Sabtu, 07 Juni 2014

Apa Hakikat dari sebuah perlombaan?


"Bersyukurlah! tapi jangan pernah merasa puas!"

Itu adalah penggalan kata-kata yang spontan saya lontarkan pada anak-anak pada suatu sore menjelang magrib saat kami baru pulang dari perlombaan pramuka yang diadakan oleh sekolah lain. Alhamdulillah pada kesempatan kali itu, pasukan khusus gugus depan kami yang terdiri dari dua regu putra dan putri, berhasil membawa pulang tiga piala. Piala sebagai juara ketiga lomba LKBB resmi Putra, piala juara kedua lomba sandi putri, dan yang menurut saya paling bergengsi,  yaitu piala juara kedua lomba Pionering putra.

Entah apa yang mendorong saya sampai akhirnya mengeluarkan enam baris kata-kata itu. saya sudah lupa. sore itu, sejujurnya kebahagiaan saya tidak sefull seperti biasanya kala gugus depan kami menjadi juara dan membawa pulang piala untuk dihadiahkan kepada Sekolah, karena pada perlombaan kali itu, saya memang benar-benar melepas pengurus Koordinator Gerakan Pramuka untuk membimbing, melatih, mempersiapkan anak-anak penggalang dalam lomba di kecamatan tetangga itu. saya tidak pernah turun langsung melatih, atau menunggui mereka latihan, peran saya hanya pada hari H perlombaan dengan menjadi bindamping mereka satu hari penuh itu. makanya saya tidak bisa bicara banyak, berapi-api, dan hanya mengeluarkan enam patah kata itu di depan anak-anak yang berbahagia sore itu. 

Tapi, saat pulang ke rumah, dan hendak masuk ke kamar mandi, entah kenapa kata-kata yang saya lontarkan itu kembali menggema di dinding hati saya, berulang-ulang, seperti membisikan sesuatu. kemudian saya teringat betapa di suatu sore pula, di akhir tahun 2013 lalu, saya pernah menitikan air mata, entah air mata kesedihan, ataupun air mata kekecewaan, atau mungkin air mata kedua-duanya karena sebuah PERLOMBAAN. 

Ya, sebuah perlombaan pramuka yang juga  diikuti oleh gugus depan kami. perlombaan yang menguras banyak sekali energi, tenaga, pikiran, dan materi. namun tidak memberikan kami sebuah piala, bahkan piala juara harapan pun tidak. apa yang membuat saya begitu terpukul, saat tahu nama gugus depan kami tidak dipanggil untuk mengambil piala? bisa jadi karena saya yang terkadung Percaya diri bahwa usaha dan kerja keras kami tidak akan sia-sia. bukankah selama ini saya  selalu merasakan hal seperti itu? berjuang keras dalam sebuah perlombaan atau kompetisi, merasa yakin dan percaya diri bahwa perjuangan itu tidak sia-sia, dan akhirnya kemenangan memang hampir selalu menghampiri saya? 

Tapi, ternyata kali ini hal tersebut tidak berlaku. dan saya sangat terpukul. bagaimana mungkin? teriak saya dalam hati. saya kemudian teringat kembali satu minggu masa-masa persiapan perlombaan administrasi gugus depan yang melelahkan itu. bergadang tiap malam di sekolah, bahkan tidak jarang pulang ketika adzan subuh berkumandang, dan yang paling telak memukul saya yaitu saat saya teringat wajah lelah tapi penuh semangat orang-orang yang telah ikut mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya demi perlombaan tersebut. para pengurus koordintor siswa siswa-siswi kelas XII, guru-guru, dan tentu saja kepala sekolah yang sangat saya hormati selaku ka Mabigus. andaikata, perlombaan itu tidak melibatkan banyak orang, dan hanya saya saja, saya mungkin tidak akan sekecewa itu. sampai-sampai menitikan air mata atas perlombaan yang pada akhirnya saya sadari bahwa perlombaan tersebut telah mengahadiahi saya an invisible cup, sebuah "piala" yang tidak terlihat. bukan piala gaib tentu saja, tapi piala yang entah bagaimana caranya mengobati kekecewaan saya atas kekalahan itu. 

Dan senja itu, di dalam kamar, saya menanyakan sebuah pertanyaan sederhana pada diri saya sendiri, 

"Apa sebenarnya hakikat dari sebuah perlombaan?" 

 butuh beberapa detik, bahkan menit sampai akhirnya jawaban itu muncul di ambang pintu benak saya, 

"Perlombaan pada hakikatnya adalah untuk mengukur diri kita sendiri" 

Maka, kemudian,  mendapat piala ataupun tidak,  tidak menjadi persoalan jika kita paham hakikat sebuah perlombaan. 

Pada akhirnya, saat kita menang dan mendapat piala pada sebuah perlombaan, kita haruslah bersyukur dan dan jangan pernah merasa puas atas apa yang telah dicapai. karena hal itu bisa membuat kita sombong dan merasa diri adalah lebih baik dari orang lain, juga bisa membuat kita terlena dan berleha-leha. 

Dan sebaliknya, saat kita kalah, dan tidak mendapat apa-apa kecuali rasa lelah. maka tetaplah bersyukurr dan jangan berhenti untuk menyerah.

 anggota passus putra sedang mengikuti lomba LKBB Resmi


 Sunardi, Aprijal, dan Sarip terlihat begitu serius membuat Pionering mini
(perlombaan yang cukup bergengsi dalam pramuka)





   anggota Passus Putri sedang mengikuti lomba LKBB Variasi