Bagi anak-anak pelosok,
yang untuk pergi ke sekolah saja harus berjalan kaki sejauh Lima kilometer
lebih, bisa ikut berpartisipasi dalam lomba kepramukaan dalam lingkup
sekabupaten merupakan sebuah keajaiban dan kesempatan yang sangat langka sekali.
Berbeda halnya dengan anak-anak yang beruntung bisa bersekolah di daerah
perkotaan atau minimal sedikit lebih tengah ke kota, yang hampir setiap tahun selalu
mewakili kecamatan atau juga kabupatennya masing-masingdalam lomba kepramukaan,
baik lomba tingkat tiga atau LT3 juga jambore daerah bahkan jambore national.
Maka, saat akhirnya kesempatan langka ini datang, anak-anak pelosok itu sungguh
tidak mengharapkan untuk bisa membawa pulang piala, karena menjadi salah satu
peserta dalam eventyang sangat
bergengsi ini saja bagi mereka adalah sebuah hadiah yang indah. Bukan karna,
kemampuan mereka yang dibawah rata-rata, sehingga selalu tidak dilirik oleh
pihak kwarran dalam mewakili kwartir ranting di LT3 misalnya, tetapi lebih
karena kesempatan yang tidak kunjung datang itulah, mereka paling jauh mengikuti
kegiatan kepramukaan di tingkat kecamatan.
Maka, saat akhirnya
kesempatan itu datang pada anak-anak SDN 1 Sindangsari Kec. Sajira, kesempatan
mengikuti lomba di tingkat kabupaten dengan tidak mewakili kwartir ranting
masing-masing tetapi benar-benar mewakili gugus depan dimana mereka berpramuka selama
ini, mereka benar-benar gembira dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Selama
hampir tiga minggu, mereka rela pulang sekolah saat adzan ashar berkumandang
karna harus latihan dulu setiap harinya di sekolah. Karna jarak rumah mereka
yang jauh, mereka selalu membawa bekal nasi untuk makan siang di sekolah sambil
menunggu saya datang. Saya memang tidak mengajar di sekolah mereka, tetapi
karna di sekolah itu, pembina perempuan nya belum ada yang mengikuti KMD, maka
saya diminta oleh kepala sekolahnya untuk membimbing siswa mereka, karena
sekolah mengirimkan regu perempuan.
Tanggal 31 Oktober 2015,
anak-anak itu berangkat dari rumah pukul 4 pagi, karena panitia menjadwalkan
pukul 6 pagi itu sudah mulai pendiriantenda sampai jam 8. Alhasil, kami berangkat
dari sekolah sekitar pukul 5 agar tidak terlmabat mendirikan tenda. Karna
ketepatan waktu dalam pendirian tenda masuk penilaian tambahan.
Pukul 6 pas, kami sampai
di Pusdiklatpur Ciuyah tempat ISC zona 1 Lebak di laksanakan. Mobil-mobil bak
terbuka terlihat memadati jalan masuk, mungkin mereka sampai disini dari pukul
5 pagi. Saya langsung menuju secretariat panitia untuk mengambil Nomor kapling,
tetapi dari kejauhan, antrian panjang para pembina pendamping sudah mengular di
depan sekretariat. Saya langsung berlari dan ikut mengantri, tapi hampir pukul
7, antrian itu hanya bergerak sedikit demi sedikit layaknya siput berjalan. Dan
itu di karnakan, panitia tidak hanya membagikan kapling tetapi juga membagikan
kaos peserta juga mengurus hal-hal administrative lainnya.
Pukul 7 saya masih
berdiri mengantri, sedangkan sekolah-sekolah lain yang sudah lebih dulu
mengambil kapling, sudah mulai mendirikan tenda. Baru ketika pukul setengah 8,
saya berhasil mendapatkan Nomor kapling dan kaos, setelah panitia akhirnya
berinisiatif perwakilan dari tiap kwarran untuk masuk dan mengambilkan Nomor
kapling gugus depan lain yang masih satu kwarran. Dari proses pengambilan Nomor
kapling yang seperti itulah, benih-benih kekecewaan saya juga para pembina
pendamping yang lain mulai muncul. Karna
apa yang tertera di juknis dan juklak ISC 2015 samasekali tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi.
Dengan sigap anak-anak langsung
mengangkut barang-barang dan perlengkapan kemah seperti tenda, tongkat, kayu
bakar, peralatan masak dan tas mereka masing-masing ke kapling B35 yang berada
di dekat tenda besar panitia.
Dengan cekatan mereka
langsung mendirikan tenda sesuai dengan tugasnya masing-masing ketika mereka
latihan di sekolah. Tidak sampai satu jam, tenda sudah berdiri tegak, jemuran dari
tongkat juga sudah terpasang, beberapa anak sedang menancapkan pagar bambu,
hanya tinggal gapura dari pioneering yang masih belum selesai dirakit. Tapi
dari pengeras suara, panitia sudah mulai memanggil-manggil untuk berkumpul karena
perlombaan akan segera dimulai. Anak-anak mulai terlihat gelisah dan gugup,
karna waktu pendirian tenda tinggal beberapa menit lagi, dan mereka diminta
segera berkumpul di dekat aula supratman.
Akhirnya saya memutuskan
untuk melanggar peraturan panitia yaitu meminta bantuan kepada guru laki-laki
untuk menyelesaikan mendirikan gapura, sedangkan anak-anak, saya dampingi untuk
berkumpul dan mengikuti lomba sesi pertama.
Seluruh peserta putra dan
putri berkumpul merumput di samping aula supratman, panitia dari anak-anak DKC
(dewan kerja cabang) yang masih merupakan anggota penegak atau siswa-siswi SMA
terlihat sudah payah menjelaskan sesuatu berkaitan dengan games yang nanti akan
dilaksanakan dengan !menggunakan pengeras suara yang kurang terdengar jelas. Sampai
akhirnya, saya maju mendekati panitia DKC itu dan memberikan saran untuk
memberikan penjelasan melalui pinru saja, baru nanti pinru yang akan mengumumkannya
ke regu masing-masing.
Kemudian panitia tersebut
memanggil pinru dan meminta mereka berbaris baru ia menjelaskan pengumuman tentang
pembagian tempat dan sesi games antara putra dan putri.
Pukul 9 sampai dengan
pukul 12 siang, peserta putri mengikuti games yang berada di halaman samping aula-aula
yaitu games English corner, games aku cinta Indonesia, games tebak lagu, games
dasa darma, dan games sense challenge atau meraba benda.
Alhamdulillah kami
berhasil mengumpulkan medali dari tiap mata lomba walaupun tidak maksimal,
setidaknya anak-anak telah berusaha semampu mereka. Untuk lomba games aku cinta
Indonesia kami berhasil mendapat 3 medali, games tebak lagu 3 medali, games
dasa darma dan pancasila 1 medali, dan games sense challenge 1 medali.
Sedangkan English corner, Yuyun dan anas sama sekali belum mendapat kesempatan
untuk bermain dan mengikuti lomba karna keburu waktu istirahat dan kata mereka
akan dilanjutkan nanti setelah dhuhur.
Selepas dhuhur, kira-kira
pukul 1, perlombaan sesi dua dimulai. Bertukar tempat dengan peserta putra,
kini giliranku peserta putri yang mengikuti Lima games berikutnya yaitu games
P3K, games badge challenge atau menempelkan atribut pramuka, games susun kata,
games navigasi, dan games membuka kotak. Anak-anak langsung menuju tempat games
masing-masing dan mengikuti perlombaan.
Karena kata panitia
English corner putri yang belum bermain dilanjut setelah dhuhur, maka saya
mendatangi tempat English corner untuk melihat anak-anak. Tapi ketika saya
sampai di sana, yang antri mengular di belakang papan English corner bukan
peserta putri tetapi peserta putra. Saya bertanya pada panitia dan jawab
mereka, English corner putri yang belum bermain DINYATAKAN GUGUR. Saya kaget
sekali mendengar nya dan tentu saja tidak terima. Itu keputusan sepihak dari
mana? Dan bagaimana bisa? Sebelum dhuhur tadi bilangnya akan dilanjut setelah
dhuhur tapi pas setelah dhuhur dinyatakan GUGUR. Saya bertanya kembali pada
panitia yang merupakan anak2 penegak itu siapakah yang menyatakanGUGUR
tersebut? Panitia yang mana? Panitia dari kwarcabataukah panitia dari jawa pos?
mereka menggelengkan kepala bingung, lalu saya pun pergi ke sekretariat panitia
di aula bung hatta.
Sesampainya disana, saya
langsung kebanyakan perihal lomba English corner yang dinyatakan GUGUR itu pada
panitia dari pihak kwarcab yaitu kak Unang yang kebetulan sedang berada di
sana. Tapi jawabannya sungguh membuat saya semakin aneh dan heran, dia
menyuruhnya saya untuk langsung bertanya pada panitia jawa pos yang terlihat
sedang duduk –duduk di lantai, tapi kak Unang juga menyarankan saya untuk
mengajak pembina-pembina pendamping lainnya minimal Lima orang yang memang sekolahnya
punya masalah yang sama.
Saya keluar dari ruangan
panitia dan mencari pembina pendamping yang saya kenal dan sama-sama punya
masalah yang sama yaitu belum mengikuti lomba atau permainan tetapi sudah
dinyatakan gugur.
Akhirnya saya bertemu
dengan pembina pendamping dari gugus depan ciuyah 3, bahkan anak muridnya tidak
hanya satu perlombaan yang belum sempat diikuti tetapi dua perlombaan, English
corner dan aku cinta Indonesia. Maka kami pun segera ke ruang panitia dan mempertanyakan
masalah tersebut ke panitia jawa pos.
Kami berdebat panjang lebar dengan panitia dari
jawa pos, bahwa kami ingin anak-anak kami yang belum sempat mengikuti
perlombaan diberi keswmpatan. Bukan untuk mendapatkan medali, tetapi lebih
karena agar usaha mereka untuk latihan dan belajar demi mempersiapakan
perlombaan tersebut ketika di sekolah tidak lah sia-sia. Menang atau kalah,
medali atau penghargaan apapun itu sungguh tidak masalah, yang terpenting anak
– anak tidak merasa kecewa karena mereka tidak mengikuti lomba hanya karna
tidak cukup waktu dan itu bukan salah mereka sendiri. Jika memang mereka yang terlmabat
datang ke tempat lomba, atau alasan pribadi lainnya, itu adalah urusan lain, tetapi
ini, mereka telah mengantri berjam-jam di bawah terik panas matahari dan sebelum
mereka mendapat giliran mereka di suruh istirahat, dan setelah waktu istirahat
habis tiba-tiba saja mereka dinyatakan GUGUR. Prosedur macam apa itu?Lalu,
panitia dari jawa pos akhirnya bilang akan mempertimbangkan masalah tersebut
dan kamipun ke luar ruangan.
Perlombaan sesi kedua
baru berakhir pukul setengah empat, anak-anak terlihat senang sekali dengan
perolehan medali yang mereka dapatkan, dari pengeras suara panitia terdengar
mengumumkan kepada seluruh peserta yang sudah selesai mengikuti lomba dan
mendapatkan medali untuk segera menukarkan medali tersebut dengan stempel ke
ruang panitia.
sore di bumi perkemahan ISC itu mereka
habiskan untuk bermain, jajan, dan jalan-jalan keliling tenda mencari kenalan.
Selepas magrib, terdengar
pengumuman bahwa perlombaan English corner, aku cinta Indonesia dan dasa darma
dan pancasila untuk peserta putra dan putri yang belum mengikuti akan
dilanjutkan setelah isya. Saya lega mendengar nya, karna aspirasi kami ternyata
benar-benar diperhatikanu oleh panitia. Saya langsung menyuruh yuyun dan anas
untuk bersiap-bersiap mengikuti lomba English corner di tempat yang telah
ditentukan.
Tapi selang beberapa
menit kemudian, pengumuman baru terdengar lagi dari pengeras suara, bahwa lomba
hasta karya dari barang bekas ditiadakan. Saya dan anak-anak ber yaaa kecewa
mendengar nya. Padahal kami sudah mempersiapkan bahan-bahan dan perlengkapan
untuk lomba hasta karya ini dari jauh-jauh hari.
Akhirnya saya menyuruh
anak-anak untuk tetap membuat hasta karya tersebut di tenda seperti yang telah
direncanakan, besok saya berniat menyerahkan hasta karya tersebut kepada
panitia jawa pos, sebagai kenang-kenangan dari kami anak-anak pedalaman, agar mereka
tahu bahwa kami telah mempersiapkan untuk lomba ini dengan sungguh-sungguh.
Saya mendampingi yuyun
dan aminah mengikuti lomba English corner. Benar saja, peserta yang belum mengikuti
masih banyak, terlihat dari antrian panjang yang mengular. Entah sampai jam
berapa perlombaan ini akan berakhir, mungkin sampai jam sepuluh atau lebih. Ah,
kasian anak-anak.
Sambil menunggu mereka,
saya mengobrol dengan salah satu pembina pendamping putra yang saya kenal Kak
Topik, kami membahas banyak hal tentang kegiatan ISC zona 1 yang cukup
mengecewakan ini, mulai dari tadi pagi saat pembagian Nomor kapling sampai lomba
hasta karya yang ditiadakan. Padahal menurut kami, jika panitia cerdas, lomba
hasta karya dan lomba yang menyusul itu bisa dilaksanakan dalam waktu yang
sama, toh anak-anak yang mengikuti lomba susulan juga tidak semuanya, masih
bersisa delapan atau enam orang di tenda. Entahlah, apa yang menjadi alasan
dasar mereka meniadakan lomba hasta karya ini, kami tidak mengerti, yang jelas kami
cukup kecewa.
Malam menyelimuti bumi perkemahan,
tapi suara anak-anak yang mengobrol dan bercanda di dalam masih terdengar. Mungkin
euforia berlebihan membuat mereka sulit memejamkan mata. Baru sekitar pukul
setengah dua belas, mereka berhenti mengobrol dan terlelap entah dalam mimpi
yang seperti apa.
Pagi datang berwajah
kabut, ternyata anak-anak telah selesai Mandi dan sholat shubuh, mereka bangun pukul
setengah empat pagi dan langsung mandi. Sungguh bersemangat sekali.
Kegiatan ISC pagi ini
dibuka dengan senam bersama dari pukul enam pagi. Dilanjut dengan oprasi semut
dan bersih-bersih tenda, kemudian sarapan baru kemudian mengikuti perlombaan.
Perlombaan hari ini adalah perlombaan yang lebih mengedepankan kekompakan yaitu
team building challenge. Sama seperti kemarin yang berdiri dari dua sesi, team
building challenge ini juga dibagi dua sesi dan dilaksanakan di lapangan utama
pusdiklatpurCiuyah.
Sampai pukul setengah dua
belas, team building challenge ini baru selesai, itupun tidak sempat bergantian
tempat dengan putra, yang berarti peserta hanya mengikuti satu sesi team
building challenge. Setelah itu istirahat sampai pukul setengah satu, dan ada
pengumuman gugus depan yang masuk ke dalam 25 besar untuk mengikuti lomba semi
final.
Tanpa disangka, gugus
depan kami masuk ke dalam 25 besar itu. Maka kami pun beraiap-siap, saya menu
juk dua orang yang menurut saya bisa mewakili semuanya yaitu yuyun dan aminah,
setidaknya mereka berdua kompetensi pengetahuan yang sedikit lebih banyak dari
pada teman-temannya.
Lomba semi final ini diadakan
di tribun lapangan upacara pusdiklatpur. Masing-masing regu yang masuk 25 besar
hanya mengirimkan dua orang perwakilan nya. Para peserta duduk lesehan di
lantai tribun, menghadap sebuan monitor atau lcd datar sekitar dua pukuh Inc
yang menayangkn soal secara visual.
Bagi peserta yang bisa menjawab
setiap pertanyaan dipersilakan untuk mengacungkan tangan, dan panitia akan
memilih regu mana yang TERLIHAT lebih dulu mengacungkan tangan. Baik pendamping
ataupun teman-teman satu regu yang tidak mengikuti DILARANG dekat-dekat dengan
tribun dalam jarak 10 meter. Sanksinya bagi yang melanggar adalah didiskualifikasi
dari babak semi final tersebut.
Maka saya hanya menonton mereka
dari kejauhan di bawah sebuah pohon di pinggir lapangan.
Sekitar pukul setengah
dua, sesi babak final untuk putri selesai dengan tiga regu keluar sebagai pemenang,
dan seperti sudah diperkirakan regu kami tidak masuk ke dalam tiga besar itu.
Tak apa, karena masuk ke dalam 25 besar saja anak-anak sudah merasa bangga. Sesi
semi final pun digantikan oleh putra yang sudah menunggu dari tadi.
Saat kami kembali ke
tenda, dua tiga Mobil pick up yang mengangkut barang-barang perlengkapan kemah
terlihat menuju gerbang utama pusdiklatpur, lalu dari kejauhan, tenda-tenda
regu lain baik putra mahpun putri sebagian besar telah dibongkar dan siap untuk
diangkat pulang. Saya bertanya-tanya, bukankah semi final untuk sesi putra
belum selesai? Dan upacara penutupan belum dilaksanakan, tetapi mengapa
sebagian besar peserta telah sibuk membongkar tenda, bahkan beberapa telah
pulang.
Sampai pukul setengah
tiga, upacara penutupan belum juga dimulai, atau lebih tepatnya, belum ada
tanda-tanda untuk dimulai, padahal saya tadi melihat, sekretariat kwarcab Pak Juanda
telah datang sejak pukul satu tadi.
Pukul tiga, kamipun
membongkar tenda, dan dari pengeras suara, terdengar panitia berusaha mengajak
peserta untuk oprasi semut dan tidak diperkenankan untuk pulang sebelum area
bumi perkemahan bersih dari sampah. Tapi sayangnya, peringatan dan himbauan
panitia itu dianggap angin lalu oleh sebagian peserta yang sudah tidak sabar ingin
segera pulang. Mobil-mobil pick up dan truk terlihat antri mengular di
sepanjang jalan utama menuju gerbang karena gerbang sudah ditutup dari tadi
oleh pihak pusdiklatpur agar peserta membersihkan dahulu sampah-sampah yang
berserakan.
Sambil menunggu antrian
keluar, saya mendengar dari salah seorang pembina pendamping bahwa Pak Juanda
memarahi panitia dari pihak Jawa Pos, beliau kecewa karena juara tiga besar ISC
zona 1 ini tidak diumumkan pada upacara penutupan yang resmi melainkan di
tempat pelaksanaan semi final tadi. Entahlah apalagi yang menjadi bahan
perdebatan antara pihak kwarcab dengan Jawa Pos.
Satu hal yang kami sesali,
kenapa medali yang telah kami dapatkan itu kemarin kami tukar dengan stempel,
padahal kalau kami tidak menurut aturan panitia, setidaknya hasil lelah dan
jerih payah kami selama berminggu-minggu latihan tidak terlalu sia-sia karena
bisa membawa beberapa medali ke sekolah sebagai tanda mata dari kegiatan yang konsepnya
hebat ini dan bukan dua lembar kertas berisi stempel yang sudah lusuh bin lecek
ini.
Anak-anak pulang dengan
wajah gembira, dari atas Mobil pick up canda dan tawa mereka nyaring terdengar,
tapi di hati saya juga mungkin di hati para ka mabigus dan para pembina terpahat
sebongkah tanya “ada apa dengan panitia? “
Pendirian Tenda dan Gapura dari Pionering
Berselca di depan Gapura kebanggaan
berfoto dengan hasta karya yang lombanya ditiadakan
berselca dengan pembina pendamping yang cantik2, heeee
berselca di bawah banner ISC
Inilah hasil karya kami
Team Building Challenge sesi 1
berselca dengan sang Pinru yang trampil dan cekatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar