Minggu, 23 Oktober 2011

Doa vs Karma

Percayakah anda pada apa yang disebut "karma"?
jadi begini, 

Sore kemarin, saat langit mulai gelap dan awan siap menumpahkan beribu liter air ke tanah kami, saya baru saja pulang dari pasar sehabis "ngantor" (he...), tiba di rumah saya langsung mencari-cari sosok bayi mungil "bintang baru" di keluarga kami. tapi saya tidak mendapati wujudnya yang biasanya selalu terbaring di kasur lipat kecilnya sambil menggerak-gerakkan bola matanya yang agak sipit dan jernih. dan ternyata ia sedang di gendong oleh tetangga kami di luar rumah. 

Tidak lama, tetangga kami itu masuk ke rumah dengan menggendong adik bayi saya, kemudian sambil menidurkan adik saya, ia bercerita kalau anak saudara saya yang rumahnya hanya terhalang satu rumah dari rumah saya itu menjadi korban bullying teman-teman sepermainannya di lapangan sebelum ashar tadi. perutnya ditonjoki,  lehernya dicekik, dan ia tidak bisa berontak apalagi melawan, karena kedua tangannya di pegangi oleh temannya yang lain. saya kaget sekali mendengarnya, dan tentu saja sangat ngeri. terlebih anak itu adalah salah satu murid ngaji saya yang selalu bersemangat. maka saya langsung mendatangi rumahnya untuk menengoknya. dan...ketika sampai di rumahnya yang beridinding bambu itu, saya mendapati tubuh kecilnya itu sudah berwarna putih karena dibaluri "cikur" oleh neneknya, kedua tangannya menutupi wajahnya, terdengar isak tangis dari mulutnya, ah...saya benar-benar miris melihatnya. sayapun mencoba mengekalakarinya "pan lalaki eleh? kunaen teu dibaleus deui? he...he...he..." (laki-laki kok kalah? kenapa gak dibales lagi?) tapi ia tidak menanggapi kelakar saya, ia terus saja terisak, mungkin menahan sakit di sekujur tubuhnya dan saya harap tidak lebih dari itu. sayapun keluar dan ternyata ibunya sudah berdiri di luar kamar, iapun menceritakan apa yang menimpa anaknya itu. dan ternyata, ia dikeroyok hanya karena gara-gara ia tidak mau bermain bola lagi. kemudian ibunyapun bercerita bahwa ia menyuruh suamninya untuk mendatangi orang tua-orang tua dari anak-anak yang telah melakukan bullying itu. dan respon para orang tua itu ada yang bersimpati, kemudian langsung menengok murid saya itu ke rumahnya, untuk memintakan maaf ,tapi ada juga yang malah mengomel dan berkata tidak seharusnya orang tua dibawa-bawa dalam masalah perkelahian anak-anak ini. dan saya langsung mengernyitkan dahi ketika mendengarnya dan berkata dalam hati "nggak salah tuh? hmmm...kalau saya yang jadi orang tua anak-anak yang melakukan bullying itu, tak jitak satu-satu mereka, he...(calon ibu yg galak)"

Dan saat hujan kemudian turun dengan derasnya, benak saya masih berputar-putar memikirkan keadaan murid saya itu, juga respon dari salah satu orang tua anak yang sudah membabakbelurinya itu yang malah bersikap seolah-olah anaknya tidak bersalah dan tidak melakukan apa-apa, atau memaklumi bahwa kejadian ini adalah memang dunianya anak-anak. saya terenyuh mendapati kenyataan itu, walaupun saya tidak memungkiri, setiap orang tua memiliki prinsipnya masing-masing dalam mendidik anaknya. namun  benak saya mencoba berandai-andai, bagaimana jika anak yang menjadi korban bullying itu bukan murid ngaji saya yang memang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja itu, tetapi dari keluarga besar yang sangat disegani dan dihormati di kampung ini, adakah sikap orang tua anak tersebut masih sama? sepertinya tidak ,bahkan mungkin saja mereka akan langsung memohon-mohon untuk meminta maaf. ah...kenapa saya jadi bersuudzon seperti ini?? astagfirullah...maafkan aku ya Robb. 

dan pagi tadi, saat matahari baru saja menghangatkan bumi, nenek murid ngaji saya itu datang ke rumah untuk mengantarkan "gogodogan" atau ramuan seperti jamu yang dibuatnya untuk ibu saya yang baru saja melahirkan. ia kemudian menceritakan bahwa tadi malam ia seperti baru mendapatkan sebuah ilham bahwa apa yang menimpa cucunya itu merupakan sebuah karma atas apa yang pernah diperbuat oleh ayah anak itu (menantunya) sewaktu masih muda. ia menambahkan bukankah dulu, ketika ayah anak itu masih muda atau remaja, ia pernah menjadi pemuda yang masyhur karena sering mengeroyoki anak orang?? di seantreo kampung ini? dan tidak heran jika saat ini "karma" itu menimpa anak lekaki keduanya. mungkin saja dulu ada orang tua yang merasa tersakiti karena anaknya menjadi korban sikap jawara sang ayah?  dan saat inilah doa itu terkabulkan, tambahnya. sang nenek kembali melanjutkan ceritanya, ia mencoba menasihati menantunya (ayah anak itu) mudah-mudahhan  dengan "karma" ini Allah yang Maha Pengampuni akan menghapus kesalahan-kesalahannya sewaktu muda dulu selagi ia masih di dunia.

saya yang mendengar "breaking news" pagi dari sang nenek itu jadi bertanya-tanya dalam hati, benarkah apa yang menimpa murid saya itu adalah "karma" atas perbuatan ayahnya dulu? kalau memang benar, kasihan sekali ia kalau begitu, ia yang mungkin saja tidak bersalah harus menjadi "tumbal" dari karma sang ayah" 

ah, saya lebih memilih tidak befikir terlalu jauh tentang itu. namun entah kenapa benak saya menyetujui bahwa "karma" merupakan buah dari doa-doa orang lain yang mungkin saja pernah tersakiti oleh sikap, perbuatan, dan perkataan kita di masa lalu, baik yang disengaja ataupun yang tidak. Makanya, kenapa setiap selesai sholat, kita dianjurkan membaca istigfar dan memohon ampun atas kesalahan-kesalahan kita pada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar