Senin, 21 Desember 2015

Indonesia Scout Challenge 2015 Zona 1 Kwarcab Lebak Menyisakan Tanya “Ada Apa Dengan Panitia?”

Bagi anak-anak pelosok, yang untuk pergi ke sekolah saja harus berjalan kaki sejauh Lima kilometer lebih, bisa ikut berpartisipasi dalam lomba kepramukaan dalam lingkup sekabupaten merupakan sebuah keajaiban dan kesempatan yang sangat langka sekali. Berbeda halnya dengan anak-anak yang beruntung bisa bersekolah di daerah perkotaan atau minimal sedikit lebih tengah ke kota, yang hampir setiap tahun selalu mewakili kecamatan atau juga kabupatennya masing-masingdalam lomba kepramukaan, baik lomba tingkat tiga atau LT3 juga jambore daerah bahkan jambore national. Maka, saat akhirnya kesempatan langka ini datang, anak-anak pelosok itu sungguh tidak mengharapkan untuk bisa membawa pulang piala, karena menjadi salah satu peserta dalam eventyang sangat bergengsi ini saja bagi mereka adalah sebuah hadiah yang indah. Bukan karna, kemampuan mereka yang dibawah rata-rata, sehingga selalu tidak dilirik oleh pihak kwarran dalam mewakili kwartir ranting di LT3 misalnya, tetapi lebih karena kesempatan yang tidak kunjung datang itulah, mereka paling jauh mengikuti kegiatan kepramukaan di tingkat kecamatan. 

Maka, saat akhirnya kesempatan itu datang pada anak-anak SDN 1 Sindangsari Kec. Sajira, kesempatan mengikuti lomba di tingkat kabupaten dengan tidak mewakili kwartir ranting masing-masing tetapi benar-benar mewakili gugus depan dimana mereka berpramuka selama ini, mereka benar-benar gembira dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Selama hampir tiga minggu, mereka rela pulang sekolah saat adzan ashar berkumandang karna harus latihan dulu setiap harinya di sekolah. Karna jarak rumah mereka yang jauh, mereka selalu membawa bekal nasi untuk makan siang di sekolah sambil menunggu saya datang. Saya memang tidak mengajar di sekolah mereka, tetapi karna di sekolah itu, pembina perempuan nya belum ada yang mengikuti KMD, maka saya diminta oleh kepala sekolahnya untuk membimbing siswa mereka, karena sekolah mengirimkan regu perempuan. 

Tanggal 31 Oktober 2015, anak-anak itu berangkat dari rumah pukul 4 pagi, karena panitia menjadwalkan pukul 6 pagi itu sudah mulai pendiriantenda sampai jam 8. Alhasil, kami berangkat dari sekolah sekitar pukul 5 agar tidak terlmabat mendirikan tenda. Karna ketepatan waktu dalam pendirian tenda masuk penilaian tambahan.

Pukul 6 pas, kami sampai di Pusdiklatpur Ciuyah tempat ISC zona 1 Lebak di laksanakan. Mobil-mobil bak terbuka terlihat memadati jalan masuk, mungkin mereka sampai disini dari pukul 5 pagi. Saya langsung menuju secretariat panitia untuk mengambil Nomor kapling, tetapi dari kejauhan, antrian panjang para pembina pendamping sudah mengular di depan sekretariat. Saya langsung berlari dan ikut mengantri, tapi hampir pukul 7, antrian itu hanya bergerak sedikit demi sedikit layaknya siput berjalan. Dan itu di karnakan, panitia tidak hanya membagikan kapling tetapi juga membagikan kaos peserta juga mengurus hal-hal administrative lainnya. 

Pukul 7 saya masih berdiri mengantri, sedangkan sekolah-sekolah lain yang sudah lebih dulu mengambil kapling, sudah mulai mendirikan tenda. Baru ketika pukul setengah 8, saya berhasil mendapatkan Nomor kapling dan kaos, setelah panitia akhirnya berinisiatif perwakilan dari tiap kwarran untuk masuk dan mengambilkan Nomor kapling gugus depan lain yang masih satu kwarran. Dari proses pengambilan Nomor kapling yang seperti itulah, benih-benih kekecewaan saya juga para pembina pendamping yang lain mulai  muncul. Karna apa yang tertera di juknis dan juklak ISC 2015 samasekali tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. 

Dengan sigap anak-anak langsung mengangkut barang-barang dan perlengkapan kemah seperti tenda, tongkat, kayu bakar, peralatan masak dan tas mereka masing-masing ke kapling B35 yang berada di dekat tenda besar panitia. 

Dengan cekatan mereka langsung mendirikan tenda sesuai dengan tugasnya masing-masing ketika mereka latihan di sekolah. Tidak sampai satu jam, tenda sudah berdiri tegak, jemuran dari tongkat juga sudah terpasang, beberapa anak sedang menancapkan pagar bambu, hanya tinggal gapura dari pioneering yang masih belum selesai dirakit. Tapi dari pengeras suara, panitia sudah mulai memanggil-manggil untuk berkumpul karena perlombaan akan segera dimulai. Anak-anak mulai terlihat gelisah dan gugup, karna waktu pendirian tenda tinggal beberapa menit lagi, dan mereka diminta segera berkumpul di dekat aula supratman.

Akhirnya saya memutuskan untuk melanggar peraturan panitia yaitu meminta bantuan kepada guru laki-laki untuk menyelesaikan mendirikan gapura, sedangkan anak-anak, saya dampingi untuk berkumpul dan mengikuti lomba sesi pertama. 

Seluruh peserta putra dan putri berkumpul merumput di samping aula supratman, panitia dari anak-anak DKC (dewan kerja cabang) yang masih merupakan anggota penegak atau siswa-siswi SMA terlihat sudah payah menjelaskan sesuatu berkaitan dengan games yang nanti akan dilaksanakan dengan !menggunakan pengeras suara yang kurang terdengar jelas. Sampai akhirnya, saya maju mendekati panitia DKC itu dan memberikan saran untuk memberikan penjelasan melalui pinru saja, baru nanti pinru yang akan mengumumkannya ke regu masing-masing. 

Kemudian panitia tersebut memanggil pinru dan meminta mereka berbaris baru ia menjelaskan pengumuman tentang pembagian tempat dan sesi games antara putra dan putri.

Pukul 9 sampai dengan pukul 12 siang, peserta putri mengikuti games yang berada di halaman samping aula-aula yaitu games English corner, games aku cinta Indonesia, games tebak lagu, games dasa darma, dan games sense challenge atau meraba benda. 

Alhamdulillah kami berhasil mengumpulkan medali dari tiap mata lomba walaupun tidak maksimal, setidaknya anak-anak telah berusaha semampu mereka. Untuk lomba games aku cinta Indonesia kami berhasil mendapat 3 medali, games tebak lagu 3 medali, games dasa darma dan pancasila 1 medali, dan games sense challenge 1 medali. Sedangkan English corner, Yuyun dan anas sama sekali belum mendapat kesempatan untuk bermain dan mengikuti lomba karna keburu waktu istirahat dan kata mereka akan dilanjutkan nanti setelah dhuhur.

Selepas dhuhur, kira-kira pukul 1, perlombaan sesi dua dimulai. Bertukar tempat dengan peserta putra, kini giliranku peserta putri yang mengikuti Lima games berikutnya yaitu games P3K, games badge challenge atau menempelkan atribut pramuka, games susun kata, games navigasi, dan games membuka kotak. Anak-anak langsung menuju tempat games masing-masing dan mengikuti perlombaan. 

Karena kata panitia English corner putri yang belum bermain dilanjut setelah dhuhur, maka saya mendatangi tempat English corner untuk melihat anak-anak. Tapi ketika saya sampai di sana, yang antri mengular di belakang papan English corner bukan peserta putri tetapi peserta putra. Saya bertanya pada panitia dan jawab mereka, English corner putri yang belum bermain DINYATAKAN GUGUR. Saya kaget sekali mendengar nya dan tentu saja tidak terima. Itu keputusan sepihak dari mana? Dan bagaimana bisa? Sebelum dhuhur tadi bilangnya akan dilanjut setelah dhuhur tapi pas setelah dhuhur dinyatakan GUGUR. Saya bertanya kembali pada panitia yang merupakan anak2 penegak itu siapakah yang menyatakanGUGUR tersebut? Panitia yang mana? Panitia dari kwarcabataukah panitia dari jawa pos? mereka menggelengkan kepala bingung, lalu saya pun pergi ke sekretariat panitia di aula bung hatta. 

Sesampainya disana, saya langsung kebanyakan perihal lomba English corner yang dinyatakan GUGUR itu pada panitia dari pihak kwarcab yaitu kak Unang yang kebetulan sedang berada di sana. Tapi jawabannya sungguh membuat saya semakin aneh dan heran, dia menyuruhnya saya untuk langsung bertanya pada panitia jawa pos yang terlihat sedang duduk –duduk di lantai, tapi kak Unang juga menyarankan saya untuk mengajak pembina-pembina pendamping lainnya minimal Lima orang yang memang sekolahnya punya masalah yang sama.

Saya keluar dari ruangan panitia dan mencari pembina pendamping yang saya kenal dan sama-sama punya masalah yang sama yaitu belum mengikuti lomba atau permainan tetapi sudah dinyatakan gugur. 

Akhirnya saya bertemu dengan pembina pendamping dari gugus depan ciuyah 3, bahkan anak muridnya tidak hanya satu perlombaan yang belum sempat diikuti tetapi dua perlombaan, English corner dan aku cinta Indonesia. Maka kami pun segera ke ruang panitia dan mempertanyakan masalah tersebut ke panitia jawa pos. 

Kami  berdebat panjang lebar dengan panitia dari jawa pos, bahwa kami ingin anak-anak kami yang belum sempat mengikuti perlombaan diberi keswmpatan. Bukan untuk mendapatkan medali, tetapi lebih karena agar usaha mereka untuk latihan dan belajar demi mempersiapakan perlombaan tersebut ketika di sekolah tidak lah sia-sia. Menang atau kalah, medali atau penghargaan apapun itu sungguh tidak masalah, yang terpenting anak – anak tidak merasa kecewa karena mereka tidak mengikuti lomba hanya karna tidak cukup waktu dan itu bukan salah mereka sendiri. Jika memang mereka yang terlmabat datang ke tempat lomba, atau alasan pribadi lainnya, itu adalah urusan lain, tetapi ini, mereka telah mengantri berjam-jam di bawah terik panas matahari dan sebelum mereka mendapat giliran mereka di suruh istirahat, dan setelah waktu istirahat habis tiba-tiba saja mereka dinyatakan GUGUR. Prosedur macam apa itu?Lalu, panitia dari jawa pos akhirnya bilang akan mempertimbangkan masalah tersebut dan kamipun ke luar ruangan. 

Perlombaan sesi kedua baru berakhir pukul setengah empat, anak-anak terlihat senang sekali dengan perolehan medali yang mereka dapatkan, dari pengeras suara panitia terdengar mengumumkan kepada seluruh peserta yang sudah selesai mengikuti lomba dan mendapatkan medali untuk segera menukarkan medali tersebut dengan stempel ke ruang panitia.

 sore di bumi perkemahan ISC itu mereka habiskan untuk bermain, jajan, dan jalan-jalan keliling tenda mencari kenalan. 

Selepas magrib, terdengar pengumuman bahwa perlombaan English corner, aku cinta Indonesia dan dasa darma dan pancasila untuk peserta putra dan putri yang belum mengikuti akan dilanjutkan setelah isya. Saya lega mendengar nya, karna aspirasi kami ternyata benar-benar diperhatikanu oleh panitia. Saya langsung menyuruh yuyun dan anas untuk bersiap-bersiap mengikuti lomba English corner di tempat yang telah ditentukan. 

Tapi selang beberapa menit kemudian, pengumuman baru terdengar lagi dari pengeras suara, bahwa lomba hasta karya dari barang bekas ditiadakan. Saya dan anak-anak ber yaaa kecewa mendengar nya. Padahal kami sudah mempersiapkan bahan-bahan dan perlengkapan untuk lomba hasta karya ini dari jauh-jauh hari. 

Akhirnya saya menyuruh anak-anak untuk tetap membuat hasta karya tersebut di tenda seperti yang telah direncanakan, besok saya berniat menyerahkan hasta karya tersebut kepada panitia jawa pos, sebagai kenang-kenangan dari kami anak-anak pedalaman, agar mereka tahu bahwa kami telah mempersiapkan untuk lomba ini dengan sungguh-sungguh. 

Saya mendampingi yuyun dan aminah mengikuti lomba English corner. Benar saja, peserta yang belum mengikuti masih banyak, terlihat dari antrian panjang yang mengular. Entah sampai jam berapa perlombaan ini akan berakhir, mungkin sampai jam sepuluh atau lebih. Ah, kasian anak-anak. 

Sambil menunggu mereka, saya mengobrol dengan salah satu pembina pendamping putra yang saya kenal Kak Topik, kami membahas banyak hal tentang kegiatan ISC zona 1 yang cukup mengecewakan ini, mulai dari tadi pagi saat pembagian Nomor kapling sampai lomba hasta karya yang ditiadakan. Padahal menurut kami, jika panitia cerdas, lomba hasta karya dan lomba yang menyusul itu bisa dilaksanakan dalam waktu yang sama, toh anak-anak yang mengikuti lomba susulan juga tidak semuanya, masih bersisa delapan atau enam orang di tenda. Entahlah, apa yang menjadi alasan dasar mereka meniadakan lomba hasta karya ini, kami tidak mengerti, yang jelas kami cukup kecewa. 

Malam menyelimuti bumi perkemahan, tapi suara anak-anak yang mengobrol dan bercanda di dalam masih terdengar. Mungkin euforia berlebihan membuat mereka sulit memejamkan mata. Baru sekitar pukul setengah dua belas, mereka berhenti mengobrol dan terlelap entah dalam mimpi yang seperti apa. 

Pagi datang berwajah kabut, ternyata anak-anak telah selesai Mandi dan sholat shubuh, mereka bangun pukul setengah empat pagi dan langsung mandi. Sungguh bersemangat sekali.

Kegiatan ISC pagi ini dibuka dengan senam bersama dari pukul enam pagi. Dilanjut dengan oprasi semut dan bersih-bersih tenda, kemudian sarapan baru kemudian mengikuti perlombaan. Perlombaan hari ini adalah perlombaan yang lebih mengedepankan kekompakan yaitu team building challenge. Sama seperti kemarin yang berdiri dari dua sesi, team building challenge ini juga dibagi dua sesi dan dilaksanakan di lapangan utama pusdiklatpurCiuyah.

Sampai pukul setengah dua belas, team building challenge ini baru selesai, itupun tidak sempat bergantian tempat dengan putra, yang berarti peserta hanya mengikuti satu sesi team building challenge. Setelah itu istirahat sampai pukul setengah satu, dan ada pengumuman gugus depan yang masuk ke dalam 25 besar untuk mengikuti lomba semi final. 

Tanpa disangka, gugus depan kami masuk ke dalam 25 besar itu. Maka kami pun beraiap-siap, saya menu juk dua orang yang menurut saya bisa mewakili semuanya yaitu yuyun dan aminah, setidaknya mereka berdua kompetensi pengetahuan yang sedikit lebih banyak dari pada teman-temannya.

Lomba semi final ini diadakan di tribun lapangan upacara pusdiklatpur. Masing-masing regu yang masuk 25 besar hanya mengirimkan dua orang perwakilan nya. Para peserta duduk lesehan di lantai tribun, menghadap sebuan monitor atau lcd datar sekitar dua pukuh Inc yang menayangkn soal secara visual. 

Bagi peserta yang bisa menjawab setiap pertanyaan dipersilakan untuk mengacungkan tangan, dan panitia akan memilih regu mana yang TERLIHAT lebih dulu mengacungkan tangan. Baik pendamping ataupun teman-teman satu regu yang tidak mengikuti DILARANG dekat-dekat dengan tribun dalam jarak 10 meter. Sanksinya bagi yang melanggar adalah didiskualifikasi dari babak semi final tersebut.

Maka saya hanya menonton mereka dari kejauhan di bawah sebuah pohon di pinggir lapangan. 

Sekitar pukul setengah dua, sesi babak final untuk putri selesai dengan tiga regu keluar sebagai pemenang, dan seperti sudah diperkirakan regu kami tidak masuk ke dalam tiga besar itu. Tak apa, karena masuk ke dalam 25 besar saja anak-anak sudah merasa bangga. Sesi semi final pun digantikan oleh putra yang sudah menunggu dari tadi. 

Saat kami kembali ke tenda, dua tiga Mobil pick up yang mengangkut barang-barang perlengkapan kemah terlihat menuju gerbang utama pusdiklatpur, lalu dari kejauhan, tenda-tenda regu lain baik putra mahpun putri sebagian besar telah dibongkar dan siap untuk diangkat pulang. Saya bertanya-tanya, bukankah semi final untuk sesi putra belum selesai? Dan upacara penutupan belum dilaksanakan, tetapi mengapa sebagian besar peserta telah sibuk membongkar tenda, bahkan beberapa telah pulang.
Sampai pukul setengah tiga, upacara penutupan belum juga dimulai, atau lebih tepatnya, belum ada tanda-tanda untuk dimulai, padahal saya tadi melihat, sekretariat kwarcab Pak Juanda telah datang sejak pukul satu tadi. 

Pukul tiga, kamipun membongkar tenda, dan dari pengeras suara, terdengar panitia berusaha mengajak peserta untuk oprasi semut dan tidak diperkenankan untuk pulang sebelum area bumi perkemahan bersih dari sampah. Tapi sayangnya, peringatan dan himbauan panitia itu dianggap angin lalu oleh sebagian peserta yang sudah tidak sabar ingin segera pulang. Mobil-mobil pick up dan truk terlihat antri mengular di sepanjang jalan utama menuju gerbang karena gerbang sudah ditutup dari tadi oleh pihak pusdiklatpur agar peserta membersihkan dahulu sampah-sampah yang berserakan. 

Sambil menunggu antrian keluar, saya mendengar dari salah seorang pembina pendamping bahwa Pak Juanda memarahi panitia dari pihak Jawa Pos, beliau kecewa karena juara tiga besar ISC zona 1 ini tidak diumumkan pada upacara penutupan yang resmi melainkan di tempat pelaksanaan semi final tadi. Entahlah apalagi yang menjadi bahan perdebatan antara pihak kwarcab dengan Jawa Pos. 

Satu hal yang kami sesali, kenapa medali yang telah kami dapatkan itu kemarin kami tukar dengan stempel, padahal kalau kami tidak menurut aturan panitia, setidaknya hasil lelah dan jerih payah kami selama berminggu-minggu latihan tidak terlalu sia-sia karena bisa membawa beberapa medali ke sekolah sebagai tanda mata dari kegiatan yang konsepnya hebat ini dan bukan dua lembar kertas berisi stempel yang sudah lusuh bin lecek ini. 

Anak-anak pulang dengan wajah gembira, dari atas Mobil pick up canda dan tawa mereka nyaring terdengar, tapi di hati saya juga mungkin di hati para ka mabigus dan para pembina terpahat sebongkah tanya “ada apa dengan panitia? “ 



 Pendirian Tenda dan Gapura dari Pionering 


 Berselca di depan Gapura kebanggaan 


 berfoto dengan hasta karya yang lombanya ditiadakan 


 berselca dengan pembina pendamping yang cantik2, heeee




 berselca di bawah banner ISC


 Inilah hasil karya kami




 Team Building Challenge sesi 1


 
 berselca dengan sang Pinru yang trampil dan cekatan