Quote itu saya buat tadi malam dalam benak saya, kemudian tadi siang saya translate ke bahasa inggris dan langsung saya pajang di di FB. quote itu muncul dari pemahaman saya tentang cara berfikir anak-anak, terutama anak-anak usia kelas 1 SD yang cara berfikirnya masih seputar hal-hal yang konkret, seperti halnya adik saya Opa.
Tadi malam, ketika kami mengajak "main dan mengobrol" adik kami yang baru 2 bulan lebih, saya bertanya padanya,
"Opa, Opa sayang gak sama Najmi?"
dia tidak menjawab, namun matanya menyiratkan sesuatu, dan kemudian ia berkata pelan,
"sayang lah, soalnya Najmi itu lucu"
mendengar jawabannya polosnya, saya agak terhenyak oleh sebuah pemahaman bahwa jawaban tersebut lahir dari cara berfikir yang masih konkrit. saya baru meyadari bahwa anak-anak seusia itu memandang segala hal di luar dirinya dengan cara berfikir yang konkrit saat saya bertanya kepada Opa tentang hari, ia bukan tidak tahu nama-nama hari, bahkan ia sudah menghafalnya diluar kepala saat belum sekolah, ia hanya belum memahami bahwa dalam seminggu hanya ada 7 hari, dan selalu berulang setiap minggunya. makanya ketika ia ditanya hari ini hari apa, atau besok itu hari apa? ia akan menggelengkan kepala karena tidak tahu. bahkan pernah suatu hari, waktu ia meminta bantuan saya untuk mengerjakan PR'nya tentang hari-hari, ia sampai menangis, karena saya "keukeuh" dan ngotot tidak mau memberi tahu jawabannya, saya malah marah-marah padanya karena ia tidak mengerti-ngeti juga tentang konsep hari.
Awalnya saya agak merasa heran, kenapa ia belum memahami konsep hari, sedangkan ia sudah hafal nama-nama hari, bahkan ia juga sudah memahami konsep waktu atau mengetahui bagaimana cara membaca jam, walalupun masih dalam tataran "limited" atau belum sampai pada pengetahuan tentang lewat dan kurang berapa menit misalnya. namun, ternyata, saya baru sadar bahwa "hari" adalah sesuatu yang abstrak, sesuatu yang tidak terlihat oleh mata fisik, walalupun kita melaluinya setiap hari, namun ia tidak mewujud dalam sebuah benda yang konkrit, bukan? sedangkan jam, walaupun sebenarnya ia juga merupakan hal yang abstrak karena berkenaan dengan waktu, seperti halnya hari, namun, karena dalam penghitungannya kita menggunakan sebuah benda yang konkrit, atau dapat terlihat dan juga dapan disentuh yaitu sebuah jam dinding atau jam tangan misalnya, maka Opa tidak menemui kesulitan yang berarti seperti halnya ia mencoba memahami konsep hari.
Dari situ saya baru tahu dan sadar, bahwa anak-anak seusianya memang masih menggunakan cara berfikir konkrit dalam memandang sesuatu, termasuk juga saat ia berkata bahwa alasannya menyayangi "Najmi" adalah karena Najmi itu "Lucu". kenapa Opa bisa mengatakan Najmi itu lucu? karena adik bayi kami itu sering membuat kami sekeluarga tertawa oleh semua tingkah menggemaskannya. dan yang menurutnya "lucu" itu tentu saja adalah suatu hal yang dapat dilihat oleh matanya, walalupun tidak bisa disentuh oleh tangannya. namun ia nyata dan terlihat.
Dari sini saya menyimpulkan, bahwa cara berfikir konkrit, bagi saya adalah cara berfikir yang apa adanya, jujur dan sederhana. makanya kenapa dunia anak-anak itu bebas, tanpa beban, jujur, sederhana, dan jauh dari stress, karena apa yang mereka pikirkan hanyalah hal-hal yang konkrit, yang nyata, yang terlihat dan dapat dilihat, oleh mata fisik, tersentuh dan dapat disentuh oleh tangan, juga terdengar dan dapat didengar oleh telinga. sedangkan orang-orang dewasa, karena cara berfikir mereka sudah beranjak pada cara berfikir abstrak, atau sudah dapat memikirkan hal - hal yang abstrak, seperti halnya cinta, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, ketakutan, kebencian, dan segala hal yang abstrak, yang keberadaanya hanya bisa dirasakan oleh hati, maka dunia merekapun mulai tidak sebebas dunianya anak-anak. ada banyak aturan, tekanan, bahkan rasa sakit yang timbul karena memikirkan hal-hal yang abstrak itu. makanya tidak heran jika stress sangat sekali dengan orang-orang dewasa.
Ah, saya jadi merasa iri pada anak-anak, pada kesederhanaan dunia mereka, pada kepolosan hati mereka, dan pada cara berfikir mereka yang apa adanya. namun, tentu saja between the concrete world and the abstract world, antara ada dan tiada,pasti ada hikmah yang Allah berikan.
saya melirik Opa, ia sudah jatuh terlelap tanpa beban dalam mimpi-mimpinya.
selamat tidur Opa!
wah ikut mengucapkan met bobo juga buat dek Opa ^_^.
BalasHapusanak kecil berpikir konkrit, hemm begitu ya. *sambil manggut manggut
iya sih, anak-anak berpikir masih sederhana, karena otaknya belum berkembang seperti orang dewasa.
opa:"makacih mas fifin...salam kenal yah : )"
BalasHapusyups, gitu deh, anak2 terutama yang yg masih kelas 1 SD atau TK cara berfikirnya emang masih konkrit.