Tidak ada anak yang bodoh atau lambat belajar
yang ada hanya anak-anak yang special ~ Eka.N.H
Ada yang pernah menonton film Taare Zameen Par?
film india yang dirilis tahun 2007 oleh Amir Khan Production. film ini adalah film tentang pendidikan yang wajib ditonton oleh guru dan orang tua di seluruh dunia. kenapa? karena film ini menyampaikan sebuah pesan bijak yang sudah lama terkubur dalam sumur tua paradigma most of all parent in this world, bahwa anak yang pintar adalah anak yang selalu mendapat ranking 1 di sekolah, ikut program akselerasi, mendapat beasiswa ke luar negeri, lulus dengan predikat cumlaude dan mendapat pekerjaan yang bergengsi. dan sebaliknya, anak yang berlangganan mendapatkan rapot "kebakaran" adalah anak yang bodoh yang dianggap tidak berhak mendapatkan masa depan yang cerah. Lalu Apa pesan bijak tersebut?
Taare Zameen Par atau every child is special, setiap anak adalah special adalah pesan bijak yang ingin disampaikan oleh film tersebut. sederhana bukan? tapi ternyata tidak sesederhana menerapkannya dalam proses pendidikan anak-anak kita baik di rumah ataupun di sekolah. karena kita sebagai orang tua atau guru cenderung malas membuka mind set kita bahwa setiap anak memang unik dan special dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka.
Dan sore ini, aku kembali teringat pada film tersebut, pada Ishaan sang tokoh utama yang dicap sebagai anak super nakal dan idiot oleh guru bahkan orang tuanya sendiri, sampai akhirnya ia dikirim ke sebuah sekolah berasrama di pedesaan agar ia berubah menjadi anak baik yang lebih disiplin dan tentu saja pintar dalam padangan orang tuanya. tapi ternyata, ia malah merasa dirinya dibuang, dan lebih memberontak baik kepada guru-gurunya ataupun kepada orang tuanya. Psikologisnya semakin rapuh, rasa percaya dirinya luntur tanpa menyisakan warna, dan hanya tinggal menunggu waktu Ishaan hanyalah sebuah nama bagi seonggok tubuh berjalan namun tanpa jiwa.
Namun, di saat semua keterpurukan itu hampir mencapai titik terendahnya, seorang guru seni (Amir Khan) datang dan merubah segalanya. dengan segala kreativitas, ketekunan, kesabaran, dan kepercayaan yang besar pada Ihsan, akhirnya sang guru mengetahui bahwa Ihsan memang dilahirkan dengan keterbatasan untuk mengenal huruf dan angka, ia menderita disleksia, namun ternyata sang guru juga menemukan fakta bahwa Ishaan ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam melukis. inilah yang tidak diketahui oleh orang tuanya, sehingga mereka menganggap bahwa Ihsan adalah anak yang nakal dan bodoh yang selalu membuat masalah. Tapi, syukurlah, di akhir cerita, baik orang tua ataupun guru-guru yang lain yang menganggap Ihsan adalah anak nakal dan bodoh akhirnya sadar dan memandang Ishaan sebagai anak berbakat dan special.
Maka sore yang cerah ini, saat matahari terasa begitu hangat di sebelah barat, aku seperti melihat sosok Ishaan menjelma pada seorang murid di pengajian Al-Fiil yang aku gagas setahun yang lalu, seorang gadis kecil pendiam, yang dianggap bodoh oleh orang tua dan teman-temannya, namun ternyata ia lolos sebagai juara ketiga lomba mewarnai di kecamatan. what amazing! isn't she?
So, Let's Bury our wrong paradigm about the meaning of a clever child, because every child that was born on earth is special.
Taare Zameen Par atau every child is special, setiap anak adalah special adalah pesan bijak yang ingin disampaikan oleh film tersebut. sederhana bukan? tapi ternyata tidak sesederhana menerapkannya dalam proses pendidikan anak-anak kita baik di rumah ataupun di sekolah. karena kita sebagai orang tua atau guru cenderung malas membuka mind set kita bahwa setiap anak memang unik dan special dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka.
Dan sore ini, aku kembali teringat pada film tersebut, pada Ishaan sang tokoh utama yang dicap sebagai anak super nakal dan idiot oleh guru bahkan orang tuanya sendiri, sampai akhirnya ia dikirim ke sebuah sekolah berasrama di pedesaan agar ia berubah menjadi anak baik yang lebih disiplin dan tentu saja pintar dalam padangan orang tuanya. tapi ternyata, ia malah merasa dirinya dibuang, dan lebih memberontak baik kepada guru-gurunya ataupun kepada orang tuanya. Psikologisnya semakin rapuh, rasa percaya dirinya luntur tanpa menyisakan warna, dan hanya tinggal menunggu waktu Ishaan hanyalah sebuah nama bagi seonggok tubuh berjalan namun tanpa jiwa.
Namun, di saat semua keterpurukan itu hampir mencapai titik terendahnya, seorang guru seni (Amir Khan) datang dan merubah segalanya. dengan segala kreativitas, ketekunan, kesabaran, dan kepercayaan yang besar pada Ihsan, akhirnya sang guru mengetahui bahwa Ihsan memang dilahirkan dengan keterbatasan untuk mengenal huruf dan angka, ia menderita disleksia, namun ternyata sang guru juga menemukan fakta bahwa Ishaan ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam melukis. inilah yang tidak diketahui oleh orang tuanya, sehingga mereka menganggap bahwa Ihsan adalah anak yang nakal dan bodoh yang selalu membuat masalah. Tapi, syukurlah, di akhir cerita, baik orang tua ataupun guru-guru yang lain yang menganggap Ihsan adalah anak nakal dan bodoh akhirnya sadar dan memandang Ishaan sebagai anak berbakat dan special.
Maka sore yang cerah ini, saat matahari terasa begitu hangat di sebelah barat, aku seperti melihat sosok Ishaan menjelma pada seorang murid di pengajian Al-Fiil yang aku gagas setahun yang lalu, seorang gadis kecil pendiam, yang dianggap bodoh oleh orang tua dan teman-temannya, namun ternyata ia lolos sebagai juara ketiga lomba mewarnai di kecamatan. what amazing! isn't she?
So, Let's Bury our wrong paradigm about the meaning of a clever child, because every child that was born on earth is special.
Nabila, my special student, with her medal and price of coloring competition
Tidak ada komentar:
Posting Komentar