Senin, 19 Mei 2014

PUISI, BUKU, DAN ANAK-ANAK








Ajarkan Sastra kepada Anak-anakmu, 
karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani
(nasihat Umar bin Khattab)

Hujan yang deras sejak tadi sore tidak sedikitpun menyurutkan semangat anak-anak pengajian al-fiil untuk tetap datang ke rumah saya dan mengikuti lomba mewarnai, menulis puisi, dan membuat poster cinta buku, dalam rangka memperingati hari buku nasional yang jatuh tanggal 17 Mei kemarin. Dari sejak pertama kali saya mengumumkan bahwa sabtu malam tadi saya akan mengadakan lomba-lomba tersebut, mereka sangat antusias sekali, bahkan beberapa anak sampai ada yang loncat-loncat sambil nyanyi-nyanyi saking gembiranya menyambut ide tersebut. entah merasa gembira karena memang setiap saya mengadakan lomba ada hadiah yang saya siapkan, ataupun memang mereka merasa gembira atas ide tersebut. yang jelas, saya sangat bersyukur anak-anak menyambut ide tersebut dengan perasaan bahagia yang meluap-luap. 

Maka satu hari sebelum hari H, yaitu jum'at malam, seperti biasa, setiap akan diadakan lomba, saya selalu mengajak anak-anak untuk membuat atau mewarnai letter atau huruf-huruf untuk dekorasi "panggung" tempat lomba diadakan. hal ini dilakukan, pertama untuk melatih kemandirian, juga merangsang kreatifitas dan imajinasi  mereka. dan jum'at malam itu, merekapun semangat sekali mewarnai huruf-huruf kapital dengan warna-warna yang cerah, secerah dunia mereka yang masih belum mengenal hitam atau kelabu. 

Sejujurnya, ini adalah kali pertama saya merayakan hari buku nasional. karena memang baru sekarang saya tahu bahwa tanggal 17 Mei itu adalah hari buku nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan merujuk pada tanggal pendirian perpustakaan nasional 17 Mei 1980. dan saya juga yakin, bahwa walaupun saat ini socmed sudah menjadi kebutuhan bahkan candu bagi masyarakat indonesia, peringatan hari buku nasional masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, apalagi dirayakan, dan dijadikan momentum yang massiv untuk semakin menumbuhkan budaya membaca.

Hal itu bisa disebabkan karena masih rendahnya minat baca pada masyarakat kita yang ujung-ujungnya, jangankan membeli dan mengoleksi buku-buku yang mahal harganya, berkunjung ke perpustakaan atau taman bacaan pun menjadi sesuatu yang masih sangat asing bahkan dianggap aneh. maka tidak heran jika di negara kita, lebih banyak pelajar yang tawuran daripada menggelar aksi sosial atau kegiatan-kegiatan yang berbudaya, atau  lebih banyak mahasiswa yang rajin demo daripada yang berdiskusi seru, berdebat panjang lebar, memperjuangkan ide dan solusi-solusi keren untuk negeri ini.

Untuk itulah mengapa minat baca, harus ditumbuhkan sejak dini, pun minat pada sastra. Sebagaimana nasihat Umar bin Khattab r.a untuk mengajarkan anak-anak kita sastra agar mereka tumbuh menjadi anak-anak yang berani. walaupun jika dilihat dari konteks zaman, nasihat Umar bin Khattab tersebut benar-benar bermakna harfiah yaitu agar anak-anak pada masa itu tumbuh menjadi generasi pejuang islam yang pemberani, rela berkorban demi tegaknya agama islam di bumi ini. Namun, hal itu tentu saja tidak menjadikan nasihat berharga tersebut menjadi tidak relevan pada masa kini. Justru, di zaman dimana segala "virus" negatif  dengan mudahnya menyebar dan menjangkiti anak-anak kita dan membuat mereka terjerumus pada banyak hal negatif yang akhirnya menguburkan masa depan mereka yang cerah. Maka sudah saatnya kini, kita menjadikan Buku sebagai benteng, dan puisi sebagai perisai dari pengaruh-pengaruh negatif yang menjerumuskan anak-anak kita. 

How it works? jawabnya tentu saja dengan pemahaman-pemahaman baik yang di dapat dari buku, juga kejernihan jiwa yang didapat dari rangkaian kata- kata indah dalam sajak atau puisi dapat membuat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang cemerlang dan  berakhlak mulia.

Pukul delapan malam lebih Hujan sudah mulai berhenti, tinggal titik-titik gerimis yang masih tersisa, anak-anak yang ikut lomba mewarnai sudah semuanya selesai dan bercanda-canda sambil menunggu anak-anak yang lebih besar menyelesaikan puisi dan poster buku mereka.

Sudah cukup malam, memang untuk jam anak-anak usia mereka, tapi anak-anak belum ada yang meminta untuk pulang. baru pada pukul setengah sembilan lewat, anak-anak beranjak pulang, setelah pembacaan puisi masing-masing peserta, foto-foto bersama, dan pembagian hadiah sederhana untuk lomba mewarnai dibagikan, juga pengumuman kalau untuk lomba cipta puisi dengan sangat terpaksa, saya tunda pengumuman pemenangnya, dikarenakan saya  tidak bisa langsung memutuskan siapa yang menang, karena walalupun hanya empat puisi, puisi-puisi itu lumayan membuat saya bingung menentukan pilihan.

Finally, SELAMAT HARI BUKU NASIONAL! mari jadikan BUKU SEBAGAI BENTENG DAN PUISI SEBAGAI PERISAI  untuk masa depan anak-anak kita yang lebih baik.


Salam hangat
anak-anak pengajian al-fiil 

 Tidak ada banner, karpet pun jadi : )

Ardi sedang membacakan puisinya berjudul "Buku Nasional"


 Sifa membacakan puisinya berjudul "Buku adalah jendela Dunia"

 
 Opa membacakan puisinya berjudul "Bukuku yang kucintai" 



 Ninda membacakan puisinya berjudul "Buku" 
eh, itu ada penampakan kayaknya, hehehe 



 Parhan dan Nende, serius sekali mewarnai 

 Nabila, terlihat tenang dengan pensil warnanya





 Najmi, berpose memegang buku kesayangannya "Kancil yang baik hati" karya Clara Ng

3 komentar:

  1. salam.. teh ekaa.. postingan yg ini cute bgt. ^o^ hee..
    semangat buat teh eka untuk setiap kegiatan2 sosialnya yap! mel bantu doa selalu untuk teteh..

    lihat dr foto, Opa udah gede ya.
    Najmi jg. ^.^
    salam hangat untuk keluarga teh eka di rumah.

    BalasHapus
  2. makasih mel, : )
    kapan main lagi kerumah??
    najmi lagi suka banget berpose depan kamera, narsis banget, hehehe...

    BalasHapus
  3. najmi dengan senyum nya yang "dimanis2kan" :D

    BalasHapus