jawabnya, mungkin tidak harus selalu, tapi sesekali perlu lah, demi menjaga kehangatan dan keharmonisan keluarga.
itu adalah kalimat-kalimat yang sering kali saya baca di buku-buku pernikahan ataupun yang saya dengar di ceramah-ceramah agama tentang pernikahan.
namun, dalam praktiknya, saya benar2 tidak pernah menyaksikan apa yang sering saya lihat di TV dan sinetron-sinetron, ataupun yang sering saya baca di cerpen dan novel-novel pernah dilakukan oleh bapak pada emak, seperti tentang suami yang mengecup kening istrinya sebelum berangkat kerja, tentang suami yang memberikan seikat mawar merah di hari ulang tahun istrinya, atau suami yang mengajak istrinya untuk candle light dinner di restoran sisi pantai dengan deburan ombak menyapu karang.
apakah bapak bukan tipe laki-laki yang romantis? saya sering bertanya-tanya seperti itu dalam hati, jawabannya mungkin "ya" bapak bukan tipe laki-laki yang romantis, atau bisa juga, memang saya yang tidak pernah benar-benar tahu bahwa bapak sebenarnya adalah laki-laki yang romantis, entahlah! bisa jadi, bapak memang punya caranya sendiri untuk bersikap romantis pada emak, dan tentu saja hanya emak yang tahu tentang ha itu.
yang jelas, bagi saya semua itu tidak terlalu penting lagi. apakah bapak memang tidak pernah bersikap romantis pada emak, ataupun sebaliknya, sering bersikap romantis namun saya tidak tahu, yang terpenting adalah fakta bahwa kekuatan cinta mereka berdua yang begitu besar mampu mengalahkan segalanya, restu keluarga besar emak, kepahitan dan kesulitan hidup, juga tentu saja menaklukkan waktu hampir seperapat abad pernikahan mereka.
saat saya mendengar, ada teman bapak yang sudah "berhasil" tidak hanya memiliki dua rumah tetapi sekali gus juga "dua ratu" yang mendiaminya, kemudian keluarga mereka mulai terdengar "sumbang", saya hanya bisa bersyukur, bahwa bapak tidak melakukan hal yang sama.
apakah memang bapak tidak mampu? ataukah memang emak memang sangat layak untuk dicintai dan tidak layak dikhianati? rasanya, saya lebih suka menjawab pertanyaan yang kedua.
emak, walaupun kulit wajahnya saat ini sudah tidak kencang lagi, walaupun rambutnya yang tipis saat ini sudah mulai beruban, memang sangat layak untuk dicintai dan sangat tidak layak untuk dikhianati.
emak, dengan segala ketulusannya, kecerdasannya, kesabarannya, ketabahannya, mendampingi bapak dan membesarkan dan mendidik anak-anaknya, memang sangat layak untuk dicintai dan sangat tidak layak untuk dikhianati.
sejujurnya, saya tidak pernah benar-benar merasa yakin, bahwa emak memang sangat layak untuk dicintai, sampai suatu pagi, saat matahari sedang mulai bertahta di waktu dhuha, sambil mengawasi siswa kelas 9 menekuri soal-soal ujian nasional, pak kepala sekolah tempat saya mengawas yang memang teman bapak, bercerita betapa ia mengagumi spirit dan tekad juang emak mendampingi bapak, saat bapak masih berjualan baju di kaki lima, ia sungguh-sungguh melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat pagi masih gelap dan matahari belum menampakan diri di ufuk timur, emak dengan semangat baja sudah mendorong gerobak yang berisi baju-baju yang akan di jual di kaki lima dari kontrakan mereka yang mungil ke pasar tempatnya setiap hari memanggang diri demi sesuap nasi.
teman bapak itu kemudian berkata, ia sungguh-sungguh baru pertama kali itu dan bahkan tidak pernah lagi selama hidupnya, melihat seorang istri yang benar2 rela berkorban dan berjuang membantu suaminya seperti emak. ia kemudian membacakan sebuah doa, semoga jika memang suatu hari emak dipanggil olehNya, Ia memasukkan emak ke dalam surgaNya.
saya pernah mendengar cerita itu berkali-kali dari bapak, namun, saat saya mendengar cerita itu lagi dari mulut orang lain, entah kenapa saya jauh lebih merasa ditampar, ditendang, ditinju, dan akhirnya terkapar dalam sebuah ruang kesadaran, betapa durhakanya saya, seringkali menyepelekan emak, seringkali membantah emak, seringkali membuat emak menangis, seringkali membuat emak kesal dan marah.dan apakah cinta emak berkurang? tentu saja seincipun tidak.
ah,
emak
memang sangat layak dicintai,
bukan hanya oleh bapak, tapi juga oleh kami....
wah emaknya teh etha masih kelihatan muda ya? he he..
BalasHapusiya mungkin bapak dalam mengekpresikan cinta lebih suka jika berdua saja dengan emak. Malu jika dilihat oleh anak-anaknya :).
Jadi ingat cerita teman bahwa dia melamar seorang gadis yang sebenarnya sudah dilamar oleh orang lain. Tapi orang yang pertama melamar ini ditolak oleh si gadis. Usut punya usut ternyata gadis ini menginginkan suami yang secara ekonomi belum mapan. Sehingga dia bisa berjuang dari nol bersama suaminya, dan akan terkenang ketika usia pernikahan tak lagi muda :).
Dahsyat ......
BalasHapusIa alloh swt jadikanlah aku seperti emak yg mampu mnjdi penyejuk hati bgt suamiku. Amin..amin ya rabbi
Hai Penghuni Sajira, apakah ada perkembangan di sana. soal romantis itu mah...bisa di ciptain ka...entah itu dari hati atau tidak...yang jelas suasananya harus mendukung, tapi kalau mau alibi suasana mah no sekian. romantis lahir dari sebuah penghargaan...gitu ajah...
BalasHapus