Scouting is a Joly Game
Saya pertama kali mendengar Quote itu delapan tahun silam saat kelas lima TMI di pondok. saya masih ingat hari itu cuaca agak mendung, namun langit yang sebentar lagi akan menurunkan hujan tidak sedikitpun menggeserkan semangat kami, karena hari itu terlalu spesial untuk dilewatkan. hari pembukaan kembali pramuka putri untuk Gugus Depan Pondok kami.
Kami yang sudah tidak sabaran langsung bergegas ke lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan latihan yang pertama kalinya setelah hampir enam tahun ditiadakan.
Pukul dua kurang upacara hampir selesai dilaksanakan, Ustad Tuanto yang mewakili pembina pramuka putri yang kebetulan sedang berhalangan hadir, memberikan sambutan cukup meriah sekaligus membakar semangat kami, beliau menutup sambutannya siang itu dengan quote di atas, bahwa pramuka itu adalah permainan yang menyenangkan "Scouting is a joly game" katanya dengan berapi-api. titik-titik gerimis mulai turun membasahi kepala kami yang tertutup kerudung coklat, wajah kami yang bersemangat, tapi kami tidak peduli, hari itu terlalu spesial untuk dilewatkan, dan di bawah guyuran hujan kami begitu bergairah menepukan tepuk pramuka, menyambut kegiatan pramuka putri, menantang tetes-tetes air hujan.
Itu adalah sore yang terus merayap di ingatan, menjelma nostalgia indah yang sulit dilupakan, tapi sayangnya saya tidak sempat mengikuti kegiatan pramuka itu untuk selanjutnya, beberapa minggu setelah itu, saat saya masuk formatur Organisasi Santri Pondok Pesantren Putri (OSPMI) dan diamanahi menjadi bendahara serta bagian penggerak bahasa, otomatis saya tidak lagi mengikuti acara dan kegiatan pramuka yang diadakan. karena saya memang tidak masuk kepengurusan Koordinator Gerakan Pramuka Putri, dan sampai kemudian saya kuliah selama hampir lima tahun saya seperti menghilang dari dunia pramuka, seragam coklatnya hanya menjadi hiasan yang menggantung sia-sia di dalam lemari.
Pertengahan 2011, setelah saya lulus kuliah, saya mengajar di sebuah yayasan milik saudara yang sedang berkembang. Pada Februari 2012 saya diminta untuk mendampingi anak-anak Madrasah Aliyah mengikuti perkemahan KANIRA yaitu perkemahan lomba seni, kata dan raga tingkat penegak selama empat hari tiga malam, saya pun menyetujuinya, walalupun saya sadar saya sangat buta akan dunia pramuka.
Karena saya begitu buta dengan dunia pramuka, otomatis peran saya di sana hanya tok benar-benar sebagai pendamping, saya hanya menemani dan mendampingi mereka, tanpa banyak menyumbang ide atau gagasan dalam setiap perlombaan yang mereka ikuti.alhasil saat perkemahan itu berakhir pangkalan kami tidak banyak menggondol piala. walaupun hal itu sangatlah wajar megingat ini adalah pertama kalinya sekolah kami yang masih hijau ini mengikuti perkemahan perlombaan Kanira sekabupaten Lebak, namun tetap saja saya mengambil pelajaran berharga dari sini, bahwa tidak mudah menjadi pendamping pramuka yang baik, dibutuhkan pengalaman dan keterampilan yang tidak sedikit dalam bidang kepramukaan, intinya, saya harus belajar kembali, belajar tentang kepramukaan, dunia yang telah lama tidak saya jajaki.
Maka, saat mendengar bahwa Kwarran Sajira akan mengadakan KMD (Kursus Mahir Dasar) TINGKAT pembina saya bersemangat sekali mengikutinya. dengan PD nya saya lapor ke Kepala Sekolah bahwa saya akan mengikuti KMD ini dan beliau mendukungnya dengan membayarkan seluruh biaya KMD yang tidak murah ini, bayangkan lima ratus ribu, bukan uang sedikit bukan? terutama bagiku yang masih tenaga pengajar honorer dan bagi sekolah tempat saya mengajar yang berstatus private atau swasta.
So, here I go ...
First Day
pukul 7.30, dengan terengah-engah saya memasuki gerbang sekolah tempat akan diadakannya KMD. melapor ke bagian administrasinya dan melunasi semua pembayaran, setelah mendapat kartu peserta saya dipersilkan untuk masuk ke dalam kelas, untungnya walaupun terlambat entah berapa puluh menit, acara belum dimulai, saya terdiam cukup lama di pintu, mencari bangku yang masih kosong sambil memperhatikan bapak-bapak dan ibu-ibu guru yang sudah lebih dulu datang.
canggung, itulah saya rasakan saat itu, betapa tidak? hampir delapan puluh persen peserta KMD ini senior, baik dari segi umur yang lebih tua dari saya ataupun dari segi pengalaman mengajar, ditambah saya sakin hampir sekitar delapan puluh persen pula peserta KMD sudah mengantongi status PNS. namn, saya mencoba membuang semua perasaan itu jauh-jauh, dan kembali ke niat awal saya yaitu "belajar".
selesai upacara pembukaan kegiatan yang diadakan di dalam ruangan, kami melaksanakan pre-test tentang materi kepramukaan, soalnya? jangan ditanya? bagi saya yang buta sekali pada dunia pramuka, soal pre-tes itu tak ubahnya seperti sebuah ruang gelap, saya hanya bisa meraba-raba untuk bisa keluar dan lolos dari ruangan
(bersambung)
Pramuka....waaaa.. aku jadi ingat masa lalu.
BalasHapusAku dulu bantara sejati. Pernah juga ikut lomba pramuka seprovinsi jawa timur.
Kenangan yang susah untuk dilupakan. he he
kalau saya sebenernya pramuka sim sa la bim mas, saya gak ngalamin jadi penggalang, apalagi penegak bantara dan pandega, eh..... skr diamanahi jd pembina pramuka ma kepala sekolah, makanya kudu belajar extra lagi......he.....
BalasHapus