Kamis, 11 September 2014

MIRROR


I saw you
in digital mode
looking at me
with your glazing eyes

a little smile
rose on
a Lil bit red lips

are you a lady?
or a girl? wrapped
in such mature appearance

do I know you?




 Sajira, September 2014

Selasa, 09 September 2014

Taare Zameen Par




 
Tidak ada anak yang bodoh atau lambat belajar
yang ada hanya anak-anak  yang special ~ Eka.N.H

Ada yang pernah menonton film Taare Zameen Par?
film india yang dirilis tahun 2007 oleh Amir Khan Production. film ini adalah film tentang pendidikan yang wajib ditonton oleh guru dan orang tua di seluruh dunia. kenapa? karena film ini menyampaikan sebuah pesan bijak yang sudah lama  terkubur dalam sumur tua paradigma most of all parent in this world, bahwa anak yang pintar adalah anak  yang selalu mendapat ranking 1 di sekolah, ikut program akselerasi, mendapat beasiswa ke luar negeri, lulus dengan predikat cumlaude dan mendapat pekerjaan yang bergengsi. dan sebaliknya, anak yang berlangganan mendapatkan rapot "kebakaran" adalah anak yang bodoh yang dianggap tidak berhak mendapatkan masa depan yang cerah.  Lalu Apa pesan bijak tersebut?

Taare Zameen Par atau every child is special,  setiap anak adalah special adalah pesan bijak yang ingin disampaikan oleh film tersebut. sederhana bukan? tapi ternyata tidak sesederhana menerapkannya dalam proses pendidikan anak-anak kita baik di rumah ataupun di sekolah. karena kita sebagai orang tua atau guru cenderung malas membuka mind set kita bahwa setiap anak memang unik dan special dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka.

Dan sore ini, aku kembali teringat pada film tersebut, pada Ishaan sang tokoh utama yang dicap sebagai anak super nakal dan idiot oleh guru bahkan orang tuanya sendiri, sampai akhirnya ia dikirim ke sebuah sekolah berasrama di pedesaan  agar ia berubah menjadi anak baik yang lebih disiplin dan tentu saja pintar dalam padangan orang tuanya. tapi ternyata, ia malah merasa dirinya dibuang, dan lebih memberontak baik kepada guru-gurunya ataupun kepada orang tuanya. Psikologisnya semakin rapuh, rasa percaya dirinya luntur tanpa menyisakan warna, dan hanya tinggal menunggu waktu Ishaan hanyalah sebuah nama bagi seonggok tubuh berjalan namun tanpa jiwa.

Namun, di saat semua keterpurukan itu hampir mencapai titik terendahnya, seorang guru seni (Amir Khan) datang dan merubah segalanya. dengan segala kreativitas, ketekunan, kesabaran, dan kepercayaan yang besar pada Ihsan, akhirnya sang guru mengetahui bahwa Ihsan memang dilahirkan dengan keterbatasan untuk mengenal huruf dan angka, ia menderita disleksia, namun ternyata sang guru juga menemukan fakta bahwa Ishaan ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam melukis. inilah yang tidak diketahui oleh orang tuanya, sehingga mereka menganggap bahwa Ihsan adalah anak yang nakal dan bodoh yang selalu membuat masalah. Tapi, syukurlah, di akhir cerita, baik orang tua ataupun guru-guru yang lain yang menganggap Ihsan adalah anak nakal dan bodoh akhirnya sadar dan memandang Ishaan sebagai anak berbakat dan special.

Maka sore yang cerah ini, saat matahari terasa begitu hangat di sebelah barat, aku seperti melihat sosok Ishaan menjelma pada seorang murid di pengajian Al-Fiil yang aku gagas setahun yang lalu, seorang gadis kecil pendiam, yang dianggap bodoh oleh orang tua dan teman-temannya, namun ternyata ia lolos sebagai juara ketiga lomba mewarnai di kecamatan. what amazing! isn't she?

 
So, Let's Bury our wrong paradigm about the meaning of a clever child, because every child that was born on earth is special.  


 Nabila, my special student, with her medal and price of coloring competition 

Celebrating Independence Day






August is end, 
but it will come back again 1 year later with another story about how Indonesian people celebrating independence day on 17th of this month.

Here, i want to share how my students of MTs Al-Hasanah  celebrating our independence day by joining carnaval competition that held by the committee of Jambore Camp KWARRAN Sajira in Sajira District Lebak Banten Indonesia.

On this occasion, we chose nationalism theme. so, the costume we prepared were based on the theme. 4 male students were wearing the costume of dutch  colonizer, they brought gun, wore sunglasses and acted  cruelly to the students who acted as Indonesian people. While 3 males of them were acting as the indonesian people who were colonized by Dutch. they wore oblong t-shirt that full of blood, and walked barefoot.

Behind them, there were female students who acted as the indonesian people too, they wore old Kebaya and long cloth that called samping or sinjang.

Behind the female participants, they were 4 male students who acted as the indonesian battlers, they wore martial arts costume and red-white headband, they brought Pioneering in the form of Airplane that ride by the Soekarno Pretender, a little male students who wore and acted as the first President of Indonesia, Soekarno.

We Chose this theme because we wanted to tell the pupil that we must keep our freedom and fill in it by the best achievement we can do for Indonesia. because the freedom we live now is the valuable treasure that cost by the heroes blood and lives.    

Finally, our school won the first champion on this carnaval competition. Although, we did not get a cup for this achievement but only a Wimpel, I was so happy and proud of my students. I thought, truly, they have gotten more than a cup on this Jambore Camp especially on this carnaval competition, that's an experience of how to be an indonesian people before Independence day 17 August 1945. 

That's all my story how my students celebrated 69th Independence day of Indonesia, how was yours?

 Before Carnival

 Female students in old kebaya costume


 "Ir. Soekarno" was brought by four Indonesian battlers on Pionerring


 a colonizer was seen hit an indonesian 

 tHe Director of the Carnival Perfomance : )