Jumat, 04 November 2011

Tentang Kematian

"Tahan saetik, neng, ulah sieun ja jauh ka paeh.
emang paeh babari kitu? puguh hese." 

Kalimat itu dilontarkan begitu saja tanpa beban oleh perempuan paruh baya itu,  demi melihat wajah saya yang meringis menahan sakit, ketika ia mencoba merengkuhkan tangan kanan saya yang sejak 3 bulan terakhir selalu berada dalam posisi lurus. hampir 3 bulan tangan kanan saya memang 'diistirahatkan oleh Allah untuk tidak banyak bergerak setelah musibah kecelakaan itu, dan hasilnya, sekarang tangan kanan saya sulit sekali untuk direngkuhkan, hanya ada rasa sakit yang menggigit di bagian siku2 saya. 

Maka demi mendengar ada tukang urut yang tidak terasa sakit ketika mengurutnya, bapak saya antusias sekali, berharap sekali saya segera sembuh dengan tanpa harus merasakan sakit yang amat sangat. dan memang benar, ketika ibu2 paruh baya itu mengurut tangan saya, membetulkan kembali letak tulang yg patah, menarik dan memelintir tangan kurus saya, saya tidak merasakan sakit sedikitpun, apalagi dia juga selalu mengajak saya ngobrol dengan bertanya ini itu, maka otomatis saya pun terfokus pada apa yang dikatakannya, bukan pada tangan saya yang sedang 'dirombak'. namun ketika sampai pada merengkuhkan tangan, saya benar2 merasakan sakit yg luar biasa, seakan otot2 tangan saya benar2 tidak mau merengkuh lagi. maka terlontarlah kalimat di atas itu dari mulutnya yg kurang lebih berarti 'gak usah takut mati neng,hanya karna menahan sakit  ketika diurut, emangnya mati itu gampang? orang susah kok'.dalam hati saya mengiyakan. Dan sampai saat ini, ketika saya teringat kembali kecelakaan yg menimpa saya 3 bulan lalu itu. saya tak habis mengiyakan kalimat ibu itu.

Ya, di satu sisi, apa yang dikatakan Bu haji itu benar adanya. jika Allah belum berkehendak atas kematian seseorang, seberapa besar usaha orang itu untuk mencapai kematian, tetap saja malaikat maut tidak akan datang menghampirinya. berapa banyak orang-orang yang berputus asa pada hidup kemudian mencari pelarian pada kematian dengan berusaha bunuh diri? namun usaha bunuh diri itu gagal karena Allah memang belum menghendakinya untuk meninggal? maka dalam hal ini, kematian bukanlah suatu hal yang mudah, karena ada kehendak Allah yang "bermain" disana.

Namun di sisi lain, justru sebaliknya, pada sebagian orang, kematian tidaklah begitu sulit, misalnya pada kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau tabrakan, atau bahkan tanpa sebab apapun, betapa banyak orang di sekitar kita yang meninggal tanpa di sangka-sangka, tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba meninggal atas kehendakNya, walaupun tentu saja orang tersebut tidak atau belum menginginkan dan mengharapkan malaikat maut mencabut nyawanya. maka dalam hal ini, kematian sungguh merupakan sebuah misteri yang hanya Allah lah yang Maha Mengetahuinya.

Dan pada pertengahan Ramadhan kemarin, saat matahari sedang beranjak menuju waktu ashar, saya juga orang-orang kampung saya dikejutkan oleh berita kecelakaan dua pemuda kampung kami yang tabrakan, di jalan yang tidak jauh dari kampung kami. dan naasnya, kecelakaan itu telah merenggut nyawa salah satu dari mereka. padahal, keduanya adalah teman dekat, bahkan waktu pagi2nya mereka berdua terlihat sedang bermain gitar bersama di depan rumah pemuda yang meninggal itu.

Ah, kematian, selalu saja menghadirkan tanya. namun tentu saja kita tak kan pernah mendapatkan jawabnya, meski beribu orang telah berusaha menguak setiap jengkal rahasiNya. ia tetap saja tidak akan pernah terjangkau. wallahu a'alam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar