi dokter mah kudu boga duit loba cik bapak kami geh (jadi dokter kan harus punya uang banyak kata bapak saya juga)
Opa yang memang keras kepala, tetap tidak mau kalah, ia menjawab seperti ini,
" IH...JA KAMI GEH LOBA DUIT MAH, TAPI SEEP KU ETEH KAMI" 
(Saya juga banyak uang mah, tapi udah  abis oleh kakak saya)
GUBRAK...!!!

Dalam hati saya langsung teriak tidak terima! dan diam-diam saya berniat kalau nanti dia bangun tidur saya ingin mendemonya terang-terangan, seperti halnya para mahasiswa yang mendemo kebijakan-kebijakan pemerintah. he...he..., eh tapi tunggu dulu, Opa tidak menyebutkan nama yang jelas di sana, apakah eteh eka ataukah eteh dede yang dia maksud. tapi bisa juga kata ETEH disana berarti dua-duanya. ha...perul analisis lebih jauh kayaknya.

saya kemudian bertanya pada Emak, apakah memang Emak pernah dengan tidak sengaja mengatakan hal serupa padanya? bukan apa-apa, benak saya masih belum bisa menerima kalau adik laki-laki saya yang hobinya nonton film kartun itu bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu. bukankah ttidak dipungkiri jika lingkungan juga orang-orang yang dekat dengannya memiliki pengaruh yang besar dalam proses penyerapan informasi yang diterimanya? namun jawab Emak seingat emak tidak pernah. tidak lama, bapak berkata  dengan bijak " mungkin selama ini, setiap kita menengok Dede (adik saya yang pertama) di pondok, Opa diam-diam selalu memperhatikan Emak yang selalu meberi uang pada eteh dedenya itu. ya...walaupun ia tidak pernah tahu berapa jumlah uang yang diberikan pada etehnya itu. " saya dan Emakpun mengamini apa yang bapak katakan. ya, bisa jadi seperti itu, berarti kalau demikian, yang dimaksud Opa itu adalah eteh Dede, bukan saya, "hore..." teriak saya dalam hati. 

Dan malam yang hangat itu, saya memandangi wajah polosnya yang penuh keluguan terlelap di atas lantai, Opa memang tidak suka tidur di atas kasur, ia akan nangis kalau Bapak atau Emak memindahkannya dari lantai yang dingin ke atas kasur atau karpet. ada rasa takjub yang tiba-tiba menjalari hati. betapa otak kepala kecilnya menyimpan berjuta, bahkan bermilyar atau bertrulyun keajaiban yang tidak pernah kita sangka.

Minggu, 23 Oktober 2011

Doa vs Karma

Percayakah anda pada apa yang disebut "karma"?
jadi begini, 

Sore kemarin, saat langit mulai gelap dan awan siap menumpahkan beribu liter air ke tanah kami, saya baru saja pulang dari pasar sehabis "ngantor" (he...), tiba di rumah saya langsung mencari-cari sosok bayi mungil "bintang baru" di keluarga kami. tapi saya tidak mendapati wujudnya yang biasanya selalu terbaring di kasur lipat kecilnya sambil menggerak-gerakkan bola matanya yang agak sipit dan jernih. dan ternyata ia sedang di gendong oleh tetangga kami di luar rumah. 

Tidak lama, tetangga kami itu masuk ke rumah dengan menggendong adik bayi saya, kemudian sambil menidurkan adik saya, ia bercerita kalau anak saudara saya yang rumahnya hanya terhalang satu rumah dari rumah saya itu menjadi korban bullying teman-teman sepermainannya di lapangan sebelum ashar tadi. perutnya ditonjoki,  lehernya dicekik, dan ia tidak bisa berontak apalagi melawan, karena kedua tangannya di pegangi oleh temannya yang lain. saya kaget sekali mendengarnya, dan tentu saja sangat ngeri. terlebih anak itu adalah salah satu murid ngaji saya yang selalu bersemangat. maka saya langsung mendatangi rumahnya untuk menengoknya. dan...ketika sampai di rumahnya yang beridinding bambu itu, saya mendapati tubuh kecilnya itu sudah berwarna putih karena dibaluri "cikur" oleh neneknya, kedua tangannya menutupi wajahnya, terdengar isak tangis dari mulutnya, ah...saya benar-benar miris melihatnya. sayapun mencoba mengekalakarinya "pan lalaki eleh? kunaen teu dibaleus deui? he...he...he..." (laki-laki kok kalah? kenapa gak dibales lagi?) tapi ia tidak menanggapi kelakar saya, ia terus saja terisak, mungkin menahan sakit di sekujur tubuhnya dan saya harap tidak lebih dari itu. sayapun keluar dan ternyata ibunya sudah berdiri di luar kamar, iapun menceritakan apa yang menimpa anaknya itu. dan ternyata, ia dikeroyok hanya karena gara-gara ia tidak mau bermain bola lagi. kemudian ibunyapun bercerita bahwa ia menyuruh suamninya untuk mendatangi orang tua-orang tua dari anak-anak yang telah melakukan bullying itu. dan respon para orang tua itu ada yang bersimpati, kemudian langsung menengok murid saya itu ke rumahnya, untuk memintakan maaf ,tapi ada juga yang malah mengomel dan berkata tidak seharusnya orang tua dibawa-bawa dalam masalah perkelahian anak-anak ini. dan saya langsung mengernyitkan dahi ketika mendengarnya dan berkata dalam hati "nggak salah tuh? hmmm...kalau saya yang jadi orang tua anak-anak yang melakukan bullying itu, tak jitak satu-satu mereka, he...(calon ibu yg galak)"

Dan saat hujan kemudian turun dengan derasnya, benak saya masih berputar-putar memikirkan keadaan murid saya itu, juga respon dari salah satu orang tua anak yang sudah membabakbelurinya itu yang malah bersikap seolah-olah anaknya tidak bersalah dan tidak melakukan apa-apa, atau memaklumi bahwa kejadian ini adalah memang dunianya anak-anak. saya terenyuh mendapati kenyataan itu, walaupun saya tidak memungkiri, setiap orang tua memiliki prinsipnya masing-masing dalam mendidik anaknya. namun  benak saya mencoba berandai-andai, bagaimana jika anak yang menjadi korban bullying itu bukan murid ngaji saya yang memang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja itu, tetapi dari keluarga besar yang sangat disegani dan dihormati di kampung ini, adakah sikap orang tua anak tersebut masih sama? sepertinya tidak ,bahkan mungkin saja mereka akan langsung memohon-mohon untuk meminta maaf. ah...kenapa saya jadi bersuudzon seperti ini?? astagfirullah...maafkan aku ya Robb. 

dan pagi tadi, saat matahari baru saja menghangatkan bumi, nenek murid ngaji saya itu datang ke rumah untuk mengantarkan "gogodogan" atau ramuan seperti jamu yang dibuatnya untuk ibu saya yang baru saja melahirkan. ia kemudian menceritakan bahwa tadi malam ia seperti baru mendapatkan sebuah ilham bahwa apa yang menimpa cucunya itu merupakan sebuah karma atas apa yang pernah diperbuat oleh ayah anak itu (menantunya) sewaktu masih muda. ia menambahkan bukankah dulu, ketika ayah anak itu masih muda atau remaja, ia pernah menjadi pemuda yang masyhur karena sering mengeroyoki anak orang?? di seantreo kampung ini? dan tidak heran jika saat ini "karma" itu menimpa anak lekaki keduanya. mungkin saja dulu ada orang tua yang merasa tersakiti karena anaknya menjadi korban sikap jawara sang ayah?  dan saat inilah doa itu terkabulkan, tambahnya. sang nenek kembali melanjutkan ceritanya, ia mencoba menasihati menantunya (ayah anak itu) mudah-mudahhan  dengan "karma" ini Allah yang Maha Pengampuni akan menghapus kesalahan-kesalahannya sewaktu muda dulu selagi ia masih di dunia.

saya yang mendengar "breaking news" pagi dari sang nenek itu jadi bertanya-tanya dalam hati, benarkah apa yang menimpa murid saya itu adalah "karma" atas perbuatan ayahnya dulu? kalau memang benar, kasihan sekali ia kalau begitu, ia yang mungkin saja tidak bersalah harus menjadi "tumbal" dari karma sang ayah" 

ah, saya lebih memilih tidak befikir terlalu jauh tentang itu. namun entah kenapa benak saya menyetujui bahwa "karma" merupakan buah dari doa-doa orang lain yang mungkin saja pernah tersakiti oleh sikap, perbuatan, dan perkataan kita di masa lalu, baik yang disengaja ataupun yang tidak. Makanya, kenapa setiap selesai sholat, kita dianjurkan membaca istigfar dan memohon ampun atas kesalahan-kesalahan kita pada Allah.

Sabtu, 22 Oktober 2011

"Oo...
jadi...
karena itu,
tidak ada lagi kabar darimu?
hmm...
sudahlah,
ini semua juga karena salahku

salahku?
benarkah?
bukankah kau yang memulai semua ini lebih dahulu?
maaf,
bukan aku menyalahkanmu,
aku hanya..."

dan... setitik air mata jatuh dipipinya yang merah.
"Tuhan, adakah yang lebih indah dari kehendakMu? dari rencanaMu?" bisiknya dalam hati dengan sangat pelan. dan... setitik lagi buliran bening itu jatuh dari kelopak matanya.

Saat "Undangan" itu Datang...

Saya selalu merasa resah setiap kali mendapat undangan. undangan apapun. undangan kumpul bareng alumni, undangan rapat di organisasi, undangan bacakan, terlebih undangan pernikahan dari sahabat ataupun teman. (saya kapan nyebar?) he....
Resah, karena takut pada hari H saya tidak bisa datang mengahadiri undangan tersebut. karena bagi saya, sebuah undangan adalah seperti halnya sebuah panggilan yang jika kita tidak berudzur apapun, kita wajib untuk memenuhi panggilan atau undangan itu. Makanya, kenapa saya selalu sedikit menyesalkan, jika seorang teman mengundang ke acara walimatul 'ursynya pada hari-hari kerja atau bukan pada akhir minggu, ditambah dengan lokasi yang sangat jauh dan sulit dijangkau. karena hampir 80% saya tidak akan bisa datang menghadiri undangan tersebut. dan akhirnya, saya akan merasa sangat bersalah karena tidak bisa memenuhi undangan tersebut. apalagi jika yang mengundang  itu adalah sahabat dekat yang telah mengundang secara langsung tanpa perantara. 

Dan, 3 hari yang lalu, saya dan  keluarga (bapak, ibu, adik pertama saya) mendapat undangan dari KPU, anda tentu tahu undangan macam apa yang berasal dari KPU itu, bukan? yupz, sebuah undangan untuk memilih Pemimpin baru di Provinsi tercinta ini.  saya kembali merasa resah, ketika mendapatkan undangan itu, bahkan dari jauh-jauh hari sebelum undangan tersebut benar2 datang atas nama saya. saya resah, bukan karena saya takut tidak bisa datang memenuhi undangan tersebut, toh jarak rumah saya ke tempat pemilihan suara PilGub itu hanya memakan waktu tidak lebih dari 10 menit. saya resah, justru karena saya mendapatkan undangan tersebut. andai boleh memilih, saya lebih baik tidak mendapatkan undangan tersebut, atau kalaupun saya tetap harus mendapatkannya, saya berudzur untuk datang seperti halnya adik saya yang saat ini tinggal di pondok. pertanyaannya, kenapa saya resah??? hei...bukankah ini bukan kali pertama saya mendapatkan undangan khusus tersebut?

Dan jawabnya, karena saya masih belum tahu saya harus memilih siapa di TPS nanti, dari ke3 calon yang bannernya sudah terpampang entah dari bulan apa itu, saya masih belum yakin siapakah nanti yang akan memimpin Banten dengan amanah. selain itu, dari ke3 pasangan calon tersebut, ada satu calon, yang benar2 sudah saya black list dari daftar Pemimpin yang amanah, karena kinerjanya yang menurut pengamatan saya tidak bagus selama 2 periode ia memimpinpun.

Maka, saya resah, karena diam-diam...saya juga sudah merasa muak pada pesta demokrasi ini. berapa milyar uang negara yang dihabiskan untuk membiayai pemilihan langsung para calon pemimpin ini? jawabnya tidak terhingga. dan uang rakyat yang habis tidak terhingga itu,  terasa sangat sia-sia, karena para pemimpin yang dihasilkan dari pesta demokrasi ini  banyak yang  kemudian "amnesia" terhadap janji-janji yang mereka koar-koarkan ketika masa kampanye. dan akhirnya, bukan kesejahteraan rakyat yang dicapai, tapi kesejahteraan pribadi dan golongan.

Kembali ke undangan untuk memilih calGub yang jatuh tepat pada hari ini, di satu sisi, saya tidak mungkin mengarang2 udzur untuk tidak memenuhi undangan itu, sebenarnya saya bisa saja dengan sengaja tidak datang ke TPS untuk nyoblos, tapi seperti yang saya katakan tadi, saya selalu merasa tidak enak pada diri sendiri jika tanpa halangan apapun saya tidak memenuhi sebuah undangan. saya kemudian berencana , apa saya tetap datang saja ke TPS? namun tidak untuk memberikan suara, melainkan hanya untuk setor muka memenuhi undangan? ha...konyol sekali bukan?, lagipula saya kemudian berfikir jika saya tidak memberikan suara sama sekali, kemudian naudzubillah calon yang saya anggap tidak pantas memimpin lagi itu terpilih kembali, tidakkah saya sama saja dengan memberi kesempatan atau peluang satu suara atas kemenangannya? dan, akhirnya...resah itu lebur juga, dengan mantap saya berjalan menuju TPS bukan hanya sekedar untuk memenuhi undangan KPU, namun lebih dari itu, untuk memberikan satu suara saya, yang mudah-mudahan berkontribusi untuk perubahan Banten ke arah yang lebih baik. amiin.




Minggu, 16 Oktober 2011

APALAH ARTI SEBUAH NAMA???

"

What's in a name
That which we call a rose by any other word would smell as sweet.
-Shakespeare's Romeo and Juliet (II, ii, 1-2)

"Apalah arti sebuah nama?
karna mawarpun akan tetap wangi walaupun kita menamakannya bukan dg mawar" begitulah kira-kira terjemahan bebas dari quote'nya William Shakespeare di karya termasyhurnya Romeo and Juliet.

Di suatu pagi yang cerah, awal tahun ajaran baru, saya menatap wajah-wajah yang penuh semangat itu sambil tersenyum, bersiap mengabsen nama-nama yang tertera di daftar hadir. sayapun mulai menyebutkan nama mereka satu persatu, berusaha mengingat nama dan wajah yang saya sebutkan, sambil terus menebar senyum. (he....untung udah sikat gigi). kemudian, tiba pada deretan abjad "M" saya membaca nama yang cukup aneh dan lucu itu di absen. "Menon Samanah" spontan saya ingin tertawa, namun sekuat tenaga saya tahan. sekali lagi saya membacanya dengan keras, dan beberapa menit kemudian di antara riuh olok-olok anak-anak yang lain, sebuah suara terdengar dengan intonasi yang sangat malu-malu "Hadhiroh!", saya menoleh ke barisan siswa perempuan, mencari asal suara tersebut, dan di bangku kedua dari belakang yang menyender ke tembok, seorang murid perempuan dengan air muka seperti menahan malu mengacungkan tangannya dengan kepercayaan diri yang seperti merosot 60 derajat. sekilas, saya melihat pipinya yang putih bersih nampak sedikit merona menahan malu. dalam hati saya berkata "di era Digital seperti ini, ternyata masih ada orang tua yang memberi nama anaknya seperti itu" dan tiba-tiba saja terbersit rasa kasihan dalam hati saya pada anak itu, kasihan, karena ia terlihat begitu tidak percaya diri dengan nama yang tersemat pada dirinya. namun saya juga tidak bisa menahan diri untuk tersenyum bahkan tertawa setiap saya mengingat nama yang out of date itu, he..., 

sepuang sekolah, saya menceritakan tentang nama anak perempuan itu pada ibu saya, dan respon pertama ibu saya ketika mendengar nama tersebut juga sama dengan saya, 'tersenyum' namun kemudian, ia berkata bijak "mungkin saja orang tuanya itu berharap anaknya itu akan tumbuh menjadi seorang gadis atau perempuan yang menor atau berparas putih dan cantik. karena bisa jadi  "Menon" itu bisa berarti 'menor" atau "putih" atau " cantik"?" dan saya mengiyakan, setuju. bukankah sejatinya, tidak ada orang tua yang mengharapkan keburukan terjadi pada anak-anaknya, maka doa-doa dan pengharapan-pengharapan itu tertuang dalam nama-nama yang mereka sematkan pada buah hati mereka. walaupun pada beberapa kasus, seperti halnya murid saya itu, nama yang diberikan orang tuanya tersebut mengundang senyum, tawa, bahkan olok-olok dari orang-orang yang pertama kali mendengarnya. namun, seperti kata Shakespeare "apalah arti sebuah nama?" 

tapi sayangnya, walaupun apa yang digaungkan oleh Shakespeare itu, benar adanya, tentang apalah arti sebuah nama? karna sebagus dan seindah apapun sebuah nama yang di berikan orang tua kepada anaknya, tidak akan berarti apa-apa jika di kemudian hari, anak tersebut berprilaku atau bertingkah tidak sesuai dengan nama yang terstempel pada dirinya. 

saya jadi teringat, pada perbincangan saya dengan adik saya di suatu malam, di depan kamar mandi di sebuah Rumah sakit umum, di daerah kami. saat itu memang malam kedua kami menunggui ibu kami di rumah sakit pasca melahirkan adik kami yang terakhir. maka, hal yang kami perbincangkan adalah juga tentang nama apa yang akan kami berikan pada adik bungsu kami itu. malam sebelumnya, bapak mengusulkan nama "Bahrul ulum" pada saya. spontan saya berkata tidak. bukan karena saya tidak  menyukai  makna agung yang terkandung di balik nama itu. tapi, jujur saja, bagi saya nama tersebut sangat 'pasaran' sekali. he..., dan malam itu, saya menceritakan usulan bapak tersebut kepada adik saya yang pertama, bagaimana respon dia? bahkan melebihi saya, ia langsung berteriak "TIDAAK" untuk nama yang indah itu. dan apa alasannya? dia menjawab bahwa dia punya teman yang bernama "Bahrul Ulum" namun, nakalnya tidak tertandingi, bahkan akhirnya, dengan sangat terpaksa ia dikeluarkan dari almamaternya karena sering kabur dan merokok. walaupun sebenarnya, ia adalah anak yang baik dan setia kawan. maka, apalah arti sebuah nama??? 


Namun, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi, bahwa sebagai orang tua, mereka harus memberikan nama yang baik untuk anak-anaknya. bahkan nama yang baik merupakan hak bagi anak dari orang tuanya, selain pendidikan dan pengasuhan yang baik, sampai ia beranjak dewasa.  tmaka idak peduli pada apa yang dikataka Shakespeare,   bagi kami ia adalah doa dan sebentuk pengharapan atas kehidupan dan masa depan yang lebih baik. 
 
*Gambar di ambil dari sini www.bridgeny.com

Kamis, 13 Oktober 2011

LAGU HUJAN


saat setitik gerimis
jatuh basahi pipimu,
jangan berlari
untuk berteduh,
karna langit akan mendendangkan
... 

sebuah lagu
tentang hujan
maka tersenyumlah!
dan rayakan
kebahagiaan
jadi,
mari bernyanyi
sebuah lagu
tentang hujan
agar gundahmu
terlerai dan menghilang!

DAN... ENTAHLAH

Dan...
Entahlah...

semua ini
masih membentuk
tanda tanya
yang berbaris rapi

satu, dua, tiga, bahkan lebih,
di hatiku,
begitu jugakah
di hatimu?

???...

Minggu, 09 Oktober 2011

sekumpulan rindu

baca note nya ka Jani ttg "sekumpulan diam"
mengalirkan tetes2 air mata
mengingat sosok keriputnya,
nenekku tersayang
yg sudah berpulang
andai ada malaikat yg bersedia mengantarkan suratku padanya,
sunngguh
aku ingin bercerita
ttg sebuah cita yg diimpikannya menjadi citaku juga
'menjadi seorang guru spt bapak'
mengajari anak2 ttg hidup dan cinta
dan kata2nya akan selalu abadi
terpahat dlm relung hati
sebagaimana aku mengenang deretan gigi ompongnya yang terkekeh ketika aku  menyampaikan, betapa aku ingin dia minum obat dan sembuh dari sakitnya agar bisa menyaksikanku bersanding di pelaminan entah dg siapa,
setelah terkekeh geli  iapun berkata " nanaonan leutik keneh rek geura kawin tea, sakola heula sampe lulus ambeh jadi guru doang bapak" (apa2an masih kecil mau nikah, sekolah dulu sampe lulus supaya jd guru spt bapak)
dan ia kembali terkekeh
menertawakanku...
dan sekarang,
setiap aku berdiri di depan murid2ku
aku selalu teringat kembali
deretan gigi2 ompongnya
yg menertawakan aku enam/tujuh tahun silam lalu
dan aku baru tersadar
betapa kata2nya itu adalah doa yang dianyamnya dg rapih dan sungguh2untukku
walaupun ia mengucapkannya sambil terkekeh
memamerkan gigi2 ompongnya
yg kini aku rindui dalam diam...
dan kemarin
di depan nisannya yg  dingin
kukirimkan doa2 untuknya
juga sebuah kabar yg mudah2an membuatnya tersenyum dsn
"mak bayi, e udah ngajar skr...spt yg dulu selalu mak harapkan"
dan sebulir air mata
jatuh tnp bisa aku cegah
"Tuhan, sampaikan sekumpulan rinduku padanya dan
semoga Engkau selalu menjaganya..."

3 pertanyaan filosofis

td mlm, tertidur dengan sejumput perasaan haru bercampur takjub, betapa adik saya  yg baru berumur 5 tahun setengah dg mata polosnya bisa melontarkan 4 pertanyaan yg benar2 membuat saya gelagapan menjawabnya. 3 pertanyaan filosofis dan 1 pertanyaan ilmiah.

mlm tadi, setelah adik kedua saya menemukan buku kumpulan dongeng milik perpustakaan sekolah yg sudah 'distempel' hak miliknya, ia meminta saya membacakannya untuk opa adik bungsu kami, awalnya saya menolak karena rasa capek setelah seharian di warung dan beres2 rumah memggelayuti bada saya, tapi ketika mata polos adik laki2 saya itu memohon pada saya, rasa capek dan kantuk yg mulai menyerang saya tepis jauh2, maka sayapun mulai membacakan dongeng yg berjudul "si raja" itu padanya.

setelah cerita ttg raja kera yg selalu menyandang bedil itu selesai saya bacakan, saya berkata padanya sambil menatap dua bola matanya yg belum terlihat ngantuk itu, "dongeng ttg si raja kera telah selesai... dan bersambung besok malam, sekarang adalah waktunya bertanya... jd opa silahkan tanya APA SAJA sama eteh. ok!" tiba2 wajah manisnya memasang tampang seolah2 ia sedang berfikir keras, dan "opa tahu...opa tahu..." maksudnya dia tahu harus bertanya apa, "ya sudah kalau gitu apa pertanyaan opa?" kata saya. dalam hati saya berkata kira2 apa ya yg akan ditanyakan 'monster' kecil yg hobby nangis ini pada saya?.

satu detik, dua detik, tiga detik, dan ..." eteh, muslim itu apa seh?" tanyanya dg polos, saya agak kaget mendengarnya tapi berusaha tidak menunjukkannya, benak saya langsung terbang pada sinetron ramadhan yg tayang di salah satu stasiun TV swasta berjudul "sampeyan muslim?", saya pikir mungkin dia mendapat ide pertanyaan itu dari film tersebut dan saya mulai mencoba mencari kata2 yg tepat untuk menjawabnya, namun belum selesai saya menjawab'nya mulut kecilnya sudah melontarkan kembali dua pertanyaan yg lain yg semakin membuat saya gelagapan bingung harus menjawab apa,
"eteh, hati itu apa seh? terus kasihan itu apa yah?"
kemudian dia masih memberi bonus satu pertanyaan lagi,
"eteh, biji2an itu dibuatnya dari apa?"
dan, saya semakin merasa sedang diserang oleh peluru2 pertanyaan yg sederhana namun tajam dan menembus isi kepala saya sampai saya kalah telak. tapi, karena sayalah yg memulai "perang" ini, maka saya tidak boleh terlihat kalah apalagi KO, he...(gengsi gitu lho! masa kalah sama anak kecil) da dg terbata plus gelagapan plus bingung nyari kata2 yg tepat, saya berusaha menjawab pertanyaan2 itu sesederha mungkin agar bisa dipahami oleh otak kecilnya itu.

dan pagi tadi, ketika saya bangun, saya tersenyum sendiri mengingat betapa masih bodohnya saya untuk menjawab pertanyaan2 sederhana namun mengandung makna filosofis itu, bahkan saya sendiri juga tidak pernah terpikir melontarkan pertanyaan2 spt itu,
"muslim itu apa seh?", "hati itu apa seh?" "kasihan itu apa seh?" dan yg terakhir yg benar2 membuat saya malu dg status saya yg pernah duduk di kelas IPA selama 2 tahun waktu aliah, "biji2an itu asalya dari apa?"
hmmm...
saya kira kita semua setuju, kalau untuk menjawab pertanyaan2 itu dg jawaban yg bukan sekedar "pengetahuan" hasil memindahkan definisi dari buku2, adalah tidak mudah sama sekali, apalagi pertanyaan2 itu keluar dari celoteh seorang anak kecil yg belum genap 6 tahun.

dan ketika saya beranjak ke kamar mandi untuk wudhu, saya spt menemukan seberkas terang, "hei... bukankah jawaban dari ke3 pertanyaan itu saling berkaitan??" teriak saya dalam hati. bukankah seorang MUSLIM yg baik itu adalah seorang MUSLIM yg bisa menjaga cahaya HATINYA dan memiliki rasa empati dan peduli atau KASIHAN terhadap saudara muslimnya yg lain???, lihat!tiga kata itu MUSLIM, HATI, dan KASIHAN (baca: kasih sayang dan empati) saling berkaitan dan membentuk sebuah makna yg dalam. anda setuju??? : )

note:
eteh : nama panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa sunda

ssssttttt....(ini khusus obrolan u/k cwe2 yg masih single)


Di sebuah ruangan, ekor mata saya tidak sengaja menangkap jari2 tangan seorang laki2 yg terlihat bersih dan halus sekali, hanya beberapa detik tidak sampai berjam2...(he... kan bukan muhrim),  namun penglihatan saya yg justru hanya sekilas itu mengingatkan saya pada kata2 ibu2 paruh baya yang mengurut tangan kanan saya yg patah beberapa waktu yg lalu, ibu2 itu berkomentar seperti ini ketika ia memegang telapak tangan saya sebelum mulai mengurut,

"aih...alus amat dampal lengeunna neng, pasti tilok gawe nya?ngomena hp bae!engke mah lamun milarian suami atawa kenalan sareng lalaki raba dampal lengeunna, kasar apa henteu?lamun kasar berarti eta lalaki daekan gawena, tapi lamun halus berarti eta lalaki pemalas..." 
(aih...alus banget telapak tangannya neng, pasti gak pernah di pake buat kerja brat atau kasar ya?kerjaannya mencetin hp aja,NANTI MAH KALAU NYARI SUAMI ATAU KENALAN MA LAKI2, PEGANG TELAPAK TANGANNYA, KASAR APA NGGAK? KLW KASAR, BERARTI LAKI2 ITU ADALAH PEKERJA KERAS, TAPI KALAU HALUS BERARTI LAKI2 ITU PEMALAS)

dalam hati saya berkata," apakah benar apa yg dikatakan ibu2 itu? klw memang benar, berarti laki2 yg dg tidak sengaja saya perhatikan tangannya itu, adalah laki2 yg malas bekerja???" hmmm...entahlah... saya juga  belum mengenalnya begitu baik. bisa jadi kata2 ibu2 itu tidak sepenuhnya benar 100 persen , karna bisa jadi laki2 tersebut memang tidak pernah bekerja "keras" dalam artian pekerjaannya bukan pekerjaan keras atau kasar yg membutuhkan tenaga dan otot yg besar, bukankah saat ini  pekerjaan yg tidak bermodalkan tenaga yg keras  sangat beragam sekali dalam masyarakat kita, seperti halnya penceramah yg bermodalkan suara, penulis yg bermodalkan pena, dan sebagainya.

namun, entah apa yg mengomandoi benak saya, spontan saja, dg gerakan slow motion, saya menggerakkan kepala saya menoleh pada Bapak, laki no satu dalam hidup saya, dan dalam beberapa jenak memperhatikan jari2 tangannya yang besar, urat2 nya yg juga besar terlihat menonjol tidak beraturan di antara buku2 jarinya, kulit tangannya yg berwarna hitam, dan tentu saja telapak tangannya nya yg sangat kasar setiap saya menyentuh tangannya bersalaman, ingatan saya reflek terbang pada sosok laki2 pekerja keras, kepala keluarga yg selalu siap melakukan apa saja untuk keluarganya, untuk istri dan anak2 yg dicintainya, tidak peduli apakah itu pekerjaan yg sangat kasar sekalipun, tidak peduli apakah itu pekerjaan yg membuatnya bermandi peluh dan keringat, sungguh ia sama sekali tidak peduli, seperti di musim2 kemarau saat ini, tanpa diminta dan dg sukarela ia mengangkuti air dari sungai ke rumah dg menggunakan galon yg dipanggul di pundaknya untuk keperluan kami sekeluarga. mmm...bukankah itu sebuah manifestasi cinta dari seorang laki2 yg bertelapak tangan kasar??? dan selamanya sayapun akan sungguh2 mencintainya, laki2 yg ku panggil dg sebutan bapak.

 terlepas dari itu semua, telapak tangan adalah hanya salah satu dari sekian  bentuk fisik dari tampilan luar atau cashing  seseorang, seperti halnya wajah, ada yg cantik, tampan, manis, charming, dll, itu semua tentu saja tidak benar2 100% mewakili 'isi' atau hati seseorang. dg demikian, kita juga tidak bisa serta merta menjudge seorang laki2 hanya dari telapak tangannya saja, lagipula sbg muslimah, sudah tentu kita juga tidak bisa "mengetes" seorang laki2 dg menyentuh atau berjabat tangan dg nya. bukan begitu???he...(nanti jg ada waktunya, hahay...)
karna seperti kata pepatah, "DON'T JUDGE THE BOOK BY ITS COVER" setuju???
lagipula, telapak tangan saya juga halus sperti telapak tangan bayi, dan.....
saya memang rada2 'pemalas' he....

salam manis
etha

picture is from here:  ciricara.com

CATCIL UNTUK YANG MAU JADI ORANG TUA ATAUPUN YANG SUDAH JADI ORANG TUA : )

Lebaran hari pertama, seperti biasa setelah sholat 'id di masjlis ta'lim ibu2, saya beranjak ke rumah uwak, bersalaman dg anggota keluarganya, menunggu bapak yang sholat 'idnya terpisah di masjid sambil makan kue, kemudian setelah bapak datang, baru beranjak pulang ke rumah, bersalaman dg emak tercinta dan dilanjut dg 'nyocol' uli goreng ke dalam semur ayam buatan emak yang paling enak sedunia (he...). setelah kenyang, saya dan adik kedua saya bersiap-siap ke warung, menyusul emak dan bapak yang sudah terlebih dahulu pergi kesana, kenapa ke warung? karena setiap lebaran, bapak memang selalu berjualan mainan anak2 seperti tembak2an, mobil2an tamiya, dll, maklum yang disebut dg 'pasar' di kampung saya memang hanya lumayan rame ketika lebaran tiba, itupun bukan oleh ibu2 yang belanja sayuran tapi oleh anak2 kecil laki2  yang akan membeli mainan di warung bapak juga anak2 kecil perempuan yang akan membeli bermacam makanan di toko makanan.

Tetapi sebelum ke warung, saya dan adik kedua saya biasanya akan mampir dulu ke rumah nenek dari ibu dan rumah nenek uyut dari ibu juga untuk bersalaman dg sanak saudara di sana, ngobrol2 dg sepu2 dan tentunya mencicipi kue lebaran, he.... rutinitas kami sekeluarga di hari lebaran hampir tidak pernah berubah setiap tahunnya. urutannya hampir selalu seperti itu. tapi, tentu saja, lebaran yang ke 22 bagi saya  kali ini, agak sedikit berbeda dibanding lebaran2 tahun2 belakangan, apalagi lebaran2  15 tahun ke belakang waktu saya  masih SD. what the different???

tentu saja jawabannya banyak sekali, dari segi apapun, dan saya tidak mungkin menyebutkannya satu2. namun ada yang menarik untuk diperbincangkan dari segi kreasi budaya.

seperti halnya mudik, memasak ketupat, memakai baju dan sepatu baru, memberi uang pada saudara2 kita yang masih kecil2 juga merupakan buah dari kreasi budaya. jika orang2 china atau konghucu memiliki budaya membagi2kan 'angpau' pada hari rayanya, begitu juga tradisi dan budaya di kampung saya pada setiap lebaran. sudah lumrah sekali bahkan menjadi sebuah tuntutan bagi orang2 tua ataupun orang2 dewasa, terutama yang sudah bekerja, ditambah bekerjanya di kota, untuk memberikan 'persenan' pada adik, ponakan2, atau sodara2 yang masih kecil. saya tidak tahu asal mula kenapa tradisi memberi persenan itu muncul di masyarakat saya. namun jika boleh berhipotesis, tradisi tersebut pada awalnya  muncul dilatarbelakangi oleh orang2 tua yang ingin memberikan 'reward' pada anak2nya setelah berhasil belajar berpuasa selama sebulan lamanya. maka selain baju baru, sendal atau sepatu baru, isi dompet atau isi kantong anak2 itupun harus diperbarui dg persenan.

namun ternyata, tradisi memberi 'reward' pada anak2 sebagai penyemangat untuk latihan berpuasa itu juga tetap berlaku pada anak2 yang tidak 'ikut' latihan berpuasa. maksdunya, anak2 yang memang masih terlalu kecil untuk latihan berpuasa juga tetap memiliki hak untuk mendapat persenan. maka, bagi yang kebetulan memiliki adik2, ponakan2, atau saudara2 sepupu yang masih kecil2, bersiapl2lah untuk menyiapkan amplop dan uang receh sebanyak2nya untuk di bagikan, karena jika ada satu saja yang tidak kebagian, bersiap2lah mendapat rengekan atau rajukan dari monster2 kecil itu. ha...

dan lebaran kali ini, karena alhmdulillah saya sudah lulus kuliah, lalu ceritanya belajar mengajar di yayasan sodara mulai bulan juli lalu,maka ketika saya berkunjung ke rumah uyut saya dan menanyakan sepupu2 saya yang seumuran dg adik saya yg ke3, opa, pada bibi saya, ia menjawab seperti in
i " duka, ja tadi mah aya di dieu, eta geh tos ngomong bae rek menta persenan ka neng"
( gak tahu, tadi emang ada di sini, itu juga udah ngomong aja mau minta persenan ma neng)
(tuing...tuing...) ternyata saya sudah dimasukkan dalam daftar sebagai pemberi persenan oleh sepupu2 saya itu, ha...dalam hati saya bertanya2 sambil senyum2 "ada gak ya uangnya?" he...,kalau boleh saya ingin jadi anak kecil terus biar dapet persenan terus, xixixi...: )

ketika sampai di warung, fikiran saya tetap terfokus pada masalah pemberian persenan itu. saya kembali teringat, betapa dulu sebagai anak kecil yg masih imut2 saya juga merasa amat bahagia jika di kasih persenan oleh sodara2 saya. namun sayapun akan kebingungan menggunakan uang persenan itu untuk apa? dibelikan makanan, pasti cepat habis, dibelikan mainan gak bakal cukup...hmmm....

yupz, setelah saya fikir bolak balik, ngalor ngidul, belok kanan belok kiri, lalu turun dan nanjak lagi, akhirnya sampailah saya pada sebuah pertanyaan yang dalam beberapa detik kemudian beranak pinak dalam kepala saya.
tuing...Ibunya pertanyaan muncul
"BAGAIMANA DAMPAK DARI PEMBERIAN PERSENAN ITU TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK?"
tuing... melahirkan satu pertanyaan baru
"BERDAMPAK POSITIF KAH? ATAU SEBALIKNYA?"
dan tuing... satu pertanyaan lagi muncul
"TIDAKKAH PEMBERIAN PERSENAN ITU AKAN MENUMBUHKAN SIKAP KONSUMTIF BAGI ANAK-ANAK?"

Mari kita coba urai satu persatu. namun sebelumnya terlebih dahulu saya beritahukan bahwa  apapun yang  yang akan saya uraikan di sini sama sekali tidak akan berdasar pada teori psikologi apapun, karena memang saya bukan ahli dalam bidang tersebut ditambah saya juga tidak memiliki referensi apapun yang berkaitan tentang psikologi anak juga tentang sikap konsumtif itu, saya hanya akan menguraikan apa yang saya lihat dan perhatikan dari sikap sepupu saya itu berkaitan dengan dampak dari pemberian persenan itu.

Ada pepatah yang mengatakan, "tidak ada api tanpa asap" dalam artian tidak ada masalah tanpa sebab, begitu juga dengan sikap sepupu saya yang yang pada hari lebaran kemarin mencantumkan nama saya dalam daftar pemberi persenan. Itu bukan semata-mata karena saya sudah lulus sekolah dan mulai bekerja, karena ternayata ia juga memasukkan nama paman saya yang baru kelas 1 SMA dan belum punya penghasilan dalam daftar 'pemberi persenenan', hal itu berarti ia tidak peduli, lebih tepatnya belum mengerti siapa saja yang pantas 'ditagih' uang persenan' dan siapa saja yang belum pantas, yang ada di dalam fikirannya hanyalah ia mendapat uang persenan sebanyak-banyaknya, xixixi... : ) (dasar anak kecil)

Namun, jika saya perhatikan adik saya yang sebaya dengannya, ia sama sekali tidak sibuk mendaftar nama-nama pemberi persenan pada hari lebaran kemarin, bukankah ia juga sama2 anak kecil??? jangankan meminta persenan, membedakan antara uang Rp. 2000 dengan Rp. 5000 saja ia belum bisa. Dan ternyata setelah saya perhatikan, memang terdapat perbedaan dalam pola pendidikan yang diberikan terhadap mereka berdua. jika sepupu saya sudah dikenalkan dengan uang sejak ia berumur 4 tahun, kemudian diajarkan untuk memegang uang jajannya sendiri sejak dini, maka berbeda dengan adik saya yang baru di beri uang ketika ia meminta untuk membeli sesuatu, itupun sangat jarang sekali karena ia memang jarang jajan. positifnya, jika sedang di rumah nenek sepupu-sepupu saya yang lain ribut atau merengek ingin membeli suatu jajanan, maka ia akan terlihat santai2 saja tidak peduli. namun, jika sudah ada penjual mainan yang lewat, bisa dipastikan iapun akan merengek minta dibelikan mainan.

Jadi, pola pendidikan keluarga dan pembiasaan dalam memegang uang sendiri, menurut saya adalah salah satu penyebab sepupu saya itu mendaftar nama-nama pemberi persenan ketika lebaran.  lebih jelasnya, karena setiap hari, ia selalu memegang uang jajannya sendiri, bahkan sebagiannya ada yang ditabungkan, maka iapun jadi terbiasa memegang uang, dan dalam fikirannya lebaran adalah saat yang tepat untuk mengumpulkan uang dengan cara meminta persenan.he... , namun bisa jadi ia juga telah diajarkan untuk meminta persenan oleh bibi saya. he..., dan itu bagi saya boleh-boleh saja, toh mintanya juga sama sodara2 bukan sama orang lain, dan tentu saja hanya pada saat lebaran, tidak setiap hari.: )

Kembali ke pertanyaan di atas, bagi saya pemberian persenan itu memang tidak terlalu berdampak banyak terhadap psikologis anak, karena ia hanya diberikan pada saat lebaran dan tidak seriap hari, namun alangkah lebih lebih baiknya jika persenan itu bukan berbentuk uang, tapi berbentuk barang atau hadiah, seperti peralatan sekolah misalnya. dan itu diberikan ketika mereka berhasil menjalankan latihan berpuasa pada bulan Ramadhan. Karena menurut saya, uang berpotensi cukup besar untuk menumbuhkan pola hidup konsumtif bagi anak-anak, bukankah ketika mereka di beri kebebasan untuk memegang uang, mereka akan menggunakan uang tersebut semau mereka? tidak peduli apakah itu bermanfaat atau tidak, dan pada akhirnya akan menumbuhkan pula sikap boros dalam diri mereka. dan hal itu tentu saja merupakan dampak negatif dari pemberian persenan tersebut.

Namun, walaupun demikian, pemberian persenan ataupun memberikan kebebasan untuk memegang uang sendiri bagi anak-anak, masih memiliki sisi positif yang bisa di ambil, yaitu, mereka akan terlatih untuk memanage uangnya sendiri sejak dini, dan itu termasuk salah satu malatih kemandirian mereka sejak kecil. Tentu saja, hal itu dapat tercapai dengan bimbingan dan pantauan orang tua. Dengan kata lain, ketika mereka di beri hak untuk mengelola sendiri uang jajannya misalnya, orang tua tetap harus mengawasi dan membimbing mereka dalam menggunakan uang tersebut. Misalnya dengan cara memberi tahu untuk tidak bersikap boros, untuk tidak menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak perlu atau tidak berguna, dan lain sebagainya. anda setuju???

silahkan beri masukan atau kritikan
agar note ini jadi lebih baik : )

salam hangat
etha
: )

Jumat, 07 Oktober 2011

Kau yang bernama Cinta

Kau
yang bernama cinta...
enyahlah!
kau
yang bernama rindu...
terbanglah!
dan, 
jangan pernah singgah!
jika hanya menumbuhkan gundah
yang menghujani tanah
sebab
aku telah basah
oleh gelisah
yang berdarah-darah... 
Kenapa selalu seperti ini?
gelisah tanpa arah
tidak mengertikah engkau?
wahai rindu,
tentang gerimis
yang mengering
menumbangkan
sepohon harap
yang baru saja bertunas
di jelaga hati.

sedang pelangi
tak lagi berwarna
lalu,
di manakah gundah akan kusimpan?
sebab embun
tidak lagi merembesi pucuk-pucuk daun

Selasa, 09 Agustus 2011

Adakah yg lebih indah dari kehendakNya??

"Dalam pejalanannya, manusia hanya bisa berencana, berharap, berusaha, berdoa dan terakhir bertawakkal, sisanya??hanya Allah lah yang berhak menentukan hasil akhirnya"
(etha_thea)

Seberapa sering kita berencana?kemudian merealisasikan rencana itu dalam bentuk usaha dan ikhtiar? selanjutnya disambung oleh doa2 dan pengharapan2 agar apa yg kita usahakan serta harapkan itu berbuah sesuai rencana?namun, seberapa sering pula usaha dan pengharapan2 itu sepertinya sia-sia karna tidak sesuai rencana bahkan hanya tinggal menyisakan harapan kosong yang terkadang menyakitkan. lalu tak jarang tanpa tedeng aling2 kita serta merta 'menyalahkan' Tuhan yang sepertinya tidak mengabulkan doa2 dan usaha kita itu. 

Seperti halnya cerita tentang seorang laki2 dan perempuan yang berkenalan di facebook,  saling bertukar nomor hp,  kemudian ta'aruf lalu berencana akan menikah, namun tiba2 saja di tengah proses ta'aruf itu sang laki2 tiba2 tidak memilki kepercayaan diri untuk melanjutkan komitmen ke langkah yang lebih serius lagi, karna ia baru saja tersadar akan 'perbedaan' yg cukup mencolok antara dirinya dg si perempuan, ia yang hanya mengenyam pendidikan hingga tamat SMA, sedangkan si perempuan sudah menggondol gelas sarjana S1. iapun menjadi takut jika ia tetap menikahi perempuan itu, bagaimana nanti dg sikap orang2 terhadap istrinya? juga bagaimana nanti sikap anak2nya terhadapnya? akankah mereka tidak menghormatinya?lantaran status pendidikan ibunya lebih tinggi daripada ayahnya? dan fikiran2 itulah yang membuatnya mengambil keputusan untuk mundur teratur dari si perempuan. 

Lihat!betapa berkuasanya Allah membolak-balikan hati hambanya, dari rasa optimis yang menggebu2 menjadi pesimis yg berlipat2. namun terlepas dari itu semua, ADAKAH YANG LEBIH INDAH DARI KEHENDAKNYA???


Kamis, 23 Juni 2011

ARTIKEL 'PARENTING2NGAN" (BELAJAR BEREMPATI DARI HALUSNYA JIWA ANAK2)

Siang yang panas dengan terik matahari membakar ubun2, membawa saya ke saung kayu di belakang rumah sodara untuk berteduh, kebetulan di bawah saung kayu itu ada sebuah kolam tepatnya empang ikan lele yang tidak besar dan juga tidak terlalu dalam dan airnya berwarna hijau muda. hari itu, di rumah uyut (neneknya ibu) memang sedang ada acara masak2 untuk haulan kakek uyut yang udah meninggal 22 tahun lalu. karena nenek uyut dan kakek uyut saya adalah keluarga besar beranak dan bercucu banyak, maka acara haulan ini bisa dibilang juga sebagai acara reunian keluarga. karena dari mulai anak2nya (generasi pertama) yang s,udah hampir semua menyandang gelar 'kakek n nenek',  cucu2nya (generasi ke2) yang rata2 sudah dipanggil emak n bapak', cicit2nya (generasi ke3) yang juga sudah ada yang menikah dan punya anak, semuanya berkumpul di sana ,terutama anak2, cucu2nya dan juga cicit2nya  yang perempuan dan masih anak2 seperti saya dan dua sepupu saya (Resti n Ndes) juga tentu saja adik bungsu saya opa.

ketika saya melihat saung kayu dan empang  itu, otak imajinatif saya langsung bekerja membayangkan sebuah rakit yang ada atapnya dan kursi2 kayunya sedang berlayar di sebuah danau yang hijau dengan angin sepoi2 melambai menerpa wajahku. maka serta merta saya pun mengajak adk saya dan temannya juga dua sepupu saya ke saung kayu itu. dan naluri saya sbg guru ngaji langsung menyala saat itu juga. "ini adalah momen yang tepat untuk mengajarkan pada anak2 itu tentang pengetahuan islam dan juga huruf hijaiyah setelah beberapa minggu lamanya saya 'cuti' mengajari mereka ngaji di rumah sejak kecelakaan 3 minggu yg lalu" dan merekapun langsung berteriak menyabut ajakan saya dengan semangat dan antusias.

maka siang yang panas itu saya habiskan mengajari mereka menyanyikan lagu huruf2 hijaiyah, lagu ttg sholat 5 waktu yang liriknya saya karang2 sendiri dan nadanya saya ambil dari lagunya lucky laki berjudul 'aku bukanlahlah superman
"aku adalah anak sholeh....
aku sholat 5 waktu...
shubuh, dhuhur, ashar,
magrib, isya,
sehari semalam"
setelah itu, saya lanjutkan dengan bermain games sampai mereka capek dan kehausan, baru kemudian kami beristirahat sambil memakan 'papais' dan menikmati sejuknya angin yang berhembus menerpa wajah kami.

 ketika sedang istirahat itu, sepupu saya Resti yang seumuran dengan Opa memperhatikan tangan kanan saya yang masih dibidai dan dibalut dengan perban kain. tanpa saya duga dia bertanya "teh Eka, leunngenna masih nyeuri? (tangannya masih sakit?)" saya jawab "iya" lalu dengan binar mata serius ia bertanya lagi "ntos bisa digerakkeun? (udah bisa digerakkin belum?)" saya jawab sambil tersenyum "ntos, tapi karak jari2na (udah, tapi baru jari2nya aja)" dan saya pun menggerak2kan jari2 saya di depannya. dan iapun tersenyum manis,  memperlihatkan gigi2 kecilnya yang ompong dan berwarana kuning...

dan siang yang terik itu... saya belajar satu hal, "anak sekecil itu, sudah bisa menunjukkan rasa empatinya pada saya, lalu bagaimana dengan saya???"
sebuah pertanyaan yang tidak mudah saya jawab.

Senin, 20 Juni 2011

the dreams of mine

Saya sering sekali membaca buku motivasi, novel tentang kekuatan mimpi, atau juga mendengar nasehat2 yang menginpirasi, bahkan novel 'sang pemimpinya' Andra Hirata dan '5 cm' nya Donny Dhirgantoro sudah lebih dari lima kali saya baca sejak saya membelinya. namun, entah kenapa kekuatan motivasi dan spirit yang terhisap kedalam diri saya setelah membaca novel2 itu, atau juga setelah saya mengikuti sebuah training motivasi, hanya bertahan paling lama 3 hari..., tidak lebih dari itu. dan setelah itu, saya akan kembali pada kebiasaan lama saya, selalu menunda2 pekerjaan, dan pemalas akut.
Tapi, ketika beberapa hari yang lalu, adik saya memberi tahu saya tentang sebuah video motivasi yang dibuat oleh seseorang yang menamakan dirinya 'sang Pembuat jejak', spirit yang telah lama hilang seakan pulang kembali dan entah kenapa sampai detik saya menulis catatan ini, spirit yang ditularkan 'si pembuat jejak' itu seakan2 mengejar2 saya, dan memaksa saya untuk berbuat hal yang sama dengan apa yang telah diperbuatnya "MENULISKAN 100 TARGET/MIMPI' dalam selembar kertas, dan menempelkannya di dinding kamar atau di tempat yang mudah kita lihat setiap waktu, agar target2 atau mimpi2 itu selalu tertanam dalam ingatan kita dan menjadi 'daily motivation' untuk kita menjalani hari2.
and so, here are the dreams of mine; (walaupun gak nyampe 100 spt SI PEMBUAT JEJAK dan sangat terlambat sekali untuk mrmulai)
  1.  punya tafsir al-quran 30 juz, supaya bisa lebih mendalami isi al-quran
  2.  menerbitkan buku/novel
  3. menjadi penulis yang menginspirasi
  4.  bisa maen gitar n nyiptain lagu islami untuk anak2
  5.  hafal al-quran 30 juz (minimal setengahnya)
  6. jadi guru yang menginspirasi
  7. menikah dengan laki2 yang sholeh, berakhlak mulia, baik agamanya, udah kerja alias tidak nganggur. he... 
  8. ngelanjuti study ke luar negeri pake beasiswa tentunya n lebih ok lagi bareng suami
  9. punya anak2 yang sholeh & sholehah, pinter2, berakhlak mulia, dan menjadi ulama/ilmuan
  10. mendirikan sekolah berbasis qur'an dan science dengan megedepankan akhlakul karimah
  11. mendirikan taman bacaan kayak rumah dunia
  12. punya usaha sendiri (entreupeneur)
  13. naik haji bareng my beloved husband n my parents
  14. meninggal husnul khotimah...
note: mungkin saya termasuk terlambat menuliskan mimpi2 saya, tapi saya percaya tidak ada kata terlambat untuk sebuah perubahan. dan saya yakin Allah yang Maha penyayang akan memeluk mimpi2 saya. 



Senin, 06 Juni 2011

SEBUAH PELAJARAN DARI PASAR MALAM

Dari kejauhan, lampu-lampu itu terlihat seperti kunang-kunang yang terbang bergerombol, berkedip-kedip menghiasi hampir seluruh lapangan bola yang berada tepat di depan masjid Baiturrahim kecamatan Sajira. Senja memang baru saja turun ke bumi, adzan magrib juga baru selesai dikumandangkan oleh sang muadzin dari speaker masjid. Tetapi, orang-orang yang berdatangan menuju pasar malam itu, jauh lebih banyak dari pada yang memasuki masjid untuk melaksakan sholat.  ironis memang, mengingat kampung Sajira ini hampir seluruh warganya beragama islam, tetapi itulah realita yang terjadi sekarang. Tapi, baiklah, kita berhusnudzon saja, mungkin orang-orang yang menuju pasar malam itu sudah lebih dahulu menunaikan shalatnya di rumah masing-masing.
Pasar malam ini memang baru saja dibuka, setelah tiga hari yang lalu para pekerjanya yang mayoritas berdarah jawa, sibuk memasang peralatan-peralatan, tiang-tiang penyangga, juga lampu-lampu sebabagai penerang sekaligus penghiasnya.
Pasar malam yang diadakan oleh Sido Makmur ini, mambuka lima wahana atau permainan, yaitu; komedi putar yang biasanya diminati oleh anak-anak berusia sekitar tiga sampai tujuh tahun, kincir angin atau yang bernama populer bianglala. Ombak banyu, kereta-kerataan, dan sirkus motor cross yang berjalan di atas seutas tali sambil mengelilingi papan yang membatasinya.
 Satu lembar tiket untuk setiap wahana tersebut berharga empar ribu rupiah per orang. Lumayan ekonomis dan terjangkau oleh kocek masyarakat sekitar.walaupun ada beberapa orang tua yang mengeluh karena semua anaknya yang meminta untuk naik semua permainan yang ada di pasar malam itu. Tapi tentunya hal itu tidak terlalu menjadi ganjalan demi menyenangkan anak-anak tercinta,dan melihat tawa bahagia mereka keeeetika menaiki wahana.
Beranjak dari antusiasme masyarakat sekitar menyambut pasar malam itu, tidak ada salahnya jika kita “menengok”para pekerja yang menjalankan wahana-wahana tersebut.
Malam itu adalah malam minggu, dan tentu saja yang lebih banyak datang ke sana adalah para muda-mudi yang masih belia. Wahana faforit para remaja itu adalah ombak banyu yang diputar oleh tiga pekerja lelaki yang juga masih muda dengan cara memutarkannya layaknya ombak.
Setelah semua tempat duduk terisi penuh, seorang laki-laki berperawakan sedang  berbadan tegap dan atletis, mulai memutarkan ombak banyu itu, dibantu dengan dua temannya yang terlihat lebih muda darinya. Musik rapp dinyalakan, putaran ombak banyu itu semakin cepat, meliuk-meliuk seperti ombak, para  penumpang perempuan  mulai menjerit histeris, takut bercampur senang ketika jantung   mereka seperti diajak naik turun. Sedangkan para penumpang laki-laki, bahkan tertawa-tawa riang tanpa sedikitpun berpegangan.
 Pemuda berdada bidang yang memakai kaos putih itu mulai memperlihatkan aksinya. Ia  tiba-tiba melompat memegang salah satu tiang yang menggantung bangku kayu itu, dan dengan posisi kepala di bawah, ia menaikkan kakinya ke atas sambil menggerak-gerakkannya mengikuti alunan musik rapp yang menghentak-hentak. Beberapa  penumpang  sontak menjerit kaget dan histeris karena ngeri melihatnya, tapi ia sendiri malah tersenyum-senyum senang dengan mulut yang bergerak-gerak menyanyikan lagu rapp itu.
Beberapa detik kemudian, ia turun dan berdiri di tengah-tengah, dengan kedua kakinya yang masih dihentak-hentakkan mengikuti musik. Ia kemudian menenggak botol aqua yang berisi air yang ada di sampingnya, dan mengelap keringat yang bercucuran di pelipisnya dengan tangan kanannya. Setelah itu ia meminta para muda-mudi yang naik ombak banyu itu untuk berteriak senang, melepaskan semua beban yang terpendam.

Malam semakin larut, pera pengnujungpun satu demi satu mulai meninggalkan pasar malam tersebut dan pulang ke rumahnya masing-masing. Dan pemuda itupun juga mulai terlihat kelelahan karena harus memutar ombak banyu dengan kedua tangganya. Tetapi matanya yang terus berbinar dan senyumnya  yang terus mengembang, mengisyaratkan bahwa ia tidak mengeluh sedikitpun, tetapi sebaliknya ia malah sangat mencintai pekerjaannya itu, walupun mungkin di mata sebagian besar orang, profesinya sebagai pemutar wahana ombak banyu, tidak memiliki prestise apa-apa, apalagi mengahasilkan uang yang banyak untuk menebalkan dompetnya.
Tetapi, ia tetap menghayati profesinya itu,dan bekerja dengan hati yang terbuka, menghibur setiap orang dengan aksi sirkusnya dan membuat mereka senang hingga tersenyum dan tertawa bahagia.
Sudahkah kita mencintai pekerjaan kita seperti halnya pemuda itu???


                                                                                   
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              

ANTARA WAGINA DAN MAHASMARA

Ada yang pernah menonton ‘SINEMA WAJAH INDONESIA’ di SCTV? yang tayang satiap malam minggu pukul 22. 30? Itu memang bukan sekedar sinema atau film lepas Televisi yang biasa, yang menghadirkan kisah cinta anak muda dengan segala bumbu2 asmaranya, lebih dari itu, sinema wajah Indonesia memang menghadirkan cerita yang mewakili adat dan budaya masyarakat Indonesia, terutama budaya lokalnya. Memang tetap ada kisah cintanya, tapi itu tidak menjadi inti cerita yang utama.
Saya memang baru dua kali menonton sinema wajah Indonesia, yang pertama berjudul MAHASMARA, film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Mahasmara yang memiliki bahu lawean, setiap ia akan menikah, maka calon mempelai prianya meninggal dunia sebelum akad nikah dilangsungkan. Iapun dicap sebagai perempuan pembawa sial, karena sudah hampir dua kali menikah, calon mempelai laki2nya meninggal dunia semua, yang pertama meninggal beberapa jam sebelum akad nikah karena tertabrak mobil ketika akan mengambil pesanan cincin pernikahannya, dan yang kedua, meninggal sehari sebelum pernikahan karena kepalanya menyundul lampu gantung saat ia sedang digotong2 oleh teman2 lelakinya karena berhasil memenangkan adu panco pada acara melepas bujang, yaitu acara kumpul2 calon mempelai laki2 dengan teman laki2nya.
Mahasmara putus asa dan berniat untuk tidak menikah lagi, namun di saat ia ingin menutup dunianya dan mengubur harapannya tentang sebuah pernikahan, seorang laki2 sederhana, yang juga pegawai toko barang antiknya telah merebut perhatiannya dan lama2 menyemaikan benih2 cinta di hatinya. Ia sangat mencintai laki2 itu begitu pula sebaliknya. Tapi seberapa besarpun Mahasmara mencintai laki2 itu ia memutuskan untuk tidak akan menikah dengannya, karena ia tidak ingin kehilangan laki2 yang sangat dicintainya itu. walaupun laki2 tersebut bersikeras akan tetap melamarnya dan sudah siap dengan kosikuensinya yaitu meninggal dunia.
Di akhir cerita, akhirnya Mahasmara luluh juga dan menerima lamaran laki2 itu. Tepat seminggu sebelum hari pernikahan, ia mendapat telpon bahwa mobil yang ditumpangi calon suaminya itu kecelakaan. Ia panik dan langsung menyusul ke tempat kejadian, tapi di tengah jalan, kakak iparnya menelpon bahwa informasi tadi salah dan laki2 yang berada dalam mobil yang menabrak pohon itu bukan calon suaminya melainkan orang lain. Dan ternyata Don,  calon mempelai laki2 dari perempuan berbahu lawean itu sedang asyik memilih ayam jago yang akan dibelinya di pasar tradisional.
Adapun film yang ke dua yang saya tonton malam minggu kemarin di Sinema Wajah Indonesia adalah “WAGINA BICARA LAGI”. Masih mengangkat budaya dan kultur Jawa, film ini bisa dikatakan ingin membincang tentang budaya patriarki dan feminisme dalam sebuah rumah tangga atau pernikahan.
Diceritakan, bahwa Wagina adalah seorang perempuan jawa tulen, berkepribadian lembut dan pendiam, juga sangat manut pada suami. Ia memiliki dua orang anak, perempuan dan laki2. Setiap subuh, ketika orang2 berangkat ke masjid untuk shalat, ia sudah harus bersiap berangkat kerja, karena tempat kerjanya yang terletak di pusat Jakarta dan jauh sekali dari rumahnya yang berada di depok. Sebenarnya, ia tidak perlu berangkat subuh2 sekali, jika saja suaminya yang malas bekerja itu mau mengantarkannya setiap pagi dengan mobil ataupun sepeda motornya. Jadi, Wagina bekerja, bukan karena suaminya tidak mampu bekerja atau miskin atau juga cacat. Melainkan karena suaminya itu memang tidak mau bekerja  apalagi memberi nafkah padanya dan anak2nya. Maklum, suaminya itu adalah anak bungsu dari keluarga yang berada dan selalu dimanja.
Maka terciptalah sebuah paradoks dalam keluarga itu, Wagina yang seorang istri harus berangkat bekerja dari sebelum matahari terbit dan pulang ketika matahari terbenam, sedangkan suaminya, hanya ongkang2 kaki di rumah, menghabiskan pulsa untuk menelpon selingkuhan2nya, berjalan2 dengan mobil dan motornya dan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat, memarahi Wagina dan bahkan tidak jarang menganiayanya.
Apakah Wagina mengeluh? Dalam film berdurasi kurang lebih 90 menit itu, perempuan yang bekerja sebagai penjaga toko batik itu sama sekali tidak mengeluh. Bahkan walaupun seluruh uang gaji hasil keringatnya diberikan pada suaminya setiap bulannya. Ia tetap bersemangat bekerja, dan membuat sebuah prestasi dengan berhasil memberikan omzet yang besar pada toko/perusahaan batik  tempatnya bekerja. Iapun di beri tunjangan dan mulai diperhatikan oleh atasannya.
Namun, tidak demikian dengan kehidupan rumah tangganya. Ketika hatinya sudah merasa benar2 tidak tenang oleh pertengkaran2 dengan suaminya, ia memutuskan untuk menuntut cerai. Tapi, keinginannya itu di tentang sekali oleh mertuanya, dengan alasan, tidak pantas seorang istri menuntut cerai pada suaminya, karena itu dianggap sebuah penghinaan pada keluarga sang suami. Mertuanya itu tidak mau tahu bahwa anak laki2nyalah yang menyebabkan kenapa Wagina menuntut cerai. Tetapi, dengan sikap tenangnya, Wagina tidak membicarakan apalagi melaporkan tingkah laku suaminya pada mertuanya Ia sungguh hanya ingin hidup tenang, dan jalan satu2nya adalah dengan bercerai, ia juga hanya mengatakan bahwa  alasannya menuntut cerai adalah karena sudah tidak ada kecocokkan lagi dengan suaminya, bukan karena KDRT yang kerap kali ia terima dan bukan juga karena tidak ada nafkah yang pernah ia terima dari suaminya.
Disinilah inti cerita dari film itu. betapa ribetnya menjadi seorang perempuan. Bahkan dalam salah satu dialognya Wagina berkata, “jadi perempuan itu memang repot…”. Maksudnya adalah, betapa tidak mudahnya hanya untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan hati, betapa rumitnya untuk bercerai dari suaminya dan membangun kehidupan sendiri yang lebih tenang.
Tapi untungnya, dalam film ini, akhirnya tuntutan cerai Wagina diterima, dan film ini ditutup dengan sebuah ending yang berkesan sekali, pagi itu adalah tanggal 17 agustus, ia mengantar kedua anaknya ke sekolah untuk mengikuti upacara peringatan kemerdekaan. Anaknya yang perempuan memakai kostum perawat, membawa tas dokter bergambar palang merah, sedangkan anaknya yang laki2 memakai kostum pejuang Indonesia, membawa bambu runcing dengan wajah yang bercoreng moreng. Ketika upacara berlangsung dan peserta upacara sedang dalam keadaan hormat pada sang saka merah putih, Wagina tiba2 menyeruak ke barisan dimana kedua anaknya berdiri dan serta merta memeluk keduanya, ia merasa bahagia sekali karena baru saja mendapat kabar kalau ia diterima kerja di Pekan baru, dan itu berarti ia tidak usah khawatir lagi tentang nasib anak2nya, lalu anaknya yang laki2 bertanya dengan polosnya, “ibu, apakah kita sudah merdeka?” sambil memandang ke arah bendera merah putih, Wagina menjawab dengan senyuman penuh makna, “iya nak, KITA SUDAH MERDEKA”.   
Sebuah ending yang simbolis sekali, yang menggambarkan betapa berharganya sebuah kemerdekaan, sebuah kebebasan dari keterkungkungan yang membelenggu. Dan film ini, seolah menggambarkan, bahwa seorang perempuan bernama Wagina telah berhasil meraih kemerdekaannya dengan diterimanya tuntutan cerainya dan diterimanya ia bekerja di pekan baru. Dengan demikian ia bebas menentukan jalan hidupnya dan bisa mandiri menghidupi anak2nya. Maka ia seolah sudah meraih kemerdekaanya sebagai seorang wanita, kemerdekaan hati yang telah ia nanti.
Dari kedua film tersebut, ada benang merah yang cukup menonjol, yaitu dunia perempuan dan sebuah pernikahan. Walaupun kedua film itu berbeda dari segi alur penceritaan juga inti dan pesan yang ingin disampaikan, tetapi tetap saja, dunia perempuan dan masalah pernikahan menjadi background yang melatarbelakangi kedua film tersebut.
Selalu menarik memang, membicarakan dunia perempuan dan permasalahan bias gender yang menghiasinya. Karena memang kultur budaya masyarakat kita, terutama kultur budaya jawa sangat kental sekali dengan budaya patriarki. Bukankah ibu Kartini yang mendapat gelar pahlawan gender juga berasal dari Jawa? Juga film yang pernah menuai controversial, “Perempuan Berkalung Sorban”, mengangkat tema cerita budaya patriarki dengan latar tempat pesantren di Jawa?
Baiklah, kita tidak akan membahas tentang permasalahan bias gender dan isu feminisme di sini,pertama karena saya bukan ahlinya, kedua, saya juga bukan termasuk aktifis gender yang selalu ingin menyamakan kedudukan wanita dan laki2 dalam proporsi yang sama, yang sebenarnya sudah sama itu. bukankah dalam Al-Quran sendiri dikatakan bahwa barang siapa yang berbuat baik/beramal sholeh, baik laki2 ataupun perempuan, maka Allah akan memberikan pahala pada keduanya. Maka, lewat catatan sederhana ini, saya hanya ingin berbagi tentang pelajaran apa yang bisa kita ambil dari film tersebut.
Untuk film yang pertama, Mahasmara,  tentu saja, pesan yang dapat kita ambil adalah bagaimana kita menyikapi Qadha dan Qadhar Allah Swt. Seringnya dalam masyarakat kita, kita selalu mengait2kan musibah atau bencana yang menimpa kita dengan sesuatu yang tidak masuk akal, seperti kalau kita menabrak kucing dan kucing itu meninggal, maka kita harus menguburkannya dengan salah satu pakaian kita, karena kalau tidak, maka kita akan tertimpa sial, atau juga ada pepatah yang mengatakan ‘jangan bepergian hari selasa dan sabtu, karena suka celaka’. Makanya ketika saya terkena musibah pada hari sabtu, bibi saya serta merta berkata, ”makanya jangan bepergian hari sabtu, gini neh akibatnya, waktu dulu juga mak Munah (uwaknya ibu) meninggal karena kecelakaan pas hari sabtu”.
Begitu pula dengan tema yang di angkat dalam film Mahasmara. Seorang perempuan berbahu lawean (lebar) di yakini sebagai pembawa sial karena selalu membawa petaka kematian calon suaminya. Tapi untungnya, ending film itu, justru melawan mitos tersebut, bahwa kematian, musibah dan bencana, tidak ada sangkut pautnya dengan apa pun, tidak dengan hari2 tertentu, tidak dengan hewan2 tertentu, dan tidak juga karena bentuk fisik seseorang. Semua itu terjadi benar2 atas izin Yang Maha Kuasa yang sudah dicatatnya dalam kitab Lauh Mahfudz. Bukankah selembar daun yang jatuh saja sudah ada catatannya disisiNya? Apalagi untuk hal2 yang besar seperti itu. Allah berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian, kecuali telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya. (QS. AL-Hadid: 22)
   Sedangkan untuk film, “Wagina Bicara Lagi”, ada pesan yang indah disana, khususnya untuk para perempuan yang belum menikah dan akan menikah. Terlepas dari film tersebut memang sedikit mengangkat isu feminisme dan budaya patriarki.
Untuk perempuan yang belum menikah dan akan menikah, pesan yang bisa diambil adalah, hendaklah kita  sangat berhati2 dan teliti memilih jodoh atau calon suami, karena hal itu akan berdampak besar dalam kehidupan rumah tangga kita kelak. Bukankah Ada pepatah indah yang mengatakan bahwa “Bagaimana kita akan menghabiskan sisa hidup kita, tergantung dengan siapa orang yang mendampingi kita”.
Dalam hal ini, Nabi kita telah mewasiatkan sebuah wasiat yang berharga pada kita dalam memilih pasangan hidup, yaitu tidak hanya karena ia kaya raya berlimpah kemewahan, tidak juga karena ia tampan serupa artis yang rupawan, dan terakhir tidak juga karena ia termasuk keturunan raja2 penguasa, tetapi karena akhlak dan agamanya lah yang kita utamakan.
Dalam wasiat lain, Nabi menambahkan, “Nikahkanlah anak2 perempuan kalian dengan laki2 yang paling baik akhlak dan agamanya, karena jika ia menyukainya, ia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya, ia akan menghormatinya dan tidak menyia2kannya”. Khusus dalam hal ini, dalam kitab Fikh Sunnahnya Said Sabiq, Imam Ghozali menjelaskan bahwa alasan kenapa seorang bapak harus berhati2 dalam menikahkan anak perempuannya, tidak lain karena seorang perempuan tidak memiliki hak dan kebebasan untuk menceraikan suaminya jika ternyata di kemudian hari sang suami tidak bertanggung jawab ataupun bertingkah buruk padanya.
Pendek kata, sedia payung sebelum hujan, karena jika sudah kehujanan, air yang basah tidak bisa diangkat lagi ke langit dalam waktu sekejap, kecuali harus menunggu matahari mengeringkannya. Dengan begitu mudah2an kisah yang dialami Wagina dalam film itu, tidak akan menimpa kita, amiin. Dan kita tidak perlu memperjuangkan kemerdekaan kita sebagai perempuan, karena kita memang sudah merdeka dengan cahaya islam yang dibawa Rosul akhir zaman.