"alhamdulillah masih, ka" jawabku. kebetulan dia memang beberapa semester di atasku. maka aku memanggilnya kakak.
"Neng Eka, masih suka nulis nggak?" tanya uztadzahku saat aku bersilaturahim ke rumahnya yang mungil di pondok.
"masih ustazah" jawabku malu-malu. "tapi, nulis untuk sendiri aja" tambahku.
"Gimana Eka, masih suka nulis sampe sekarang?" tanya seorang ustad saat aku berkunjung ke rumahnya beberapa minggu yang lalu.
"itu, temen seangkatan kamu si ... udah nerbitin buku ya?" tambahnya lagi.
"oh iya, Tad, " hanya itu yang bisa aku jawab.
Dan beberapa hari yang lalu, saat aku chatingan dengan teman kuliah ia bertanya hal yang sama,
"....tapi masih suka nulis kan?"tanyanya di tengah-tengah obrolan kami.
aku menjawab, "masih donk, apalagi nulis diary"
"kau lihat? hampir semua orang yang pernah mengenalku, bertanya seperti itu saat kami bertemu kembali, dan kau juga lihat? jawabanku untuk pertanyaan-pertanyaan yang seragam itu adalah jawaban-jawaban yang klise, ngeles, dan sedikit tidak PD"
"tapi setidaknya, mereka tahu kalau kamu PERNAH punya bakat menulis" jawabmu sambil tersenyum.
"PERNAH???KATAMU?" aku menimpali.
"IYA" jawabmu singkat.
"ya kau benar, kawan, aku memang PERNAH punya bakat menulis, aku PERNAH menjuarai berbagai lomba kepenulisan, aku juga PERNAH menjadi anggota salah satu organisasi kepenulisan, dan aku juga PERNAH bermimpi untuk jadi seorang penulis perempuan hebat seperti idolaku, ya..AKU MEMANG PERNAH"
"dan sekarang TIDAK LAGI" sambungmu tajam dan menohokku dengan sangat dalam.
aku terdiam dan perlahan mengangguk.
"tidak usah kecewa! aku beritahu satu hal, menulis itu bukan hanya ketika ada lomba dan kita bersemangat untuk jadi sang juara, bukan juga ketika ada proyek dengan fee yang lumayan, bahkan penulis yang sejati sesungguhnya tidak pernah bermimpi dan berniat bahwa ia ingin menjadi penulis hebat dan ternama, bukan"
"lalu apa?" tanyaku penasaran.
"penulis sejati adalah penulis yang benar-benar hanya ingin menulis sepanjang hidupnya, maka tulislah apa yang ingin kau tulis saat ini, tentang apa saja, dan jangan pernah peduli tulisanmu itu akan dibaca orang lain atau tidak!just write, write, and write!"
"apakah kata-katamu ini hanya menghiburku atas kepecundanganku selama ini?" tanyaku lirih.
kau tidak menjawab, dan hanya tersenyum. kemudian balik bertanya.
"apakah wajahku ini terlihat sebagai seseorang yang ingin bersahabat dengan seorang pecundang?"
aku lebih memilih diam dan membiarkan sunyi mengepung kami.
dan aku pun penasaran, siapakah 'kamu' disitu he he..
BalasHapushe...he... siapa yah? tebak aja mas, kalau ketebak dapet hadiah...: )
BalasHapusnah gini neh, enak ngomentarinya... ga perlu bikin verifikasi word he he
Hapus'kamu' nya itu kamu.
Bener ndak :) ?