Valanga Nigricornis ? bahkan anak SD yang tinggal dan bersekolah di Kota dan tentu saja tidak pernah melihat wujud aslinya dari belalang ini pun juga akan tahu dan bisa membedakan mana gambar belalang mana gambar gajah, #he.....# karena di buku-buku pelajaran ilmu pengetahuan alam, ataupun di buku-buku mewarnai binatang, binatang kecil bersayap ini kerap kali muncul sebagai bahan pembelajaran.
Tapi, jika pertanyaannya diganti, "pernahkah makan belalang?" tentu tidak semua orang akan menjawab ya. karena tentu saja tidak semua orang tahu kalau belalang ini enak dan gurih jika sudah digoreng. bahkan, kalau kebetulan di rumah sedang tidak ada cemilan, kita bisa memakan belalang ini sebagai cemilan yang tidak kalah renyahnya seperti snack yang dijajakan di toko2.
penasaran? coba saja sendiri! he...
tapi tentu saja tidak semua jenis belalang bisa kita makan , kawan, bahkan beberapa ada yang tidak boleh dimakan karena beracun. tapi sayangnya saya tidak bisa memberitahukan nama latin ataupun jenis belalang yang seperti apa yang tidak boleh dimakan itu. yang jelas, belalang yang kebanyakan hidup di pesawahan itulah yang selama ini selalu kami tangkap dan makan, bahkan ada juga yang menangkapnya untuk kemudian dijual ke tetangga-tetangga.
namun, bagi saya pribadi, belalang tidak hanya sekedar penggati lauk untuk makan, atau pun juga sebagai cemilan renyah yang enak dilidah, apalagi sebagai salah satu lahan untuk mencari nafkah. lebih dari itu belalang atau orang kampung kami menyebutnya "siemet" bagi saya adalah binatang tempat saya menengok kembali masa kecil saya atau istilahnya kerennya bernostalgia tentang masa kana-kanak yang penuh dengan hal-hal ajaib dan menakjubkan di kampung kami.
saya akan selalu ingat, betapa dulu saya selalu bergembira saat hujan turun di sore hari pada waktu musim panen. tak peduli kilat yang terkadang menyambar2 di sela-sela rintik hujan, saya akan meminta izin pada emak, memaksa untuk ikut menangkap belalang di pesawahan yang jauh dari perkampungan. bersama teman-teman sebaya yang masih sodara, dan jika kebetulan emak sedang berbaik hati mengijinkan, saya akan langsung berganti kostum, memakai kaus yang sudah banyak getahnya, memakai celana selutut, bertopi, kemudian menyambar botol aqua bekas yang tergantung di rak piring, setelah itu berlari tanpa alas kaki menyusul teman-teman yang sudah menunggu di tikungan jalan.
di pesawahan yang sudah mengering itu, kami akan berlari-lari mengejar belalang yang hinggap dengan menggunakan sambet alat yang kami buat sendiri khusus untuk menangkap belalang, alat itu ada yang terbuat dari plastik kiloan yang bneing, ataupun dari jaring yang sangat halus, yang diberi kayu atau pegangan. ya... seperti alat penangkap ubur-uburnya Spongebob itu lho.
saat hari hampir magrib, dan sodara saya sudah memanggil-manggil untuk pulang, saya akan ber yaaa kecewa, sambil melirik hasil tangkapan yang tidak seberapa, jangankan memenuhi botol aqua bekas ukuran sedang, setengahnya pun tidak. tapi, salah satu teman sebaya saya akan berbaik hati membagi hasil tangkapannya kepada saya, karena dia tentu saja mendapat lebih banyak daripada saya. kami pun pulang dengan senyuman, seraya berdoa dalam hati, semoga besok sore, Tuhan berbaik hati menurunkan hujan kembali. ^_^
hik hik... masa kecil akan selalu menjadi kenangan yang tidak terlupakan sepanjang hidup. Kalau mbak etha menangkap belalang, maka saya dulu waktu kecil banyak sekali aktifitas alam yang saya lalui. Mulai dari cari belut, menangkap burung, mencari ikan di sungai. mencari jangkrik. Bermain petak umpet dengan teman-teman sekampung waktu bulan purnama.
BalasHapusYang sekarng sudah sangat jarang kita temui permainan semacam itu. Sekarang lebih ke game online. :(