Kamis, 27 September 2012

Masker


sebenernya ide postingan kali ini sudah lama sekali nangkring di benak, cuma baru sempat dituangkan ke dalam tulisan saat ini.  enjoy reading!

Walaupun nama benda penutup hidung dan mulut yang saat ini banyak dipakai oleh masyarakat kita, terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan, berasal dari bahasa inggris "mask" yang arti harfiahnya adalah topeng, namun tentu saja benda tersebut bukanlah berfungsi sebagai topeng dalam artian yang sebenarnya, karena topeng adalah benda yang digunakan untuk menutupi seluruh wajah yang  biasanya digunakan untuk tujuan menutupi identitas yang sebenarnya.  sedangkan benda penutup hidung dan mulut yang bernama "masker" ini, adalah benda yang dipakai untuk melindungi hidung atau alat pernafasan kita dari polusi udara yang saat ini kian merajalela.

Beberapa tahun ke belakang, saat saya masih duduk di bangku SMA, "masker" belum banyak dipakai seperti halnya sekarang. di kereta-kereta, di bis-bis kota, di trotoar, di jembatan penyebrangan, orang-orang masih jarang sekali memakai masker. pedagang asongan pun masih jarang sekali yang menjajakan "masker" di tempat2 tersebut.   walaupun ada, warna dan bentuknya masih sangat sederhana, seperti halnya masker2 yang saat ini dijual dengan harga Rp. 1000. saat itu, belum ada masker yang bergambar Mickey Mouse yang lucu, helllo kitty yang ngepink, Keroppi yang imut, dan masih banyak lagi. apakah memang beberapa tahun ke belakang udara yang kita hirup masih belum tercemari? sehingga orang-orang tidak perlu repot-repot memakai masker, dan para produsen masker tidak perlu repot-repot mendisain masker yang lucu dan unik agar diserbu pembeli? ataukah memang masker saat ini tidak hanya berfungsi sebagai pelindung alat pernafasan kita saja, tapi juga sudah menjadi bagian dari fashion, bahkan mungkin juga sudah menjadi bagian dari lifestyle atua gaya hidup kita?

Perhatikan saja sekitar kita, saat kita sedang dalam kereta, angkot, bis kota, dan kendaraan umum lainnya, berapa orang yang terlihat ngobrol dengan teman di sebelahnya atau di depannya yang sesama penumpang namun  tidak saling kenal sebelumnya? hitunglah  berapa orang yang dengan tersenyum ramah, tiba-tiba memulai percakapan, berbasa-basi dengan bertanya hal-hal sepele pada kita seperti dari mana? mau kemana? tinggal dimana? kuliah atau kerja dimana?

Berapa jumlah mereka? satu, dua, atau kosong? karena ternyata kitapun termasuk ke dalam orang-orang tersebut, masyarakat yang sudah hidup dengan menggilai   "Privasi", masyarakat yang individual, masyarakat yang anti basa-basi menyapa orang yang belum dikenal, masyarakat yang sudah lupa bagaimana caranya tersenyum dan menyapa teman seperjalanan yang duduk disampingnya, masyarakat yang merasa lebih nyaman memakai masker Emo atau Keroppi dan duduk diam tanpa berbasa basi.


Ide masker ini awalnya memang sebagai reaksi kita terhadap pencemaran udara yang sebenarnya kita sendiri adalah pelakunya, namun apakah  jika kita tidak memakai masker dan kembali menjadi masyarakat yang suka tersenyum ramah dan berbasa-basi, kita akan terjangkit penyakit pernafasan? tidak bukan? dan apakah jika kita sudah rajin memakai masker, kita akan secara otomatis terbebas dari polusi udara? tidak juga bukan? jadi, apakah kita masih perlu memakai masker?




Minggu, 23 September 2012

Kenapa menjadi Guru?

catatan hati satu minggu yg lalu

Pukul 17 lewat 6 menit,
sore yang damai,
aku memandangi matahari yang bersiap turun ke pusarannya, 

Beberapa bulan yang lalu, saat seorang kenalan bertanya kepadaku "kenapa mau menjadi guru? kan gajinya kecil" aku hanya tersenyum tipis menjawabnya. benar2 hanya tersenyum dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. dalam hati sejujurnya akupun meng-iyakan apa yang dikatakannya. bahkan saat sampai di rumah, aku pun mengulang kembali pertanyaan teman baruku itu, "berapa seh gaji guru?tidak sebesar gaji pegawai Bank atau kantoran, apalagi gaji guru honorer di kampung seperti aku? kenapa aku mau menjadi guru? apa yang aku harapkan? apakah ini benar2 adalah tujuan dan cita2 hidupku? ataukah hanya pelarian agar tidak disebut sebagai pengangguran setelah lulus kuliah?

Dan sore ini, andai waktu dapat diputar ulang, seperti halnya saat kita merewind lagu kesukaan kita di tape recorder ataupun MP3 player, aku ingin menjawab dengan penuh percaya diri, aku ingin menjawab dengan penuh kebanggaan hati pada teman baruku itu, bahwa aku mau menjadi guru karena menjadi guru adalah pekerjaan yang istimewa, karena ia mendidik dan mengurusi anak manusia yang memiliki fikiran dan perasaan, betapa istimewa bukan? dan tentu saja tidak mudah. mengingat anak-anak didik itu merupakan aset bangsa yang paling berharga, yang akan menentukan ke mana Bangsa ini kan dibawa. 

Tuhan,bantu aku agar  menjadi seorang guru yang amanah. amin.