Lebaran selalu saja menjadi momen yang special, entah oleh takbir yang
dikumandangkan di masjid-masjid, baju dan sepasang sepatu baru, petasan dan
kembang api, ketupat sayur dan uli (gemblong), kumpul bersama sanak family,
juga dengan kue karuhun yang dibuat special oleh ibu, nenek, atau bibi.
Saya menyebutnya kue karuhun,
bagi yang bukan orang sunda, karuhun berarti nenek moyang, jadi, kue karuhun
berarti kue warisan nenek moyang, lebih singkatnya kue tradisional khas daerah
masing-masing, seperti di kampung saya ada yang disebut kue cingcin yang di
buat dari tepung beras, digoreng, berwarna coklat dan bentuknya yang seperti
cincin atau donat, atau kue gipang yang bentuknya jajar genjang, rasanya manis,
dan dibuat dari beras, atau juga kue aci, wajik, rangginang, ranggining,
rampeyek sampai kembang goyang.
Lalu apa hubungannya dengan kue supermarket?
Baiklah, sebelum saya membahas lebih jauh tentang kue supermarket vs kue
karuhun ini, ada baiknya saya kategorikan dulu jenis kue supermarket itu apa
saja.
Dari nama nya saja, kue supermarket, pastilah berbagai jenis kue yang
dijual atau di beli di supermarket, paling tidak di minimarket-minimarket yang
kini yang sudah menjamur dan masuk ke desa-desa seperti halnya alfamart dan
indomart. Contohnya seperti tanggo, nissin, butter cookis, khongguan, dan
sederet merk terkenal lainnya.
Karena di jualnya di supermarket atau mini market, sudah barang tentu
dibuatnya juga di pabrik, oleh orang – orang yang entah siapalah itu, kemudian
di kemas dalam kaleng-kaleng yang menarik, diiklankan di TV, agar diserbu oleh
para pembeli. Hanya tinggal merogoh kocek dan membayarnya di kasir, kita sudah
bisa mendapatkan dan menikmati kue-kue tersebut dalam waktu tidak lebih dari
lima menit, tanpa harus berkeringat, berkotor ria dengan tepung, juga tanpa melewatkan
sinetron ramadhan kesukaan kita ataupun jauh-jauh dari Hp kesayangan buat up
date status di FB atau BBM-an.
Sedangkan kue karuhun? Aduhai, kebalikan dari kue supermarket tadi,
jangan ditanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya, sudah pasti
gak bakal sempet up date status di Fb atau BBM-an dengan teman, belum keringat
dan baju yang kotor oleh tepung, dan tentu saja dana yang justru lebih extra
untuk membeli bahan-bahannya di zaman BBM naik ini.
Tapi, teman, tentu saja selalu ada ruang special untuk hal-hal yang
dibuat dengan kesungguhan, cinta, dan proses yang panjang. Bukankah baju dari
kain sutra dan batik tulis lebih special dan mahal harganya dibanding baju yang
made in pabrik? Atau barang-barang handmade lain yang unik seperti tas rajut,
sepatu, dan lain sebagainya, selalu special dan di jual di tempat-tempat yang
juga special?
Maka, kue karuhunpun tentu saja memiliki ruang yang special, ruang yang
khusus di hati kita. Tidak percaya? Coba saja survey, Tanya ke teman-teman,
sahabat, atau kenalan kita, kue lebaran apa yang paling ingin mereka nikmati
pas kumpul dengan keluarga? Saya percaya kue karuhun atau kue tradisional pasti
disebutkan dalam daftar tersebut.
Di sisi lain, sadar atau tidak sadar, selalu saja ada keinginan membandingkan
dan penasaran ingin mencicipi rasa kue karuhun yang sama di rumah teman atau
tetangga kita dengan kue karuhun yang dibuat oleh ibu kita di rumah bukan? Dan
hal tersebut tentu tidak berlaku pada kue-kue minimarket yang sudah pasti punya
rasa yang sama jika masih satu merk walaupun di meja ruang tamu kita dan
tetangga kita ada. Karena tidak lucu saja rasanya, jika kita merasa penasaran
ingin mencicipi banget bagaimana rasanya wafer tanggo di rumah teman, padahal
di rumah kita juga ada.
Satu hal yang harus disyukuri, bahwa walau sederas apapun kue-kue modern
menggoda ibu-ibu kita, lewat iklan di TV atau minimarket yang Cuma beberapa
langkah dari rumah, ibu-ibu kita, nenek-nenek kita, masih tetap menjaga warisan
kuliner kue hari raya, dengan tetap membuatnya dengan penuh cinta dan
kesungguhan, mengemasnya dalam kaleng-kaleng bekas wafer bermerk,
menghidangkannya di meja ruang tamu, dan tentu saja membuat kita “tertipu”
untuk kemudian terseyum geli saat kita membuka kaleng wafer Tanggo atau
khongguan dengan bersemangat tapi yang kita lihat di dalamnya malah kue karuhun
yang sudah kita anggap tidak up to date. Tapi justru disitulah satu lagi letak
spesialnya bukan?
So, mari lestarikan kue karuhun kita, agar anak cucu kita nanti selalu
punya ruang yang special di hatinya saat hari raya, merindui kue karuhun
special buatan tangan ibu atau neneknya. : )
#tulisan ini terisnpirasi dari sebuah sms pagi hari dari
seseorang yang berbunyi “dihimbau untuk tetap hati-hati, pasca lebaran nie
banyak makanan-makanan palsu, dan itu sudah saya alamilangsung kejadiannya,
kebanyakan makanan palsu tersebut bermerk Khongguan, Tanggo, Nissin, jenis
makanannya wafer ternyata isi di dalamnya rangginang, teng2, rampeyek, kembang
goyang, dan yang paling hebat lagi isinya kue cingcin.”
picture is by edeendangwahyuni
hahaha!! kayaknya mell bisa bayangin teh eka ketawa pas baca sms dari temen teh eka itu! ^o^
BalasHapusitu link nya tolong yahhh sambungin ke edeland.blogspot.com
BalasHapus