Senin, 13 Mei 2013

Is Marriage a Competetition?


2013, Mei
1434, Jumadil akhir yang diberkahi,

seseorang berbisik dalam deras hujan mengguyur bumi, 

"Tuhan, 
apakah Pernikahan sebuah kompetisi?"

 2013, Mei
1434, Jumadil akhir yang diberkahi,
Rayya genap berumur seperapat abad, 25 tahun, berambut panjang, dengan wajah yang selalu berminyak dan berjerawat, dengan status yang belum berubah di E-KTP nya yang baru  "Single" atau lajang.

Hujan di awal Mei dan di penghujung Jumadil akhir ini selalu saja membuatnya tambah sengsara, apalagi kalau bukan karena undangan pernikahan yang bertumpuk berantakan di meja riasnya. 2 minggu lalu, Rita teman sekelasnya di kampus yang mengundang, mingggu kemarin, ada Yoga sahabat dekatnya yang datang jauh-jauh dari Luar kota hanya untuk memberi surat undangan ke rumahnya, 3 hari yang lalu Nita dan Kaila adik kelasnya di SMA bersamaan mengundangnya di hari yang sama, tadi siang, teman mengajarnya di sekolah, Bu Cita dan Pak Yayan membagikan surat undangan berwarna coklat muda, dan tadi sore, saat ia baru saja pulang dari menngajar Bimbel, tetangga dekatnya Rasmi juga mengundangnya agar bisa hadir di acara pernikahannya minggu depan.

"Ya Tuhan, kenapa semua orang memilih bulan2 ini untuk menikah?" tanyaanya dalam hati, "mmm... mungkin karena ini bulan 'bagus' atau diberkahi" jawabnya sendiri. 

sebenarnya, ia tidak masalah apakah semua teman2nya akan menikah kompak di bulan ini dan hanya menyisakan dirinya sendiri dengan jerawat imut yang tak pernah bosan nangkring di wajahnya yang sebenarnya manis itu, tidak masalah dengan umurnya yang sudah mencapai seperapat abad dan ia masih saja sendirian, tetapi...., entah kenapa, pertanyaan dari teman-temannya, tetangga-tetangganya, saudara-saudaranya, dan orang-orang yang mengenalnya, yang bunyinya selalu sama, seakan mereka kompak berkonspirasi menohoknya dengan 1 pertanyaan, "KAPAN NYUSUL SI A, KAPAN NYUSUL SI B? KOK KEDULUAN SEH AMA SI A?"

Tentu saja pertanyaan - pertanyaan itu tidak akan merisaukannya, tidak akan membuatnya susah tidur, dan tidak akan membuatnya bingung ketar ketir harus menjawab apa, jika saja ia seperti sahabatnya Sri yang sudah punya "calon" yang memang pasti menikahinya, atau minimal seperti Dian yang sudah punya gebetan. 

setelah putus dari mantannya hampir tahun lalu, bahkan kini sang mantan juga sudah menikah dengan orang lain, Rayya memang belum pernah menjalin hubungan spesial dengan siapapun. entah karena ia yang terlalu menutup diri, ataukah memang tidak ada hal lain yang menjadi daya tarik dari dirinya? sehingga hampir tidak ada laki-laki yang tertarik berkenalan dengannya dan kemudian berniat "serius" padanya. Entahlah...

"beep...beep....." Hpnya berbunyi , satu panggilan masuk  dari Tata, sahabatnya di kampus,
"hai met malem, Ray, Lo lagi ngapain?" 
"lagi ngelamun" jawab Rayya asal
"ngelamunin siapa? please deh jangan ngelamunin gue terus! ha.........ha....... 
Ray, doain gue yah! besok malam ada yang mau ngelamar gue, bukan Dimas, bukan Toni juga, tebak siapa? lo pasti kaget, Ray dengernya."
"serius Ta?" Rayya setengah tidak percaya
"Kak Sam" jawab Risna. 
Rayya seperti ingin lompat mendengarnya, jantungnya entah kenapa berdetak lebih kencang, 
"Kak Sam?" ia mengkonfirmasi dengan suara yang pelan.
"iya, Ray! lo gak nyangka kan? apalagi gue? hmmm... kalau jodoh emang gak kemana ya Ray?
ok, lo pasti masih inget kan, janji jita di bawah monas itu, siapa yang nikah duluan diantara kita dialah pemenangnya, dan dia berhak minta kado apa aja.......bla....bla.....bla....." 

Telpon masih berdenging, Tata masih dengan semangat menceritakan awal pertemuannya kembali dengan Kak Sam, tapi Rayya sudah tidak  memegang Handphone nya lagi. 

Nama itu, nama yang tadi disebutkan Tata dengan penuh cinta, juga pernah menghiasi hatinya
secret admiror,  ah.... ia sekarang menyadari satu hal, sampai kapanpun ia tidak akan pernah "menang", jika ia hanya menjadi seorang secret admiror, seorang pemuja rahasia bagi orang yang diam-diam ia kagumi, ia sukai.

"terus, KAPAN LO NYUSUL?masa LO KALAH MA GUE YANG TOMBOY INI SEH? HE.......just kidding beib..."

kata - kata  terakhir Tata, ah... ternyata ia juga sudah berkonspirasi dengan  teman-temannya, tetangga-tetangganya, saudara-saudaranya. 

"Tuhan, apakah pernikahan sebuh kompetisi?" 
Rayya bertanya  lirih.

di luar jendela,  hujan deras mengguyur bumi,

2013, Mei
1434, Jumadil Akhir yang diberkahi.



(gambar di ambil dari sini:http://www.gempak.org/forum/238-berita-luar-negara/103887-berlari-dengan-pakaian-pengantin.html)
  

2 komentar:

  1. hahaha!! diberondong serentetan pertanyaan yg gak bakal ada habisnya. "kapan lulus?"
    "kapan nikah?"
    "kapan punya anak?"
    "kapan punya rumah?"
    "kapan punya cucu?"
    bla bla blaa.. ribet ya, teh!^.^

    BalasHapus
  2. Iya mel, yaah....begitulah hidup, begitulah dunia orang2 dewasa... ribet, rumit..
    he....

    BalasHapus