Sabtu, 09 Februari 2019

Cerita Rakyat Dari Sajira "Buaya Buntung Ciberang"


Alkisah, menurut cerita, pada zaman dahulu, hiduplah seorang kakek di sebuah gubug bambu di tepian sungai ciberang yang bernama Ki Sabrang.

Dipanggil Ki Sabrang, karena pekerjaan sehari-harinya sering menolong orang yang hendak menyebrangi sungai dengan bantuan rakit bambu yang dimilikinya tanpa mau dibayar dengan uang atau imbalan apapun.

Diceritakan, pada suatu pagi yang masih mendung, matahari belum bersinar terang seperti biasanya, karena hujan badai kemarin sore yang turun di seluruh kampung membuat suasana pagi itu tidak secerah biasanya.

Air sungai masih meluap tinggi dengan ombak yang besar, warnanya coklat pekat sekali. Ki Sabrang yang biasanya mencari ikan dengan jalanya, hari itu terpaksa tidak bisa mencari, maka ia memutuskan mengumpulkan kayu-kayu dan barang-barang  lain yang biasanya ikut terbawa hanyut saat sungai sedang banjir besar.

Ki Sabrang mulai menyisir tepian sungai dari dekat rumahnya sampai ke hilir. Ia mengumpulkan kayu-kayu dan barang-barang lain yang tersangkut dengan hati riang, sesekali mendendangkan lagu untuk menghibur dirinya.

"Endeuk-endeukan lagoni menang peucang sahiji, leupas deui ku Nini, beunang deui ku Aki. "
"Haduuuh, kayu-kayu ini sudah banyak aku kumpulkan, istirahat dulu aaah…"
Tiba tiba dari arah sebuah pohon besar, terdengar suara mengaduh dan minta tolong.
" Aduuuh….. sakit! Aduuh…. Tolong! Hei! Siapa saja yang lewat tolong aku! Aku mohon! Aduuuh sakit sekali….. !"

Ki Sabrang menegakkan telinganya dan mencari dari mana suara itu berasal. Ia berjalan pelan-pelan menuju sumber suara, ketika ia samapi di bawah pohon besar, ia terbelalak kaget, mulutnya menganga melihat makhluk besar di depannya yang tidak berdaya. Makhluk apakah itu???

"Wahai kakek yang baik hati, syukurlah kau datang kemari, apakah kau mendengar rintihan minta tolongku tadi?"

"Ya buaya, aku mendengar ada sebuah suara yang meminta tolong lalu aku mencari-cari sumber suara dan aku menemukanmu di sini, apakah benar kau yang meminta tolong?" Tanya Ki Sabrang.

"Benar Kek, malang benar nasibku ini, kemarin sore saat Ciberang banjir meluap, aku ingin bersenang-senang berenang ke hilir untuk mengunjungi saudaraku, tapi ternyata, sebuah kayu besar beruntun mnghalangi jalanku dan aku terjepit kemudian terseret sampai ke tepian ini."

"Tolonglah aku Kek, semalaman aku kesakitan, dan berdoa agar ada yang menolongku, dan ternyata doaku terkabul, aku mohon tolong aku Kek!"

Buaya besar itu memohon dengan sangat kepada Ki Sabrang.
"Hmmmmm, apakah kau tidak sedang menipuku buaya? Ki Sabrang ragu,
"Mana mungkin aku menipumu Kek, lihatlah! Aku sudah tidak berdaya seperti ini!" jawab buaya.

"Hmmmmm, sepertinya kau memang benar-benar sedang membutuhkan pertolongan, baiklah aku akan menolongmu, tapi dengan satu syarat."

"Apa syaratnya Kek? Aku berjanji, aku berjanji akan memenuhinya, yang penting kau menolongku dan membebaskanku dari kayu sialan ini" jawab buaya.

"Apa kau akan menepati janjimu?"

"Ya, aku bersungguh-sungguh akan memegang janjiku Kek, cepat katakan apa syaratnya?"

"Baiklah, syaratnya mudah, kau hanya tidak boleh memangsa anak keturunanku dalam keadaan apapun." Jawab Ki Sabrang dengan tegas.

"Baik, aku berjanji, aku tidak akan memangsa anak keturunanmu dalam keadaan apapun, bahkan aku berjanji akan menolong mereka jika aku mampu." Jawab buaya berapi-api.

Dengan mengucap sebuah doa, Ki Sabrang mengangkat kayu besar itu dari tubuh buaya, namun saat kayu besar itu berhasil diangkat dari tubuh buaya, malang nasib buaya karena, ekornya yang tadi terjepit tidak terselamatkan. Mungkin karena semalaman terjepit oleh kayu yang sangat besar, ekor sang buaya akhirnya terlepas atau buntung.

Buaya merintih kesakitan, tapi ia tetap berterimakasih karena nyawanya masih tertolong.
"aduuuh sakit! Haah? Ekorku mana Kek? Aku buntung ya? Tidak apa-apa Kek, terimakasih kau telah menolongku dengan susah payah. Aku akan memegang teguh janjiku padamu sampai kapanpun".

Byuuur , buayapun masuk ke dalam air dan berenang ke hilir.
Ki Sabrang tersenyum memperhatikan buaya yang kini tidak memiliki ekor itu, tak apalah ia tak mendapat ikan hari ini, ia bersyukur telah menolong makhluk lain yang sedang membutuhkan pertolongan.

"hehehehehe, lucu sekali buaya itu!" Dari kejauhan sebuah suara memanggil.

"Ki Sabrang! Kami hendak menumpang rakitmu ke sebrang".

Iapun berjalan menghampiri rakit dan orang yang memngggilnya tadi dengan senyum manis terlukis di bibirnya sambil mendayung iapun bergumam "aaaah, pagi yang cukup melelahkan".

Sejak saat itu, bahkan hingga kini jika Ciberang banjir meluap dan seekor buaya buntung tampak mengalun dari hulu ke hilir, masyarakat percaya bahwa buaya buntung itu sedang memberitahukan atau memberi tanda bahwa akan ada buaya jahat yng ingin memangsa, maka berhati-hatilah.



Pesan moral :
Kita harus saling tolong menolong terhadap sesama makhluk hidup dan memegang teguh janji yang telah diucapkan.

Ditulis kembali oleh: Eka Nurul Hayat, bersumber dari cerita masyarakat Sajira.

Cerita Rakyat ini pernah dibawakan oleh M. Fikri Sofa Ali dalam lomba dongeng tingkat  Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten tahun 2016. dan oleh Najwa pada tahun 2018.

catatan ; Ciberang adalah nama salah satu sungai di Kabupaten Lebak, yang membentang melintasi beberapa Kecamatan dari mulai Kecamatan Cipanas, kecamatan Sajira, dan bermuara di Ciujung Rangkasbitung.



sungai ciberang pada sore hari dari atas jembatan hirung


7 komentar:

  1. Oohh... menta tea jeung ieu...
    hehehe

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Terimakasih
      Itu cerita rakyat di kampung saya mbak, pernah diikutsertakan dalam lomba dongeng juga di tingkat kabupaten dan provinsi

      Hapus
  3. Sebagai pencari ikan di sungai ciberang wilayah seupang s/d sinday, saya belum pernah menemukan s'ekor pun buaya, ' bukan maksud ingin bertemu ' hanya saja semua itu hanya legenda masyarakat setempat, begitu pun sekitar tempat saya mencari ikan, memiliki legenda lubang/lindung silver sebesar batang pisang berkepala kambing, yang katanya pernah di tertangkap, serta leuwi/palung jata'n yang terkenal dalamnya 5x panjang bambu,
    Wew..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak memang itu hanya legenda atau mitos yang tersebar di masyarakat. Dan sebagian masyarakat terutama orang-orang tua mempercayai nya. Wah itu mitos yg baru saya dengar juga pak, di daerah seupang ya?
      Bisa diceritain lebih rinci gak pa? Cerita tentang lubang sebesar Batang pisang itu? 😊

      Hapus
  4. Bagus neng ceritanya. Semoga bisa menjadi insfirasi buat yang lain untuk selalu berkarya. Masih banyak cerita kearifan lokal yang lain yang masih perlu digali. Teruslah berkarya neng

    BalasHapus