Seseorang bukan siapa-siapa
sampai ia dicintai. ~ Tasaro GK
Selepas magrib, aku masih melipat mukena di dalam kamar, namun suara beberapa anak yang meminta anak-anak lain untuk duduk rapih melingkar di teras rumah sudah terdengar. namun malam itu entah kenapa mereka tidak seribut dan seaktif seperti biasanya.
Ketika aku beranjak ke dapur untuk minum, adikku Opa,menghampiriku, "Eteh, Rizki nangis," katanya sambil menarik lenganku. Saat kepalaku muncul di ambang pintu, saat itu pula, semua anak-anak berteriak "SURPRISE! SELAMAT ULANG TAHUN TE EKA!!!" dan ditengah lingkaran sebuah kado dan "cake" ala mereka telah membuat hatiku benar-benar terharu sekaligus bahagia.
Aku memandangi "cake" sederhana itu, hanya sebuah agar-agar rumput laut biasa berwarna merah muda, dicetak dalam bentuk LOVE dan dihiasi dengan tomat, jambu air, dan potongan sedotan yang ditancapkan, benar-benar sebuah "cake" yang tidak sampai menguras kantong hingga puluhan atau ratusan ribu, atau bahkan jutaan rupiah. ya, itu memang hanya sebuah "cake" sangat sederhana yang mereka buat sendiri dengan tangan kreatif mereka, dan tentu saja dengan sisa uang jajan atau mungkin juga dengan mengorbankan uang jajan mereka.
Namun, bagiku, "cake" itu lebih bernilai daripada "cake-cake" yang dipajang di etalase-etalase toko kue, yang bentuk dan warnanya sungguh menggiurkan lidah, yang harganya lima kali lipat bahkan 10 kali lipat lebih mahal dari "cake" agar-agar itu. Karena bagiku "cake" sederhana itu telah membuatku merasa telah menjadi seseorang, seseorang yang dicintai. dan itu lebih berharga dari apapun yag kita miliki bukan?
Maka hari ini aku belajar dua hal dari murid-muridku, yaitu tentang cinta dan pengorbanan. bahwa cinta itu sungguh adalah sebuah hal sederhana, sesederhana "cake" buatan mereka, cinta bukan seseuatu yang rumit sperti halnya jaringan komputer atau semacet jalanan di Jakarta, cinta adalah sesuatu yang mudah dicari, dimana saja dan kapan saja, seperti udara yang kita hirup setiap hari.
Kedua, tentang pengorbanan, bahwa mencintai memang harus berkorban, tapi berkorban dengan tulus dan tanpa pengharapan. aku membayangkan bagaimana mereka berkeringat, memasak agar-agar itu entah di rumah siapa, dan tentu saja materi atau uang yang mereka keluarkan untuk membuat kado terindah itu, aku tahu, bahwa hampir sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, atau serba pas-pasan, bahkan aku tahu bahwa ide surprise untukku ini berasal dari anak yang merupakan korban broken home. betapa aku sebenarnya tidak pantas untuk mendapatkan semua cinta dan pengorbanan mereka.
Tuhan, sungguh terimakasih telah mengirim anak-anak itu ke rumahku, dan bimbing aku selalu agar menjadi guru yang baik, yang sabar, yang penyayang, seperti apa yang mereka doakan di secarik kertas ucapan selamat hari lahirku hari ini.
cutting the cake
Tidak ada komentar:
Posting Komentar