Minggu, 22 Januari 2012

I Love the rain,
when it waters
the blossom of flower

in your eyes...

Saat Menjadi orang yang paling SOK-TAHU sedunia

Suatu siang yang panas, ada dua orang pembeli laki-laki yang datang ke warung, laki-laki yang satu yang terlihat lebih tua, memakai kemeja hitam yang bergaris-garis. sedangkan laki-laki yang satunya lagi terlihat lebih muda, sedikit lebih berisi dan memakai kemeja hijau lumut. sambil memilah-memilih kaset yang akan dibeli, laki-laki yang berkemeja hitam bertanya ini itu pada saya. menanyakan siapa saya? apa benar saya ini anaknya ibu saya? juga hal-hal yang seolah-olah ingin ia tunjukkan bahwa ia sudah mengenal jauh ibu saya, karena sering ngobrol setiap ia belanja ke warung kami. saya memang belum genap satu tahun tinggal menetap di kampung kelahiran saya ini, jadi saya juga tidak tahu siapa-siapa saja yang menjadi langganan ibu. maka saya  dengarkan saja semua pembicaraannya, dan hanya berbicara jika ia bertanya.

Ketika pulang ke rumah, saya menceritakan tentang pembeli tadi kepada ibu, dan saya cukup kaget saat ibu bilang bahwa ibu juga tidak tahu nama orang itu siapa, tidak tahu ia orang mana, namun ibu membenarkan bahwa  pembeli tersebut memang sering bertanya-tanya banyak hal pada ibu jika ia belanja ke warung. saya langsung bisa menarik kesimpulan bahwa pembeli yang tadi itu sudah SKSD sekali, Sok Kenal SOK Dekat sekali dengan ibu saya. dan saya tidak kuat untuk menahan tawa jika mengingatnya.

Namun, semalam, saya hampir tidak bisa tidur karena memikirkan suatu hal  yang  sama  dengan  yang laki-laki itu lakukan. dengan rasa PD yang overdosis, saya sudah SKSD  dengan seseorang,  merasa menjadi orang paling SOK TAHU dibanding siapapun, menjadi orang paling SOK mengenalnya lebih dari siapapun.  

And see... ternyata, oh...! saya tidak lebih bodoh dari seekor kakaktua yang berkicau seolah-olah ia burung paling tahu dan pintar di muka bumi ini, menyapa orang-orang yang lewat, namun kenyataannya ia tidak pernah tahu apa yang dikatakannya. menggelikan bukan?

Tapi, tentu saja burung kakaktua itu lebih baik dari saya, dengan ia berkata-kata menirukan  manusia, ataupun menjawab salam dan sapaan seseorang, ia telah membuat orang tersebut tersenyum geli, tertawa, ia telah menghiburnya. sedangkan saya??

Aih..., semua ini benar2 seperti sebuah parade kebodohan*. menggelikan, dan saya benar-benar ingin menertawakan diri saya sendiri.


Parade kebodohan, seperti yang dikatakan kang Fahd Djibran di blognya, bagi saya merupakan sebuah aksi dari KE-SOK-TAHUAN kita tentang sesuatu, merasa menjadi orang PALING TAHU, bahkan PALING BENAR dari siapapun di dunia ini. dan sayangnya, saya begitu sering terjebak dalam lingkar ini.


*istilah ini diambil dari catatannya Kang Fahd di blognya yang berjudul Parade Kebodohan.

"Dua Tembok Ratapan paling besar di dunia"


"Apakah yang paling membuatmu merasa lega dalam hidup yang ingar ini?"
kau bertanya dengan pelan, menyeruput kopi kesukaanmu dengan tenang. 
Ku jawab dengan mantap,
"Saat ada seseorang yang bersedia menjadi "tong sampah" atas segala keluh kesah dan ratapan hati kita".
kau tersenyum, 
"Jika tidak ada?"
"Maka hidup akan seperti berasa di neraka."
kau tertawa, terbahak, sampai tubuhmu terguncang-guncang.
"Ha...ha...ha...yang benar saja! memangnya kau pernah pergi ke neraka? lagipula, bukankah saat ini kita sudah tidak butuh lagi seseorang yang bersedia untuk menjadi "tong sampah" untuk keluh kesah kita?"
"Maksudmu?" aku mengernyitkan dahi, tidak paham. 
kau malah tersenyum, menyeruput kembali kopimu yang tadi sempat tertunda saat kau tertawa mendengar jawaban polosku. 
"Coba saja lihat akun Facebookmu, atau akun twittermu, apa saja yang sudah kau tumpahkan di sana? keluh kesah dan ratapan bukan?juga rasa kecewa, kesal, bahkan benci atas sesuatu, dan...hanya sedikit sekali tentang sesuatu yang mengungkapkan rasa syukur atau kebahagiaan," 
Aku hanya terdiam, mendengar semua ocehannya itu, ingin berteriak tidak terima, namun hati kecilku diam-diam membenarkan setiap baris kata-katanya. 
"Yups, Facebook dan Twitter, adalah dua tembok  ratapan paling besar di dunia saat ini,* jadi, untuk apa kita masih membutuhan "seseorang" yang bersedia menjadi "tong sampah" atas keluh kesah kita? karena saat ini, ketika kita merasa sedih, galau, kecewa, kesal, dan butuh untuk didengarkan, kita hanya tinggal buka akun FB atau Twitter kita, menuliskan status yang mewakili perasaan kita, entah itu sebuah umpatan, ratapan ataupun kegalauan, kemudian tinggal meng-klik publish, tak kurang dari 1 menit, "sampah-sampah" yang kita tumpahkan itu telah terbuang ke "tong sampah" yang bahkan tidak lagi berbentuk sebesar keranjang sampah, namun sudah membentuk "tembok besar" yang dapat dibaca oleh ribuan, jutaan bahkan milyaran manusia tanpa mengenal batasan waktu dan tempat. dan jika beruntung, dalam beberapa menit atau jam kemudian, beberapa orang temanmu atau kenalanmu akan memberikan komentar atau juga sedikit simpati, dan jika kau sedang tidak beruntung, maka statusmu itu benar2 akan menjadi sampah yang tidak berguna sama sekali. karena tidak dikomentari, atau tidak mendapat simpati dari siapapun. mengenaskan bukan?" 
aku sudah benar-benar kehilangan selera untuk menghabiskan sisa kopi moccaku yang baru tandas seperempat gelas, kulirik kembali status yang baru saja aku publish beberapa menit lalu, di akun FBku, sebuah puisi yang terdiri hanya dari empat baris, puisi tentang kegalauan hati, atau lebih tepatnya sebuah ratapan hati,
aih..., tiba-tiba saja aku jadi merasa menjadi seorang badut yang beratraksi di sebuah ruangan yang sunyi,
tak ada tepuk tangan, ataupun sorak sorai. dan semua ini benar2 menggelikan.
oh...tidak!bukan menggelikan, tapi mengenaskan.
ada getir yang terasa merembesi hati.

"Hei, kok malah melamun? tenang saja, aku akan selalu siap menjadi "tong sampahmu" kapanpun kau membutuhkan, gratis, dan semua sampahmu akan aku simpan dengan sangat rapih di sini, kau percaya?"
kau tersenyum dan menunjukkan jari-jari tangganmu ke sebelah kiri dadamu.

"Tentu saja, tidak ada yang lebih membahagiakan selain memiliki "tong sampah" yang bisa tersenyum dan tertawa sepertimu". jawabku bahagia. ^ _ ^


*thanks to Kang Fahd Djibran, atas quotenya di catatan "kecepatan", it's really inspires me to write this little note. : )


Sabtu, 21 Januari 2012

episode galau

what must i say?
when the fact
is really breaks my heart??



could you tell me???